Tasawuf Online

0 komentar Jumat, 13 November 2009
Blog Sufi muda. Blog kisah sufi wordpress. Kisah sufi dari media isnet. Riwayat sufi blog bicara muslim. Para pemikir dot com. Riwayat Rabiatul Adawiyah.
read more “Tasawuf Online”

Konsep Sufi

0 komentar
1. TAWAZUN



TUJUAN

* Peserta memahami makna dan hakikat tawazun.
* Peserta mengetahui potensi-potensi yang ada pada diri manusia dan kebutuhan-kebutuhannya.
* Peserta mengetahui contoh-contoh manusia yang tidak tawazun.
* Peserta termotivasi untuk dapat hidup tawazun.



METODE PENDEKATAN

* Ceramah dan diskusi



RINCIAN BAHASAN
Makna dan Hakekat tawazun

Tawazun artinya keseimbangan. Sebagaimana Allah telah menjadikan alam beserta isinya berada dalam sebuah keseimbangan (67: 3).

Manusia dan agama lslam kedua-duanya merupakan ciptaan Allah yang sesuai dengan fitrah Allah. Mustahil Allah menciptakan agama lslam untuk manusia yang tidak sesuai Allah (30: 30). Ayat ini menjelaskan pada kita bahwa manusia itu diciptakan sesuai dengan fitrah Allah yaitu memiliki naluri beragama (agama tauhid: Al-Islam) dan Allah menghendaki manusia untuk tetap dalam fitrah itu. Kalau ada manusia yang tidak beragama tauhid, itu hanyalah karena pengaruh lingkungan (Hadits: Setiap bayi terlahir daIam keadaan fitrah (Islam) orang tuanyalah yang menjadikan ia sebagai Yahudi, Nasrani atau Majusi)

Sesuai dengan fitrah Allah, manusia memiliki 3 potensi, yaitu Al-Jasad (Jasmani), Al-Aql (akal) dan Ar-Ruh (rohani). Islam menghendaki ketiga dimensi tersebut berada dalam keadaan tawazun (seimbang). Perintah untuk menegakkan neraca keseimbangan ini dapat dilihat pada QS. 55: 7-9.

Ketiga potensi ini membutuhkan makanannya masing-masing. :

1. Jasmani.

Mu'min yang kuat itu lebih baik dan lebih disukai Allah daripada mukmin yang lemah (HR. Muslim). Kebutuhannya adalah makanan, yaitu makanan yang halaalan thayyiban (halal dan baik) [80:24, 2:168], beristiharat [78:9], kebutuhan biologis [30: 20-21] & hal-hal lain yang menjadikan jasmani kuat.

2. Akal

Yang membedakan manusia dengan hewan adalah akalya. Akal pulalah yang menjadikan manusia lebih mulia dari makhluk-makhluk lainnya. Dengan akal manusia mampu mengenal hakikat sesuatu, mencegahnya dari kejahatan dan perbuatan jelek. Membantunya dalam memanfaatkan kekayaan alam yang oleh Allah diperuntukkan baginya

supaya manusia dapat melaksanakan tugasnya sebagai khalifatullah fil-ardh (wakil Allah di atas bumi) [2:30, 33:72]. Kebutuhan akal adalah ilmu [3:190] untuk pemenuhan sarana kehidupannya.

3. Ruh (hati)

Kebutuhannya adalah dzikrullah [13:28, 62:9-10]. Pemenuhan kebutuhan rohani sangat penting, agar roh/jiwa tetap memiliki semangat hidup, tanpa pemenuhan kebutuhan tersebut jiwa akan mati dan tidak sanggup mengemban amanah besar yang dilimpahkan kepadanya.

Dengan keseimbangan manusia dapat meraih kebahagian hakiki yang merupakan nikmat Allah. Karena pelaksanaan syariah sesuai dengan fitrahnya. Untuk skala umat, ke-tawazunan akan menempatkan umat lslam menjadi umat pertengahan/ ummatan wasathon [2:143]. Kebahagiaan itu dapat berupa:

* Kebahagiaan bathin/jiwa, dalam Bentuk ketenangan jiwa [13:28]
* Kebahagian zhahir/gerak, dalam Bentuk kestabilan, ketenangan beribadah, bekerja dan aktivitas lainnya.

Dengan menyeimbangkan dirinya maka manusia tersebut tergolong sebagai hamba yang pandai mensyukuri nikmat Allah. Dialah yang disebut manusia seutuhnya.

Contoh-contoh manusia yang tidak tawazun

* Manusia Atheis: tidak mengakui Allah, hanya bersandar pada akal (rasio sebagai dasar) .
* Manusia Materialis: mementingkan masalah jasmani / materi saja.
* Manusia Pantheis (Kebatinan): bersandar pada hati/ batinnya saja.



REFERENSI

* Al-Qadiry , Seimbanglah dalam Beragama, Jakarta:GIP
* Silabus Materi Mentoring th 1994/995



ALOKASI WAKTU
Langkah Uraian Waktu
Pembukaan Mentor menyampaikan pengantar dan tujuan materi 5’
Ceramah Mentor menyampaikan rincian bahasan 40’
Diskusi Mentor memberikan kesempatan untuk diskusi dan tanya jawab 10’
Penutup Mentor menyimpulkan isi materi dan menutupnya dengan doa 5’


2. IKHLASUNNIYAH

TUJUAN

* Pcserta memahami makna ikh1asunniyah baik secara bahasa maupun istilah.
* Peserta memahami pentingnya ikhlasunniyah dalam beramal.
* Peserta mengetahui cara-cara untuk menumbuhkan niat yang ikh1as.
* Peserta termotivasi untuk mempunyai niat yang ikhlas dalam beramal sehingga bernilai ibadah.



METODE PENDEKATAN

* Ceramah dan diskusi



RINCIAN BAHASAN
Makna ikhlasunniyah

* Secara bahasa: - Ikhlas berasal dari kata khalasha yang berarti bersih/

murni.

- Niyat berarti Al-qoshdu, artinya maksud/tujuan.

* Secara istilah: Ikhlashunniyat berarti membersihkan maksud dan motivasi kepada Allah dari maksud dan niat lain. Hanya mengkhususkan Allah Azzawa Jalla sebagai tujuan dalam berbuat.



Perintah Allah untuk ikhlas dalam beramal: QS. 98:5, 7:29, 18:110.
Pentingnya Ikhlasunniyah

1. Merupakan ruhnya amal
2. Salah satu syarat diterimanya amal. “Allah Azza wa Jalla tidak menerima amaI kecuaIi apabila dilaksanakan dengan ikhlas dalam mencari keridhaan-Nya semata”. (HR Abu Daud dan Nasa'i).

Syarat diterimanya amal atau perbuatan :

* Bersungguh-sungguh dalam melaksanakannya
* Ikhlas dalam berniat
* Sesuai dengan syariat Islam (Al-Qur’an dan Sunnah)

3. Penentu nilai/kualitas suatu amal [4:125]. "Sesungguhnya segala amal perbuatan tergantung pada niat, dan bahwasannya bagi tiap-tiap orang apa yang ia niiatkan. Maka barang siapa hijrah menuju (ridha) Allah dan RasulNya, maka hijrahnya itu kepada Allah dan RasulNya. Barang siapa yang hijrah karena dunia (harta atau kemegahan dunia), atau karena seorang wanita yang akan dinikahinya, maka hijrahnya itu ke arah yang ditujunya." (HR Bukhari Muslim)

4. Mendatangkan berkah dan pahala dari Allah [2:262, 4:145-146].



Cara-cara untuk menumbuhkan niat yang ikhlas

1. Menyerahkan segala datanya hanya kepada Allah, rasul dan akhirat.
2. Memerangi kesenangan hawa nafsu dunia.
3. Menyadari bahwa segala aspek kegiatan seorang muslim adalah ibadah [2:21, 51:56].



REFERENSI

* Imam Al-Ghazali, Ibnu Rajab Al-Hambali & Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, Pembersih Jiwa, Pustaka.
* Ibnu Taimiyyah, Etika Beramar Ma'ruf Nahi Munkar, GIP.
* Panduan Aktivis Harokah, hal. 42, Al-Ummah.




ALOKASI WAKTU
Langkah Uraian Waktu
Pembukaan Mentor menyampaikan pengantar dan tujuan materi 5’
Ceramah Mentor menyampaikan rincian bahasan 40’
Diskusi Mentor memberikan kesempatan untuk diskusi dan tanya jawab 10’
Penutup Mentor menyimpulkan isi materi dan menutupnya dengan doa 5’



3. AQIDAH ISLAMIY AH

TUJUAN

* Peserta memahami makna aqidah secara bahasa dan istilah
* Peserta memahami hubungan iman kepada Allah dengan aqidah lslam.
* Peserta memahami standard nilai aqidah lslam
* Peserta termotivasi untuk mengesakan Allah (tauhidullah)
* Peserta memahami makna dan jenis tauhid



METODE PENDEKATAN:

* Ceramah & diskusi



RINCIAN BAHASAN

Makna Aqidah

* Secara bahasa: 'Aqdun - 'Aqooid berarti akad atau ikatan. Ikatan yang mengikat manusia dengan aturan-aturan Allah dan nilai-nilai Islam.
* Secara istilah: aqidah ialah sesuatu yang wajib diyakini atau diimani tanpa keraguan



Hubungan Aqidah Islam dengan keimanan kepada Allah [ 4:136; 21:25; 16:35]. Aqidah merupakan misi da'wah yang dibawa oleh Rasul Allah yang pertama sampai dengan yang terakhir yang tidak berubah-ubah karena pergantian zaman dan tempat, atau karena perbedaan golongan atau masyarakat [42:13]. (Aqidah Islam, Sayid Sabiq, hal.18)

Hati merupakan standar penilaian aqidah [26:88-89], "Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada rupa atau bentuk kamu, tidak juga kepada jasadmu, tetapi Ia melihat kcpada hati dan perbuatanmu" (Hadits). Memahami aqidah dimulai dari tauhid [112:1-4]. Tauhid berasal dari kata wahhada yang berarti menjadikan satu. Jenis tauhid:

* Tauhid Uluhiyah (mengesakan Allah sebagai satu-satunya sesembahan/ ilah) .
* Tauhid Rububiyah (mengesakan Allah sebagai satu-satunya Rabb) .
* Tauhid asma dan sifat Allah (Allah memiliki nama sifat yang tidak dimiliki oleh selain Nya) :



REFERENSI

* DR Ibrahim Muhammad bin Abdullah Al-Buraikan, Pengantar Studi Aqidah lslam.
* Aqidah Seorang Muslim, Al-Ummah
* Sayid Sabiq, Aqidah Islam, Pola Hidup Manusia beriman, CV. Diponegoro



ALOKASI WAKTU
Langkah Uraian Waktu
Pembukaan Mentor menyampaikan pengantar dan tujuan materi 5’
Diskusi pendahuluan Mentor mengajukan pertanyaan tertutup dan terbuka 5’
Ceramah Mentor menyampaikan rincian bahasan 35’
Diskusi Mentor menyediakan waktu untuk diskusi dan tanya jawab 10’
Penutup Mentor menyimpulkan isi materi dan menutupnya dengan doa 5’



4. MAKNA BISMILLAHIRROHMANIRROHIM

TUJUAN

* Peserta memahami makna bismillah
* Peserta memahami makna Ar-Rahman dan Ar-Rohiim
* Peserta membiasakan memulai suatu perbuatan dan kebajikan dengan basmalah



METODE PENDEKATAN:

* Ceramah dan Diskusi



RINCIAN BAHASAN
Pendahuluan

Ayat Basmalah termasuk Surat Al-Fatihah. Hadits, dari ad-Da'ru Quthni dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Jika kalian membaca Surat AI-Fatihah, hendakIah kaIian membaca bismillahirahmaanirrahiim, karena ia termasuk ke dalam surat Al-Fatihah. Sedangkan Surat Al-Fatihah terdiri dari 7 ayat, dan bismillahirrahmaanirrahiim termasuk ke dalam saIah satu ayatnya".

Makna Bismillah .

* Preposisi "Bi" = aku memulai.
* AL-Ism = Nama, menunjuk pada sesuatu/rerso yang dinamai .
* Allah = nama Tuhan, berasal dari kata al-Ilah

Bismillah memiliki dua makna:

1. Sebagai kalimat IZIN.

Bismillah bukan sebagai penukar kenikmatan, contohmya makan nasi dengan membaca bismillah akan sama nikmatnya dengan makan nasi tanpa baca bismillah, tapi bismillah merupakan kalimat izin bagi hamba Allah yang merasa hidumya hanya sekedar “menumpang”, karena sesungguhnya semua yang ada di atas dunia ini milik Allah dan manusia diberi kenikmatan untuk memakai fasiIitas Allah tsb.

2. Sebagai kalimat PENGAKUAN OTORITAS.

Yaitu rengakuan otoritas bagi hamba Allah yang menyadari bahwa sesungguhmya yang memiliki wewenang otoritas hanyalah Allah. Manusia hanya sebagai wakil Allah di muka bumi ini, bukan sebagai penguasa. Bila seseorang mengucapkan bismillahirrahmaanirrahim, ia telah menandai kehambaannya dengan nama Allah, ia mengokohkan jiwanya--yang dinisbahkan kepada hakikat kehambaan--dengan salah satu dari tanda-tanda Allah (Thabathabai: 21).

Makna Ar-Rahman

Ar-Rahman (Maha Pengasih), merupakan rahmat Allah dalam Bentuk sarana hidup Dilihat dari segi etimologisnya, Ar-Rahman berwazan " “fa’laan" yang menunjukkan banyak. Oleh karena itu rahmat Allah yang berupa sarana hidup ini diberikan untuk semua makhluk di alam semesta (rahmatan lil alamiin), baik manusia maupun binatang, baik muslim maupun kafir. Makna ini digunakan dalam Al-Qur’an [20: 5, 19:75]

Makna Ar-Rahiim

Ar-Rahiim: Maha Penyayang, merupakan rahmat Allah dalam Bentuk petunjuk hidup. Dilihat dari segi bahasanya, Ar-Rahiim berwazan (berpola) "fa'iil" yang menunjuk ketetapan dan kekekalan. Ar-Rahiim berupa rahmat Allah dalam bentuk petunjuk hidup, diberikan hanya untuk orang-orang yang beriman, menunjukkan kenikmatan yang terus menerus dan kekal. Dalam Qur'an makna Ar-Rahiim sererti terdapat pada Q.S. 33:43 dan QS 9:117. Ar-Rahman dan Ar-Rahiim Allah berikan bersama-sama kepada hamba-hambaNya sesuai pengucapannya yang utuh dan lengkap (selalu bismillahirrahmaanirrahim). Allah telah memberikan kepada manusia selain sarana hidup juga petunjuk hidup (hidayah). Tinggal manusia yang berusaha menggapAl retunjuk hidup (hidayah) tersebut. Fenomena sekarang, manusia umumnya menikmati sarana hidup tapi lupa/mencampakkan retunjuk hidup yang berharga. Manusia lupa, siapa yang memberikan sarana hidup tersebut, manusia menganggamya semata-mata atas usaha mereka, padahal semua sarana hidup tersebut Allah berikan gratis dan bersifat menyeluruh. Rasulullah menerangkan keutamaan seseorang yang mengucapkan basmalah dalam HR Abu Daud dan dihasankan oleh Ibnu Shalah: “Setiap urusan yang baik yang tidak diawali dengan Bismillaahirrahmaanirrahim maka tidak akan mendapat barokah”.

REFERENSI

* Paket BP Nurul Fikri, Setetes Basmalah dan HamdaIah
* Hasan Al-Banna, Kunci Memahami Al-Qur’an



ALOKASI WAKTU
Langkah Uraian Waktu
Pembukaan Mentor menyampaikan tujuan materi 5’
Pendahuluan Mentor menanyakan pendapat tentang alasan mengapa memulai suatu pekerjaan dengan membaca basmalah 5’
Ceramah Mentor menyampaikan isi materi 35’
Diskusi Saat untuk diskusi dan tanya jawab 10’
Penutup Mentor menyimpulkan isi materi dan menutupnya dengan doa 5’



5. MAKNA ALHAMDULILLAHIROBBIL'ALAMIN


TUJUAN

* Peserta memahami makna Alhamdulillah dan Rabbul 'aalamiin
* Peserta termotivasi untuk mengaplikasikan pemahamannya dalam kehidupannya



METODE PENDEKATAN:

* Ceramah dan diskusi



RINCIAN BAHASAN

Makna Alhamdulillah

Alhamdu = pujian terhadap suatu kebaikan yang didasari oleh ikhtiar. Allah memiliki prestasi yang tak mungkin disamai oleh manusia. Allah SWT dipuji atas keindahan nama-namaNya dan kebaikan perbuatanNya. Dalam Qur'an pujian terhadap Allah seperti dalam QS. 14: 39, QS. 27: 15 dan 93. Alasan Allah dipuji:

* Allah Maha Pembuat Prestasi [40:62]
* Allah Maha Indah dalam nama-namaNya [20: 8, QS 7:180]
* Allah maha baik dalam perbuatannya [32:7)
* Allah mencipta segala sesuatu berdasarkan pengetahuan iman kehendaknya [ 20: 111]

Makna Rohbul' alamin

* Rabb = Pemilik yang mengatur urusan hambaNya .
* Al-'Alamin= apa yang diketahui, berarti alam manusia dan jin dan kelompok-kelompok mereka 17. 80 dan 3: 42] .
* Sekurang-kurangnya harus ada 4 kata sekaligus untuk dapat menterjemahkan Rabb secara tepat dan sempurna, yaitu:



1. Allah sebagai Pencipta [2: 164]

Manusia tidak mencipta, ia hanya merekayasa, membuat dan menyusun. Manusia membuat sesuatu karena diilhami oleh fenomena ciptaan Allah, contoh helikopter yang diilhami oleh capung, sistem radar yang diilhami oleh cara kelelawar terbang di gua gelap. Sekalipun ia merekayasa atau menyusun bentuk baru pasti bahan bakunya diambil dari ciptaan Allah juga. A11ah sebagai pencipta menantang manusia untuk menciptakan lalat, dalam QS.15:73.

2. Allah sebagai Pemilik [14:2] Siapa yang mencipta pasti memiliki. Aksioma ini tidak berlaku bagi manusia, tapi berlaku mutlak bagi Allah SWT, karena Allah SWT mencipta atas iradat dan kehendakNya sendiri. Allah Pencipta dan otomatis Allah sebagai Pemiliknya.



3. Allah sebagai Pemelihara [15:9]

Allah memiliki sesuatu yang ia ciptakan sendiri, oleh karena itu Ia tidak akan lalai untuk menjaga dan memeliharanya.

4. Allah sebagai Penguasa [15:16-27]

Allah adalah sebagai Pencipta, Pemilik dan sekaligus Pemelihara atas alam semesta ini, tentu saja Dia adalah Penguasa mutlak atas semua yang ada di dalamnya. Apabila ada satu saja urusan atau aturan yang dilakukan atau diberlakukan oleh manusia secara nyata-nyata bertentangan dengan aturanNya, berarti manusia telah subversif kepadanya. Nauzu billaahi min dzalik!


REFERENSI

* Paket BP NurulFikri, Setetes Basmalah dan Hamdalah dalam Lautan Al-Fatihah
* Allamah, Thabathaba'i Tafsir AI- Mizan, Mengupas Surat Al-Fatihah, CV Firdaus



ALOKASI WAKTU
Langkah Uraian Waktu
Pembukaan Mentor menyampaikan pengantar dan tujuan materi 5’
Ceramah Mentor menyampaikan isi materi 40’
Diskusi Saat untuk diskusi dan tanya jawab 10’
Penutup Mentor menyimpulkan isi materi dan menutupnya dengan doa 5’












6. AL- IMAN

TUJUAN

* Peserta memahami hubungan antara Iman, Islam dan Ihsan
* Peserta memahami hakekat iman
* Peserta mengetahui cara-cara mengimani Rukun Iman dengan benar sehingga termotivasi untuk melakukanNya.



METODE PENDEKATAN

* Games
* Ceramah dan diskusi



RINCIAN BAHASAN
Pendahuluan

Konsep-konsep tentang Iman, Islam dan Ihsan mungkin sudah pernah kita pelajari. Namun ternyata gambaran yang kita miliki selama ini belum cukup valid (shohih) dan integral (syamiil), karena kita melihat Iman, Islam dan Ihsan secara sektoral dan terpisah satu sama lain. Padahal ketiga konsep tersebut adalah merupakan satu bangunan yang dapat disebut sebagai RUMAH KITA, yang secara global terdiri dari tiga bagian utama, yaitu :

1. RUKUN IMAN, yang berfungsi sebagai lapisan fondasinya.
2. RUKUN ISLAM, yang berfungsi sebagai tiang penyangganya.
3. IHSAN, yang berfungsi sebagai atapnya.

Artinya: tegaknya Islam pada diri seseorang tergantung pada kualitas pondasinya dan daya tahan Islam pada diri seseorang tergantung pada kualitas atapnya. Jadi satu sama lain saling membantu, menguatkan dan memelihara.
Hakikat Iman

Pengertian Iman menurut ahlussunah : Iman terdiri dari tiga unsur, yaitu pembenaran dengan hati, diikrarkan dengan lisan dan diamalkan dengan anggota badan, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Jadi, Iman adalah keyakinan dan sekaligus juga amal [49:15].
Rukun Iman

Rukun Iman merupakan basis konsepsional atau landasan idiil yang mendasari pemikiran, ucapan dan tindakan seorang muslim. Artinya: seorang muslim yang beriman maka pemikiran, ucapan dan tindakannya tidak akan bertentangan dengan keimanannya kepada Allah, Malaikat, Kitab, Rasul, Taqdir dan Kiamat. Orang yang beriman haruslah beriman kepada enam Rukun iman (2:285, 4:136) dan Hadits Ketika Nabi ditanya Malaikat Jibril tentang iman, maka jawab Nabi. ”Hendaklah engkau beriman kepada Allah, kepada Malaikat-Nya, kepada kitab-kitabNya, kepada Utusan-utusanNya, kepada Hari Kiamat dan hendaklah engkau beriman kepada Qodar yang baik dan yang buruk" (HR Muslim), barangsiapa yang mengingkari salah satunya maka ia telah mengingkari seluruh Rukun Iman.

1. Iman kepada Allah SWT . Konsekuensinya : mencintai Allah SWT [2:165]. Tanda-tandanya: lihat QS 8:2. Akibatnya: ikh1ash dalam menjalankan perintah-perintahNya.
2. Iman kepada Malaikat [50:16-18]. Konsekuensinya: tidak mungkin Seorang mu'min berbuat ma'siat karena selalu ditongkrongi Malaikat.
3. Iman kepada Kitab-Kitab [2:2, 20:1-3] Konsekuensinya: menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup.
4. Iman kepada Nabi dan Rasul [33:40]. Konsekuensinya: mencintai dan mengikutinya [3:31-32].
5. Iman kepada Hari Akhir [3:185]. Konsekuensinya: mempersiapkan diri untuk menghadapiNya.
6. Iman kepada Takdir [22:7]. Konsekuensinya: berprinsip bahwa "Janganlah kita mempersoalkan apa-apa yang Allah ingin lakukan terhadap kita, tetapi kita harus melakukan apa-apa yang Allah ingin dari kita.”



REFERENSI

* Paket BP Nurul Fikri, Al-Iman
* DR. Muhammad Na'im, Yang Menguatkan Yang Membatalkan Iman,
* Abdul Majid Al-Zandany ,dkk, Al-Iman.



ALOKASI WAKTU
Langkah Uraian Waktu
Pendahuluan Mentor membuka pertemuan dan menerangkan tujuan materi 5’
Pembukaan Mentor memberikan game dan hikmahnya 10’
Ceramah Mentor menyampaikan rincian bahasan 30’
Diskusi Mentor membuka forum diskusi dan tanya jawab 10’
Penutup Mentor menyimpulkan materi dan menutupnya dengan doa 5’



GAMES MATERI AL-IMAN

A. Judul : Rumah Kita

B. Skema/gambar :

3

2

1

a. Islam 1. ..........

b. Iman 2. ..........

c. Ihsan 3. ..........


C. Media : -Papan tulis dan spidol/kapur

-2 kelompok atau lebih

-Naskah pembahasan / materi

D. Bahan : -Gambar di atas dengan jawaban pilihan/

lembar jawaban

-Pembahasan materi tentang Iman, Islam dan

Ihsan

E. Langkah-langkah :

1. Setiap kelompok disuruh menentukan jawaban menjodohkan di atas berikut alasannya.
2. Diskusikan antar kelompok.
3. Cari kesamaan.
4. Mentor membahas jawaban yang benar, yaitu:

No. 1 ada1ah b (Iman)

No. 2 adalah a (Islam)

No. 3 adalah c (Ihsan)

(langsung dilanjutkan dengan materi Al-Iman).












7. RUKUN ISLAM


TUJUAN :

* Peserta memahami makna dan hakikat Rukun Islam
* Peserta mengetahui tuntutan Rukun Islam di dalam kehidupan seorang muslim
* Peserta termotivasi untuk mengamalkan Rukun Islam dengan benar



METODE PENDEKATAN

* Games
* Ceramah dan diskusi



RINCIAN BAHASAN

Makna dan Hakikat Rukun Islam

Islam dibangun di atas lima dasar, yaitu Rukun Islam. Ibarat sebuah rumah, Rukun Islam merupakan tiang-tiang atau penyangga bangunan keislaman seseorang. Di dalamnya tercakup hukum-hukum Islam yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia. "Sesungguhnya Islam itu dibangun atas lima perkara: bersaksi sesungguhnya tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, haji ke Baitullah dan puasa di buIan Ramadhan" (HR. Bukhari Muslim). Bagi siapa saja yang telah mengerjakan Rukun Islam yang lima, belum berarti bahwa ia telah total masuk ke dalam Islam. Ia baru membangun landasan bagi amal-amalnya yang lain.

Rukun Islam merupakan landasan operasional dari Rukun Iman. Belum cukup dikatakan beriman hanya dengan megerjakan Rukun Islam tanpa ada upaya untuk menegakkannya. Rukun Islam merupakan training/pelatihan bagi orang mukmin menuju mardhotillah/keridhoan Allah.

* Syahadat adalah agreement (perjanjian) antara seorang muslim dengan Allah SWT [7.172]. Seseorang yang telah menyatakan Laa ilaaha ilallaah berarti telah siap untuk fight (bertarung) melawan segala bentuk ilah di luar Allah di da1am kehidupannya [29:2].
* Shalat adalah training: sebagai latihan agar setiap muslim di dalam kehidupannya adalah dalam rangka sujud (beribadah) kepada Allah [6:162]
* Zakat adalah training, yaitu sebagai latihan agar menginfakkan hartanya, karena setiap harta seorang muslim adalah milik Allah.[57:7, 59:7]. "Engkau ambil zakat itu dari orang-orang kaya mereka dan engkau kembalikan kepada orang-orang fakir mereka” (HR Mutafaqun ‘alahi).
* Shoum adalah training, yaitu sebagai latihan pengendalian kebiasaan pada jasmani, yaitu makan dan minum dan ruhani, yaitu hawa nafsu. [2:185]
* Haji adalah training, yaitu sebagai latihan dalam pengorbanan jiwa dan harta di jalan Allah, mengamalkan persatuan dan persamaan derajat dengan sesama manusia. [22:27-28]



REFERENSI

* Paket BP Nurul Fikri, Al-Islam,
* Sa'id Hawwa, Al-Islam



ALOKASI WAKTU
Langkah Uraian Waktu
Pendahuluan Mentor membuka pertemuan dan menerangkan tujuan materi 5’
Pembukaan Mentor memberikan game dan hikmahnya 10’
Ceramah Mentor menerangkan isi materi 30’
Diskusi Mentor membuka diskusi dan tanya jawab 10’
Penutup Mentor menyimpulkan isi materi dan menutupnya dengan doa 5’



GAMES

A. JuduI : Games Lima Garis

B. Skema/ gambar :




C. Media : Papan tulis dan kapur

D. Bahan : Materi Rukun Islam

E. Langkah-langkah :

1. Bentuk kelompok atau perorangan
2. Mentor membuat lima garis di papan tulis seperti di atas
3. Mintalah pendapat masing-masing kelompok tentang persepsi dari gambar tersebut
4. Biasanya didapatkan pendapat yang bcrbeda-beda (mis: barisan, tingkatan, lidi), buatlah kesepakatan bahwa gambar tersebut adalah Rukun lslam
5. Mintalah komentar lagi, apa itu Rukun Islam?



F. Kesimpulan :

1. Rukun Islam merupakan karakteristik seorang muslim bila dibandingkan Dengan umat lain



2. Dilaksanakannya Rukun Islam merupakan standar keimanan seorang muslim. Kita bisa membedakan kualitas keimanan seorang muslim dengan melihat dikerjakan atau tidaknya ibadah tersebut.
3. Diri kita belum sempurna membentuk pribadi Islam secara lengkap, sekalipun kita telah melaksanakan Rukun Islam, itu belum final untuk membangun keislaman dalam diri kita. Masih perlu ada pemahaman Iman yang benar agat terhindar dari muslim yang TBC (Takhyul, Bid'ah, Churafat/Khurafat).
4. Masih perlu peningkatan Akhlaqul Karimah, sehingga keislaman yang dimiliki menjadi indah dan dapat merasakan lezatnya iman Islam.
5. Harus ada proses pembinaan Islam secara kontinu dan bertahap untuk mendapatkan pemahaman Islam yang utuh.
































8. IHSAN


TUJUAN

* Peserta memahami hakekat ihsan dan balasan bagi orang-orang yang berbuat ihsan
* Peserta mengetahui landasan berbuat ihsan
* Peserta mengetahui cara beramal dengan ihsan



METODE PENDEKATAN

* Ceramah dan diskusi



RINCIAN BAHASAN
Pengertian

* Ihsan dianalogikan sebagai atap bangunan Islam (Rukun iman adalah pondasi, Rukun Islam adalah bangunannya).
* Ihsan (perbuatan baik dan berkualitas) berfungsi sebagai pelindung bagi bangunan keislaman seseorang. Jika seseorang berbuat ihsan, maka amal-amal Islam lainnya atan terpelihara dan tahan lama (sesuai dengan fungsinya sebagai atap bangunan Islam)

Landasan ihsan

1. Landasan Qauliy

"Sesungguhnya Allah telah mewajibkan untuk berbuat ihsan terhadap segala sesuatu. Maka jika kamu menyembelih, maka sembelihlah dengan cara yang ihsan, dan hendaklah menajamkan pisau dan menyenangkan (menenangkan & menen-tramkan) hewan sembelihan itu” (HR Muslim). Tuntutan untuk berbuat ihsan dalam Islam yaitu secara maksimal (terhadap segala sesuatu: manusia, hewan) dan optimal (terhadap yang hidup maupun yang akan mati)

2. Landasan Kauniy

Dengan melihat fenomena dalam kehidupan ini, secara sunatullah setiap orang suka akan perbuatan yang ihsan.

Alasan Berbuat Ihsan

Ada dua alasan mengapa kita berbual ihsan:

1. Adanya Monitoring Allah (Muraqabatullah)

Dalam HR Muslim dikisahkan jawaban Rasul ketika ditanya malaikat Jibril yang menyamar sebagai manusia, tentang definisi ihsan: "Mengabdilah kamu kepada Allah seakan-akan kamu melihat Dia. Jika kamu tidak melihatNya, sesungguhnya Dia meIihatmu".

2. Adanya Kebaikan Allah (Ihsanullah)

Allah telah memberikan nikmatnya yang besar kepada semua makhlukNya (QS. 28:77 QS. 55, QS. 108: 1-3)

Dengan mengingat Muraqabatullah dan Ihsanullah, maka sudah selayaknya kita ber-Ihsanun Niyah (berniat yang baik). Karena niat yang baik akan mengarahkan kita kepada:

1. Ikhlasun Niyat (Niat yang Ikh1as)
2. Itqonul 'Amal (Amal yang rapi)
3. Jaudatul Adaa' (Penyelesalan yang baik)

Jika seseorang beramal dan memenuhi kriteria di atas, maka ia telah memiliki Ihsanul 'Amal (Amal yang ihsan).

Ada 3 keuntungan jika sesorang meramal dengan amal yang ihsan:

1. Dicintai Allah [2:195]
2. Mendapat Pahala [33: 29]
3. Mendapat Pertolongan Allah [16:128]



Kesimpulan :

Jadi untuk beramal ihsan harus memenuhi kriteria:

1) Zhohirotul Ihsan (Penampakan Ihsan).

Artinya: Lakukan yang terbaik ! (Do your Best !)

2) Qiimatul Ihsan (Nilai Ihsan).

Artinya: Ikhlaslah selalu! (To be ikhlas, please!)

REFERENSI

* Paket BP Nurul Fikri, Ihsan



ALOKASI WAKTU
Langkah Uraian Waktu
Pembukaan Mentor membuka pertemuan dan menyampaikan tujuan materi 5’
Ceramah Mentor menyampaikan isi materi 40’
Diskusi Saat diskusi dan tanya jawab 10’
Penutup Mentor menyimpulkan isi materi dan menutupnya dengan doa 5’









9. MA'RIFATULLAH

TUJUAN

* Peserta memahami makna dan maksud dari ma'rifatullah
* Peserta mengetahui manfaat dan pentingnya ma’rifatullah
* Peserta mengetahui jalan-jalan untuk mengenal Allah
* Peserta mengetahui hal-hal yang menghalangi ma’rifatullah



METODE PENDEKATAN

* Ceramah dan diskusi



RINCIAN BAHASAN
Makna Ma'rifatullah

* Ma'rifatullah berasal dari kala ma’rifah dan Allah. Ma'rifah berarti mengetahui, mengenal. Mengenal Allah bukan melalui zat Allah tetapi mengenal-Nya lewat tanda-tanda kebesaranNya (ayat-ayatNya).



Pentingnya Mengenal Allah

* Seseorang yang mengenal Allah pasti akan tahu tujuan hidupnya (QS 51:56) dan tidak tertipu oleh dunia .
* Ma’rifatullah merupakan ilmu yang tertinggi yang harus difahami manusia (QS 6:122). Hakikat ilmu adalah memberikan keyakinan kepada yang mendalaminya. Ma’rifatullah adalah ilmu yang tertinggi sebab jika difahami memberikan keyakinan mendalam. Memahami Ma’rifatullah juga akan mengeluarkan manusia dari kegelapan kebodohan kepada cahaya hidayah yang terang [6:122] .
* Berilmu dengan ma’rifatullah sangat penting karena:

1. Berhubungan dengan obyeknya, yaitu Allah Sang Pencipta.

2. Berhubungan dengan manfaat yang diperoleh, yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan, yang dengannya akan diperoleh keberuntungan dan kemenangan.

Jalan untuk mengenal Allah

1. Lewat akal:

* Ayat Kauniyah / ayat Allah di alam ini:

o fenomena terjadinya alam (52:35)
o fenomena kehendak yang tinggi(67:3)
o fenomena kehidupan (24:45)
o fenomena petunjuk dan ilham (20:50)
o fenomena pengabulan doa (6:63)



* Ayat Qur'aniyah/ayat Allah di dalam Al-Qur’an:

o keindahan Al-Qur' an (2:23)
o pemberitahuan tentang umat yang lampau [9:70]
o pemberitahuan tentang kejadian yang akan datang (30:1-3, 8:7, 24:55)

2. Lewat memahami Asma’ul Husna:

* Allah sebagai Al-Khaliq (40:62)
* Allah sebagai pemberi rizqi (35:3, 11:6)
* Allah sebagai pemilik (2:284)
* dll. (59:22-24)

Hal-hal yang menghalangi ma’rifatullah

* Kesombongan (QS 7:146; 25:21).
* Dzalim (QS 4:153) .
* Bersandar pada panca indera (QS 2:55) .
* Dusta (QS 7:176) .
* Membatalkan janji dengan Allah (QS 2:2&-27) .
* Berbuat kerusakan/Fasad .
* Lalai (QS 21:1-3) .
* Banyak berbuat ma’siyat .
* Ragu-ragu (QS 6:109-110)

Semua sifat diatas merupakan bibit-bibit kekafiran kepada Allah yang harus dibersihkan dari hati. Sebab kekafiranlah yang menyebabkan Allah mengunci mati, menutup mata dan telinga manusia serta menyiksa mereka di neraka. (QS 2:6-7)

REFERENSI

Said Hawwa, Allah Jalla Jalaluhu

Aqidah Seorang Muslim 1, Al-Ummah

ALOKASI WAKTU
Langkah Uraian Waktu
Pembukaan Mentor menyampaikan pengantar dan sasaran materi Ma’rifatullah 5’
Diskusi

Pendahuluan
Mentor mengajukan pertanyaan tentang logika keberadaan Allah 5’
Ceramah Mentor mengurAlkan isi materi 30’
Diskusi Mentor menyediakan forum diskusi dan tanya jawab 10’
Penutup Mentor merangkum/menyimpulkan isi materi sekaligus menutup dengan doa 10’

10. MA’RIFATUL RASUL

TUJUAN

* Peserta memahami makna risalah dan rasul
* Peserta memahami kewajiban beriman kepada rasul
* Peserta mengetahui tugas para rasul
* Peserta mengetahui sifat-sifat rasul



METODE PENDEKATAN

* Games
* Ceramah dan diskusi



RINCIAN BAHASAN
Makna Risalah dan Rasul

* Risalah: Sesuatu yang diwahyukan A11ah SWT berupa prinsip hidup, moral, ibadah, aqidah untuk mengatur kehidupan manusia agar terwujud kebahagiaan di dunia dan akhirat.
* Rasul: Seorang laki-laki (21:7) yang diberi wahyu oleh Allah SWT yang berkewajiban untuk melaksanakannya dan diperintahkan untuk menyampaikannya kepada manusia.



Pentingnya iman kepada Rasul

* Iman kepada para rasul adalah salah satu Rukun Iman. Seseorang tidak dianggap muslim dan mukmin kecuali ia beriman bahwa Allah mengutus para rasul yang menginterprestasikan hakekat yang sebenarnya dari agama Islam, yaitu Tauhidullah .
* Juga tidak dianggap beriman atau muslim kecuali ia beriman kepada seluruh rasul, dan tidak membedakan antara satu dengan yang lainnya. (Al-Asyqor:56)

Tugas para rasul

1. Menyampaikan (tablig) [5:67, 33:39]. Yang disampaikan berupa:

* Ma'rifatullah [6:102] (Mengenal hakikat Allah) .

* Tauhidullah [21:25] [Mengesakan Allah] .
* Basyir wa nadzir [6:48] (Memberi kabar gembira dan peringatan)

2. Mendidik dan Membimbing [62:2]

Sifat-sifat para rosul

1. Mereka adalah manusia (17:93-94,8:110]
2. Ma'shum [terjaga dari kesalahan] [3:161, 53:1-4]
3. Sebagai suri teladan [33:2l, 6:89-90]

REFERENSI

* Kelompok Studi Al-Ummah, Aqidah Seorang Muslim, hal. 60-71
* Al-Asyqor, Dr. Limar Sulaiman, Para Rasul dan Risalahnya, Pustaka Mantiq



ALOKASI WAKTU
Langkah Uraian Waktu
Pendahuluan Mentor menyampaikan pengantar dan sasaran materi Ma’rifatullah 5’
Games Mentor memberikan games dan hikmahnya 10’
Ceramah Mentor menerangkan isi materi 30’
Diskusi Mentor membuka forum diskusi dan tanya jawab 10’
Penutup Mentor menyimpulkan isi materi dan menutupnya dengan doa 5’



G AMES

A. Judul : Games Ilmu

B. Skema/ Gambar / Contoh :







C. Media & Bahan :

1. 1 naskah pembahasan
2. Serangkaian petunjuk
3. 3 lembar kertas bujur sangkar per orang atau kelompok
4. 1 buah gunting atau cutter



D. Langkah-langkah .

* Instruksi: Peserta diminta membuat sejumlah lubang (minimal 6) yang berjarak sama antara satu lubang dengan lainnya, juga jarak setiap lubang dari titik pusatnya.

Tahap 1

Mentor memberikan instruksi tanpa memberikan keterangan tambahan.
Tahap2

Mentor memberikan instruksi dan memberikan keterangan tambahan secara lisan sebagai berikut:

1. Lipat kertas 2 X, sehingga membentuk bujur sangkar
2. Lipat bagian kertas yang ujungnya bersatu sehingga menutupi 2/3 bagiannya.
3. Lipat juga 1/3 bagian sisanya
4. Lipat lagi kertas dengan bagian yang sama sampai saling menutupi
5. Lubangi bagian yang ujungnya bersatu menggunakan gunting atau cutter
6. Lipat, apakah didapatkan lubang-lubang sesuai instruksi

Tahap 3

Mentor memberikan instruksi sambil mencontohkan setiap langkah secara terperinci. Sehingga didapatkan hasil sesuai instruksi.

E. Hikmah:

1. Pentingnya rasul sebagai penyampai dan penjelas risalah Islam sekaligus mencontohkan bagaimana Islam diterapkan dalam hidup keseharian.
2. Rasul sebagai utusan Allah harus kita kenal dan kita taati agar segala aspek kehidupan kita menjadi ibadah.






















11. MA’RIFATUL ISLAM

TUJUAN

* Peserta mengetahui pengertian diin menurut Al-Qur'an
* Mengetahui perbedaan dienullah dan dien ghoiru dienullah
* Mengetahui kesempurnaan ajaran Islam sehingga berusaha mengamalkan dan mempelajarinya.



METODE PENDEKATAN

* Ceramah dan diskusi



RINCIAN BAHASAN
Ad-dien menurut Al-Qur’an

* Dienullah, DienuI Islam [48:28, 61:9] Dienullah dibawa oleh semua Rosul dan nabi untuk keselamatan manusia. Disebut juga dengan dienul haq (dienus samaawi).
* Dienul ghoiru dienullah, bukan dari Allah. Jumlahnya lebih dari satu (QS. 48;28) hasil rekayasa pikiran manusia, biasa disebut agama budaya (dienul ardli)

Ciri-ciri dienullah/dienus-Samaawi

* Bukan tumbuh dari masyarakat, tapi diturunkan untuk masyarakat. Disampaikan oleh manusia pilihan Allah (utusan-Nya), utusan itu hanya menyampaikan bukan menciptakan.
* Memiliki kitab suci yang bersih dari campur tangan manusia.
* Konsep tentang Tuhannya adalah Tauhid.
* Pokok-pokok ajarannya tidak pernah berubah dengan perubahan masyarakat penganutnya.
* Kebenarannya universal dan sesuai dengan fitrah manusia



Ciri-ciri dienul ardli :

* Tumbuh dalam masyarakat.
* Tidak disampaikan oleh Rosul Allah.
* Umumnya tidak memilki kitab suci, walaupun ada sudah mengalami perubahan-perubahan dalam perjalanan sejarah.
* Konsep Tuhannya dinamisme, animisme, politheisme, dll.
* Ajarannya dapat berubah-ubah sesuai dengan perubahan masyarakat penganutnya .
* Kebenaran ajarannya tidak universal, yaitu tidak berlaku bagi segenap manusia, masa dan keadaan

Pengertian Islam secara Ethimologi/ Bahasa :

* Tunduk patuh, berserah diri (al-istislaam) [3:83].
* Damai (as-silm) .
* Bersih (as-saliim)
* Aturan Illahi yang diberikan kepada manusia yang berakal sehat untuk kebahagiaan hidup mereka di dunia dan akhirat..
* Ajaran lslam :
* Sesuai fitrah manusia QS. 30;10 Kepentingan seluruh manusia QS 34;28
* Rahmat seluruh alam QS 21;107
* Untuk meningkatkan kualitas hidup manusia QS. 2;179
* Sangat sempurna QS. 5:3



REFERENSI

Diktat agama IPB, Uts. Didin Hafidhuddin

ALOKASI WAKTU
Langkah Uraian Waktu
Pendahuluan Mentor membuka pertemuan dan menerangkan tujuan materi 5’
Games Mentor memberikan games dan hikmahnya 10’
Ceramah Mentor menerangkan isi materi 30’
Diskusi Mentor membuka forum diskusi dan tanya jawab 10’
Penutup Mentor menyimpulkan materi dan menutupnya dengan doa 5’















12. AL-QUR’AN

TUJUAN

* Peserta mengetahui definisi Al-Qur’an secara bahasa dan istilah
* Peserta mengetahui nama-nama dan karakteristik Al-Qur’an
* Peserta memahami fungsi Al-Qur’an dan akhak terhadapnya
* Peserta termotivasi untuk membaca, mempelajari dan mengamalkan Al-Qur'an



METODE PENDEKATAN

* Ceramah dan diskusi



RINCIAN BAHASAN
Definisi AL-Qur’an

* Secara bahasa berarti "bacaan”.
* Secara istilah berarti "Kalam Allah SWT yang merupakan mu'jizat yang diwahyukan kepada nabi Muhammad SAW dan membacanya merupakan ibadah"

Nama-nama Al-Qur’an

* Al-Qur’an/ Bacaan [17:9] .
* Al-Kitab/ Buku [21:10].
* Al-Furqon/ Pembeda [25:1]
* Adz-Dzikr/ Pengingat [15:9].
* An-Nur/ Cahaya [4:174]

Karakteristik AL-Qur' an

* Diturunkan bukan untuk menyusahkan manusia [ 20:2].
* Bacaan yang teramat mulia dan terpelihara [56: 77-78] .
* Tidak seorang pun yang dapat menandingi keindahan dan keagungan Al-Qur’an [2:23, 17:88] .
* Tersusun secara terperinci dan rapi [11:1] .
* Mudah difahami dan diambil pelajaran [54: 17, 34, dst]

Fungsi Al-Qur’an

* Pengganti kedudukan kitab suci sebelumnya yang pernah diturunkan Allah SWT
* Tuntunan serta hukum untuk menempuh kehidupan
* Menjelaskan masalah-masalah yang pernah diperselisihkan oleh umat terdahulu
* Sebagai mukjizat Rasulullah SAW

AkhIak Terpuji Terhadap Al-Qur’an

* Membaca ta'awudz sebelum membaca Al-Qur’an [16:98] .
* Membaca Al-Qur’an secara tartil perlahan-lahan [73:4] .
* Lapang dada menerima Al-Qur’an [7:2]
* Mendengarkan baik-baik pembacaan Al-Qur’an [7:204] .
* Bcrgetar hatinya dan bertambah imannya [8:2-4]



Akhlak tercela terhadap Al-Qur’an .

* Keunggulan Al-Qur’an
* Menyombongkan diri dan berpaling [31:7] .
* Menertawakan peringatan ini [53:59-62] .
* Tidak memperahatikan Al-Qur’an [47:24]



Keunggulan Al-Qur’an .

* Al-Qur’an adalah mukjizat yang abadi [4:74].

Allah menghendaki agar Al-Qur’an berlaku umum (mencakup permasalahan) dan bersifat universal. Maka, disusun dan dikumpulkan Al-Qur’an itu dengan sistematika yang memperlihatkan universalitas dan kekekalannya dan dijauhkan dari susunan yang bersifat temporer, yang hanya memperlihatkan urgensi pada suatu masa saja, yaitu ketika turunnya.

* Keunggulan Al-Qur’an secara ilmiah

Pemikiran modern dalam berbagai bidang disiplin ilmu dewasa ini telah menetapkan bahwa Al-Qur’an merupakan kitab ilmiah yang menghimpun segala disiplin ilmu dan filsafat. Ilmu itu datang dari Allah SWT, sebagai tanda kemuliaanNya dan ketinggian ilmu-Nya.[96:1-5] .

* Jaminan kemurnian Al-Qur’an.

Allah sendiri yang menjamin kemurnian Al-Qur’an [6:115, 15:9] .

* Al-Qur’an bersifat umum dan universal.

Umum : Mencakup seluruh bidang/permasalahan manusia. [6:38] Universal : Berlaku selamanya dan untuk seluruh kaum. [25:1]

REFERENSI

* Paket BP NF 'Keunggulan Al-Qur’an’
* Ibnu Qoyim, Mahabatullah, (Bab I)
* Manna Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu Quran , hal 18







ALOKASI WAKTU
Langkah Uraian Waktu
Pembukaan Mentor membuka pertemuan dan menyampaikan tujuan materi 5’
Ceramah Mentor menyampaikan isi materi 40’
Diskusi Saat untuk diskusi dan tanya jawab 10’
Penutup Mentor menyimpulkan isi materi dan menutupnya dengan doa 5’


































13. UKHUWAH ISLAMIYAH (UI)

TUJUAN

* Peserta memahami makna dan hakekat UI
* Peserta mengetahui perbedaan UI dan Ukhuwah Jahiliyah
* Peserta mengetahui hal-hal yang menguatkan ukhuwah dan buah dari UI
* Peserta termotivasi untuk mengamalkan hal-hal yang menuju kepada UI dalam kehidupannya



METODE PENDEKATAN

* Games
* Ceramah dan diskusi



RINCIAN BAHASAN

Makna Ukhuwah Islamiyah.

* Menurut Imam Hasan Al-Banna: Ukhuwah Islamiyah adalah keterikatan hati dan jiwa satu sama lain dengan ikatan aqidah. Hakekat Ukhuwah Islamiyah

1. Nikmat Allah (QS. 3: 103)

2. Perumpamaan tali tasbih (QS. 43: 67)
3. Merupakan arahan Rabbani (QS. 8: 63)
4. Merupakan cermin kekuatan iman (QS. 49: 10)



Perbedaan UI dan Ukhuwah Jahiliyah

* Ukhuwah Islamiyah bersifat abadi dan universal karena berdasarkan aqidah dan syariat Islam. Ukhuwah Jahiliyah bersifat temporer (terbatas pada waktu dan tempat), yaitu ikatan selain ikatan aqidah (misal: ikatan keturunan [orang tua-anak], perkawinan, nasionalisme, kesukuan, kebangsaan, dan kepentingan pribadi).



Hal-hal yang menguatkan Ukhuwah Islamiyah:

1. Memberitahukan kecintaan pada yang kita cintai
2. Memohon dido’akan bila berpisah
3. Menunjukkan kegembiraan & senyuman bila berjumpa
4. Berjabat tangan bila berjumpa (kecuali non muhrim)
5. Mengucapkan selamat berkenaan dengan saat-saat keberhasilan
6. Memberikan hadiah pada waktu-waktu tertentu
7. Sering bersilaturahmi (mengunjungi saudara)
8. Memperhatikan saudaranya & membantu keperluannya
9. Memenuhi hak ukhuwah saudaranya

Buah Ukhuwah Islamiyah

1. Merasakan lezatnya iman
2. Mendapatkan perlindungan Allah di hari kiamat (termasuk dalam 7 golongan yang dilindungi)
3. Mendapatkan tempat khusus di syurga (15:45-48)



REFERENSI

* Bercinta dan bersaudara karena Allah, Ust. Husni Adham Jarror, GIP
* Meraih Nikmatnya Iman, Abdullah Nasih 'Ulwan
* Rahasia Sukses Ikhwan Membina Persaudaraan di Jalan Allah, Asadudin Press
* Panduan Aktivis Harokah, Al-Ummah



ALOKASI WAKTU
Langkah Uraian Waktu
Pendahuluan Mentor membuka pertemuan dan menerangkan tujuan materi 5’
Games Mentor memberikan games dan hikmahnya 10’
Ceramah Mentor menerangkan isi materi 30’
Diskusi Mentor membuka forum diskusi dan tanya jawab 10’
Penutup Mentor menyimpulkan isi materi dan menutupnya dengan doa 5’


GAMES
Games I: Menyusun Bujur Sangkar


Media :

* Sembilan (9) bujur sangkar dari karton/kertas berukuran sama yang lelah dipotong secara acak dan dipisah-pisahkan ke dalam 3 amplop

Cara:

* Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok terdiri dari 4-5 orang. Masing-masing kelompok mengirimkan 3 orang sebagai pekerja yang duduk secara melingkar, sedangkan yang lainnya bertugas sebagai pengawas.
* Tiap kelompok mendapat satu amplop yang berasal dari tiga bujur sangkar yang berukuran sama dan telah dipotong secara acak.
* Mentor bertugas membagikan potongan-potongan acak dari bujur sangkar tersebut kepada setiap pekerja kelompok.
* Tiap pekerja memperoleh 3-5 potongan karton.
* Setiap pekerja diberi waktu 3 menit untuk membentuk bujur sangkar dari potongan karton tadi.
* Pekerja boleh memberikan polongan karton yang dimilikinya kepada teman pekerja lain dalam kelompoknya tetapi tidak boleh memintanya.
* Pekerja tidak boleh berkomunikasi sesama pekerja dan tidak boleh memberi petunjuk atau berdiskusi dengan temannya untuk menentukan letak potongan karton yang dimilikinya atau yang direroleh temannya.
* Pekerja yang sudah membentuk bujur sangkar miliknya boleh merubahnya lagi sedemikian sehingga setiap pekerja akan memiliki atau membenluk sebuah bujur sangkar. Pengawas bertugas mengawasi dan memberikan penilaian terhadap jalannya permainan.
* Pengawas berhak menegur pekerja yang melanggar ketentuan



Kritera Keberhasilan.

* Setiap pekerja atau kelompok dapat membentuk bujur sangkar dalam waktu yang ditentukan.
* Setiap pekerja menolong temannya dengan memberikan potongan bujur sangkar yang dimilikinya.
* Setiap pengawas menjalankan tugasnya sebagaimana mestinya



Hikmah.

* Ta’awun/saling tolong menolong adalah salah satu kunci ukhuwah.
* Pentingnya tausiyah dalam membina ukhuwah



Games II: Adu Ponco Berhadiah (Win-win Games)

Cara:

* Setiap siswa mencari lawan untuk mengadu ponco
* Setiap kemenangan akan diberi hadiah (misal: Rp. 1000,- dalam waktu yang ditentukan (2').
* Setiap siswa mencari kemenangan sebanyak-banyaknya.



Penyelesaian:

* Dalam waktu yang dilentukan, bergantian untuk menang sehingga semua mendapat hadiah yang sama dengan sebanyak-banyaknya.

Hikmah:

* Tidak menganggap saudaranya sebagai lawan tetapi partner untuk mencapai tujuan bersama
* Tidak mementingkan diri sendiri




14. NIKMAT IMAN

TUJUAN

* Menumbuhkan keyakinan bahwa iman merupakan fitrah manusia
* Mangetahlu bahwa iman merupakan nikmat terbesar dari Allah
* Mengetahui cara mensyukuri nikmat dari Allah



METODE PENDEKATAN

* Ceramah dan diskusi



RINCIAN BAHASAN

Iman sebagai fitrah manusia

* Semua manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah. "Semua bayi terlahir dalam keadaan fitrah….
* Kesaksian manusia yang menyatakan Allah SWT adalah Robb mereka (7:172) sehingga secara fitrah manusia akan percaya akan adanya Allah (10:31, 39:3).
* Persaksian Rububiyyah di alam ruh harus dilanjutkan dangan persaksian Uluhiyyah dan Risalah di alam dunia sebagai konsekuensinya (30:30, 22:78, 2:21].



Nikmat Iman

* Nikmat dari Allah tidak terhitung (14:34).
* Beberapa nikmat dari Allah :

1. Nikmat sebagai mahluk (76:1-4)

2. Nikmat sebagai manusia (95:4)
3. Nikmal sebagai khalifah (2:30, 14:32-34)
4. Nikmat sebagai muslim (5:3, 49:17), merupakan nikmat terbesar dari Allah .

* Nikmat harus disyukuri (14:7, 31:31), antara lain dengan cara:

1. Mengucapkan syukur (dengan hati dan lisan )
2. Menjaga dan memelihara nikmat yang diberikan
3. Menggunakan sesuai keinginan dari pemberi nikmat dengan (perbuatan)



REFERENSI

Royyad Al Haqil, Mensyukuri Nikmat Allah, GIP




ALOKASI WAKTU
Langkah Uraian Waktu
Pendahuluan Mentor membuka pertemuan dan menyampaikan tujuan materi 5’
Ceramah Mentor menyampaikan isi materi 40’
Diskusi Saat untuk diskusi dan tanya jawab 10’
Penutup Mentor menyimpulkan isi materi dan menutup pertemuan dengan doa 5’































15. HAL-HAL YANG MELEMAHKAN IMAN

TUJUAN

* Peserta memahami adanya fIuktuasi keimanan
* Peserta mengetahui fenomena lemahnya iman
* Peserta mengetahui penyebab lemahnya iman
* Peserta termotivasi untuk menjauhi hal-hal yang melemahkan iman



METODE PENDEKATAN

* Ceramah dan diskusi



RINCIAN BAHASAN
Fluktuasi Iman

Secara fitrah manusia memiliki kecenderungan untuk berbuat jujur (dosa) dan ketaqwaan [91:9-10]. Hal ini mengakibatkan keimanan seseorang mengalami fluktuasi (terkadang naik, terkadang turun). ”Keimanan itu bisa bertambah dan berkurang. Maka perbaharuilah iman kalian deugan Laa Ilaaha Illallaah” (HR Ibnu Islam)
Fenomena Lemahnya Iman

1. Terjerumus dalam kemaksiatan

Suatu perbuatan yang sering dilakukan dapat membentuk sebuah kebiasaan. Begitu pula dengan kemaksiatan. Bila sering dilakukan ia pun akan menjadi sebuah kebiasaan, yang jika terbiasa seseorang akan berani berbuat secara terang-terangan.

Rasulullah bersabda: (lihat Hadist Bukhari Vol. I, hal 16)

2. Tidak tekun dan bermalas-malasan dalam beribadah

Salah satu ketidaktekunan dalam beribadah ialah tidak khusyu' (konsentrasi) dalam mengerjakannya. Contoh: tidak khusyu' dalam sholat, membaca Al-Qur'an, berdoa, dll. Sehingga ibadah tersebut dilakukan dengan jiwa yang kosong tanpa ruh (QS 4:142). Padahal dalam sebuah hadist dikatakan: “Tidak akan diterima do'a dari hati yang lalai dan main-main” (HR Tirmidzi.)

3. Memudarnya tali ukhuwah.

* Tidak memperhatikan urusan kaum muslimin. Dalam sebuah hadist disebutkan bahwa orang-orang mu’min itu bagai satu tubuh. Dari An-Nu’man bin Basyir ra, katanya Rasulullah SAW bersabda: “Orang-orang mu’min itu laksana satu tubuh manusia. Bila matanya sakit maka sakitlah seluruh tubuhnya. Atau bila kepalanya sakit maka sakitlah seluruh tubuhnya “. (HR Muslim).

* Terputusnya tali persaudaraan diantara dua orang yang semula bersaudara. “Tidak selayaknya dua orang yang saling mengasihi karena Allah Azza wa Jalla, atau karena Islam lalu keduanya dipisahkan oleh permulaan dosa yaug dilakukan salah seorang diantara keduanya”. (HR Bukhari)

4. Terpaut kepada urusan duniawi dan terlalu mencintainya (QS. 75:2O-21)

5. MengeIuh dan takut akan musibah (QS 70:19-21)

“Janganlah sekali-kali kamu mencela yang ma'ruf sedikitpun, meski engakau hanya menuangkan air ke dalam bejana seseorang yang hendak menimba air. Atau meski engkau hanya berbicara dengan saudaramu sedangkan wajahmu tampak berseri kepadanya.” (HR Ahmad)

6. Mencela yang ma’ruf dan tidak mau memperhatikan kebaikan-kebaikan yang kecil
7. Banyak berdebat dan bertikai yang mematikan hati. Akibatnya hati menjadi keras dan kaku.

Sebab-sebab Lemahnya Iman

1. Jauh dari suasana atau lngkungan iman dalam waktu yang lama (QS 57:16)
2. Jauh dari pelajaran dan teladan yang baik
3. Jauh dari menuntut ilmu syariat yang dapat mcmbangkitkan iman di dalam hati penuntutnya
4. Berada di tengah lingkungan yang penuh kemaksiatan
5. Tenggelam dalam kesibukan dunia “Cukuplah bagi salah seorang diantara kamu selagi dia di dunia hanya seperti bekal orang yang mengadakan perjalanan.” (HR Ath- Thabarani)
6. Sibuk mengurusi harta benda, isteri dan anak-anak (QS. 8:28 ; 3:14)
7. Panjang angan-angan (Berangan yang muluk-muluk) QS. 15:3

Ali ra. pernah berkata: “Sesungguhnya sesuatu yang paling aku takutkan atas diri kalian ialah mengikuti hawa nafsu dan angan-angan yang muluk. Mengikuti hawa nafsu akan meughalangi dari kebenaran, sedangkan angan-augan yaug muluk akan melupakan akhirat”

8. Berlebih-lebihan dalam masalah makan, tidur, berjaga di waktu malam, berbicara, bergaul dan juga tertawa “Janganlah kamu sekalian memperbanyak tertawa karena banyak tertawa dapat mematikan hati”. (HR Ibnu Majah)



REFERENSI

Muhammad Sholih AL-Munajjid, Obat Lemahnya Iman, Darul Falah.






ALOKASI WAKTU
Langkah Uraian Waktu
Pembukaan Mentor membuka pertemuan dan pencapaian tujuan materi 5’
Ceramah Mentor menyampaikan isi materi Fenomena Lemahnya Iman 40’
Diskusi Mentor memberi kesempatan untuk diskusi dan tanya jawab 10’
Penutup Mentor menyimpulkan isi materi dan menutupnya dengan doa 5’
































16. HAL-HAL YANG MENGUATKAN IMAN


TUJUAN

* Peserta mengetahui sebab-sebab bertambahnya iman
* Peserta termotivasi Untuk melakukan hal-hal yang dapat menguatkan iman.



METODE PENDEKATAN

* Ceramah dan diskusi



RINCIAN BAHASAN

Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya iman itu dijadikan di dalam diri sesorang diantara kamu sebagaimana pakaian, maka mohonlah kepada Allah agar Dia memperbaharui” (HR Al- Thabrani). Maksudnya iman itu dapat menjadi usang dalam hati seperti halnya pakaian yang dapat menjadi usang bila lama dipakai.
Hal-hal yang menguatkan Iman


1. Menuntut ilmu, yaitu ilmu yang menyebabkan bertambahnya pengetahuan dan keyakinan tentang iman [35:28].
2. Menyimak/ mentadaburkan Al-Qur'an [17:282]
3. Dzikir dan Fikir

Dzikir adalah mengingat Allah berserta sifat-sifatNya, hal-hal yang menyangkut keagunganNya dan membaca kalimahNya [33:41, 8:4] Fikir adalah aktivitas yang mengacu kepada renungan terhadap ciptaan Allah, ayat-ayatNya dan mukjizatNya [l3:190-191]

4. Mengikuti dan komitmen terhadap halaqoh zikir. “Tidaklah segolongan orang duduk seraya menyebut Allah melainkan para malaikat mengelilingi mereka, rahmat meliputi mereka, ketentraman nati turun kepada mereka dan Allah menyebut mereka termasuk dalam golongan yang berada di sisiNya”. (HR Muslim)
5. Memperbanyak amal shalih, yang harus diperhatikan :

1. Sesegera mungkin melaksanakan ama1-amal sholih [3:33, 57:21, 22:90] dan hadits: “Pelan-pelan (berhati-hati) dalam segala sesuatu adalah baik kecuali di dalam amal akhirat”. (HR Abu Daud)

2. Melakukannya secara terus-menerus. “Alah menyukai amalan yang walaupun sedikit, tapi dikerjakan secara terus-menerus.” (HR.Bukhori)
3. Tidak merasa bosan. Maksudnya kerjakanlah ibadah sesuai dengan kemampuan. “Sesungguhnya agama itu adalah mudah, dan tidaklah agama itu dikeraskan oleh seseorang melainkan justru ia akan dikalahkan. Maka berbuatlah yang lurus dan sederhana.” (Hadits Riwayat Bukhari)
4. Mengulang amalan yang tertinggal dan terlupakan.

Barangsiapa yang tertidur hingga ketinggalan bacaan wiridnya dari sebagian malam atau dari sebagian bacaan wirid, lalu dia membacanya lagi antara sholat Shubuh dan shalat Zuhur, maka ditetapkan baginya seakanlah dia membacanya pada malam itu juga.” (HR. An-Nasa' i)

5. Berharap amalnya diterima Allah swt dan merasa cemas jika amalannya tidak dilerima Allah SWT.

6. Melakukan berbagai macam ibadah. "Barangsiapa yang menafkahi dua istri di jalan Allah, maka ia akan dipanggil dari pintu-pintu sorga ‘Wahal hamba Allah, ini adalah baik. Lalu barangsiapa yang menjadi orang yang banyak mendirikan sholat, maka ia dipanggil dari pintu sholat. Barangsiapa menjadi orang yang banyak berjihad, maka ia dipanggil dari pintu jihad. Barangsiapa menjadi orang yang banyak melakukan shoum, maka ia dipanggil dari pintu ar-Rayyan, Barangsiapa menjadi orang yang banyak megeluarkan shodaqoh, maka dia dipanggil dari pintu shodaqoh.” (HR Bukhori) "Berbakti kepada orangtua adalah pertengahan dari pintu-pintu sorga." (HR at- Tirmidzi)

7. Dzikrul maut. “Perbanyaklah mengingat pemutus segala kenikmatan, yaitu kematian.” (HR at-Tirmidzi) "Dulu aku melarangmu menziarahi kubur, ketahuilah, sekarang ziarahilah kubur karena hal itu dapat melunakkan hati, membuat mata menangis, mengingatkan hari akhirat, dan janganlah kamu mengucapkan kata-kata yang kotor. “ (HR Al- hakim)
8. Mengingat akhirat, yaitu mengingat nikmatnya sorga dan keras pedihnya neraka [lihat QS. 56, 75, dan 78].
9. Bermunajat kepada Allah dan pasrah kepadanya. Maksudnya: memohon kepada Allah dengan ketundukan dan kepasrahan yang sedalam-dalamnya.
10. Tidak berangan-angan secara muluk-muluk [26:205-207, 10:45].
11. Memikirkan kehinaan dunia [3:185]. Hadits: "Dunia ini terlaknat, dan terlaknat pula apa yang ada di dalanmya kecuali dzikruIlah dan apa yang membantunya, atau orang yang berilmu atau orang yang mencari ilmu.” (HR Ibnu Majah)
12. Mengagungkan hal-hal yang terhormat di sisi Allah [22:30,32].
13. Al-wala wal baro, artinya saling tolong menolong dan loyal kepada sesama muslim dan memusuhi orang-orang kafir [5:2].
14. Tawadhu (rendah hati). "Barang siapa menanggalkan pakaian karena merendahkan diri kepada Allah padahal ia mampu mengenakannya, maka Allah akan memanggilnya pada hari kiamat bersama para pemimpin makhluk, sehingga ia diberi kebebasan memilih diantara pakaian-pakaian iman mana yang dikehendaki untuk dikenakannya (HR At- Tirmidzi)
15. Muhasabah diri [59:18]
16. Do'a. [2:186].





REFERENSI

* Muhammad Shouh Al-Munajjid, Obat Lemahnya Iman, Darul Falah
* Dr. Muhammad Na'im Yasin, Yang Meguatkan Yang Membatalkan Iman, GIP.



ALOKASI WAKTU
Langkah Uraian Waktu
Pembukaan Mentor membuka pertemuan dan manyampaikan tujuan materi 5’
Ceramah Mentor menyampaikan isi materi 40’
Diskusi Saat untuk diskusi dan tanya jawab 10’
Penutup Mentor menyimpulkan isi materi dan menutupnya dengan doa 5’




























17. PENTINGNYA AKHLAK ISLAMI

TUJUAN

* Peserta memahami makna akhlak
* Peserta memahami pentingnya akhlak Islami
* Peserta termotivasi untuk merubah akhlak yang baik dan Islami



METODE PENDEKATAN

* Ceramah dan diskusi



RINCIAN BAHASAN

Definisi Akhlak

Akhlak adalah jati diri, karakter inheren yang menyertai seorang manusia di mana pun ia berada.
Faktor-faktor pembentuk akhlak


Akhlak terbentuk oleh 4 faktor :

1. Al-Wiratsiyyah (Genetik)
2. An-Nafsiyyah (Psikologis)
3. Syari'ah Ijtima'iyyah (Sosial)
4. Al-Qiyam (nilai Islami)



Keterangan:

1. Misamya: seseorang yang berasal dari daerah cenderung berbicara "keras", seorang muslim untuk berbicara keras atau kasar, karena Islam dapat memperhalus dan memperbaikinya.
2. Faktor ini berasal dari nilai-nilai yang keluarga (misalnya ibu dan bapak) tempat seseorang berkembang sejak lahir. Semua anak dilahirkan dalam fitrah, orang tuanyalah ynag menjadikan Yahudi, Nasrani, Majusi (Hadist). Seseorang yang lahir dalam keluarga yang orang tuanya bercerai akan berbeda dengan keluarga dengan orang tua yang lengkap.
3. Faktor lingkungan tempat seseorang akhlak yang ada pada dirinya berpengaruh pula dalampembentukan akhlak seseorang



* Faktor 1,2,3 yang (bila) bersifat negatif sebenarnya tidak akan menjadi masalah bila ketiga faktor pertama tersebut tunduk pada faktor ke-4 (nilai Islam)

4. Nilai Islami akan membentuk akhlak Islami.

Akhlak Islami ialah seperangkat tindakan/gaya hidup yang terpuji yang merupakan refleksi nilai-nilai Islam yang diyakini dengan motivasi semata-mata mencari keridhaan Allah SWT

Pentingya Akhlak Islami:

* Akhlak ialah salah satu faktor yang menentukan derajat keislaman dan keimanan seseorang.

”Paling Sempurna orang mukmin imannya adalah yang paling luhur akhlaknya” (HR Tirmidzi)

“Sesungguhnya kekejian dan perbuatan keji itu sedikitpun bukan dari Islam, dan sesungguhnya sebaik-baik manusia keislamannya adalah yang paling baik akhlaknya” (HR Thabrani, Ahmad, dan Abu Ya'la)

* Akhlak adalah buah ibadah

“Sesungguhnya shalat itu mencegah orang melakukan perbuatan keji dan munkar” (QS. 29.45)

* Keluhuran akhlak merupakan amal terberat hamba di akhirat

“Tidak ada yang lebih berat timbangan seorang hamba pada hari kiamat melebihi kejujuran akhlaknya”. (Abu Daud dan At- Tirmidzi)

* Akhlak merupakan lambang kualitas seorang manusia, masyarakat, umat, karena itulah akhlak pulalah yang menentukan eksistensi seorang muslim sebagai makhluk Allah SWT

"Sesungguhnya termasuk insan pilihan di antara kalian adalah yang terbaik akhlaknya” (HR. Muttafaq alaih)

Ahklak Islami penting dan urgen untuk direfleksikan da1am:

1. skala pribadi
2. skala masyarakat
3. skala umat



* Akh1ak juga terbentuk dari khotiroh (lintasan hati). Dari lintasan hati dilakukan/dicoba, lalu menjadi kebiasaan hingga membentuk akhlak. Misainya: kebiasaan mencotek.



* Akhlak dapat berubah tergantung kemauan individu tersebut.

Seseorang dapat berakhlak baik atau buruk, tergantung usaha yang ia lakukan.

REFERENSI

* Ziyad Abbas (ed.), Pilihan Hadits Potitik, Ekonomi dan Sosial, Pustaka Panjimas.
* Dr. Muhammad Ali Hasyimi, Apakah Anda Berkepribadian Muslim, hal. 24-28, GIP



* Muna Hadad Yakan, Hati-hati terhadap Media yang Merusak Anak, hal.38-4O, GIP
* Isnet, ‘Urgensi Akhlak I’
* Materi Training Manajemen Da'wah Muslimah “Peran Muslimah dalam Da'wah”



ALOKASI WAKTU
Langkah Uraian Waktu
Pendahuluan Mentor membuka pertemuan dan menyampaikan tujuan materi 5’
Ceramah Mentor menyampaikan isi materi 40’
Diskusi Mentor membuka forum diskusi dan tanya jawab 10’
Penutup Mentor menyimpulkan isi materi dan menutupnya dengan doa 5’



























18. AKHLAK RASULULLAH

TUJUAN

* Peserta tumbuh kesadarannya untuk meneladani akhlak Rasulullah SAW
* Peserta mengetahui contoh akhlak yang mulia dan termotivasi untuk melakukannya.
* Peserta mengetahui contoh akhlak tercela dan termotivasi untuk menjauhinya



METODE PENDEKATAN

* Ceramah dan Diskusi



RINCIAN BAHASAN

* Misi utama diutusnya Rasul ke dunia ialah untuk menyempurnakan akhlak manusia "Sesungguhnya Aku diutus untuk menyempurnakan keluhuran akhlak” (Hadist).
* Akhlak Rasulullah mencakup segala sisi kehidupan, yaitu sebagai sunnah, sebagai kepala pemerintahan, sebagai pemimpin tertinggi pasukan Islam
* Juga mencakup sifat yang bisa meliputi sagala sisi kehidupan (zuhud, sabar, penyayang, dll.)



Akhlak Rasulullah secara Umum

1. Akh1ak Qur’ani

Ditanyakan kepada Aisyah ra tentang akhlak Rasulullah SAW maka jawabnya “Akhlaknya Qur'ani” (AL-Hadist).

Akhlak Rasulullah adalah Al-Qur’an. Karena itu, untuk memperoleh gambaran utuh akhlak beliau kita perlu memahami Al-Qur’an dan As-Sunnah atau seggala sesuatu yang ada kaitannya dengan pola kehidupan Rasulullah

2. Akhlak manusia terbaik

Dikatakann oleh Anas ra, bahwa Rasulullah adalah manusia yang tcrbaik akhlaknya

Contoh akhlak-akhlak mulia yang diperintahkan Nabi SAW

1. Jujur

Hadits Rasul “Sesungguhnya kejujuran itu akan mengantarkan kepada kebajikan, dan sesuhgguhnya kebajikan itu akan mengantarkan ke surga. Dan seseorang senantiasa berkata benar dan jujur hingga tercatat di sisi Allah sebagai orang yang benarr dan jujur. Dan sesungguhnya dusta membawa kepada kejahatan, yang akhirnya akan mengantarkan ke dalam neraka. Dan seseorang sentiasa berdusta hingga dicatat di sisi Allah sebagai pendusta” (HR Bukhari Muslim)

2. Dermawan (QS. 2: 261)

“Tidaklah seorang hamba berada pada suatu pagi kecuali dua malaikat turun menemaninya. Satu malaikatt berkata: Ya Allah, berilah karuniaMu, sebagai ganti apa yang ia infakkan. Malaikat lainnya berkata: Ya, Allah, berilah ia kebinasaan karena telah mempertahankan hartanya yang tidak dinafkahkannya”. [HR Muttafaq’alaih].

3. Malu

Adalah Rasulullah SAW sangat tinggi rasa malunya, lebih pemalu dari gadis pingitan. Apabila Beliau tidak menyenangi sesuatu, kami dapat mengeetahuinya pada wajah Beliau. [HR Muslim], “Iman itu mempunyai 71 atau 81 cabang, dan yang paling utamanya adalah mengucapkan Laa ilaaha ilallah dan serendah-rendahnya adalah menyingkirkan duri (gangguan dari jalan). Dan sifat pemalu merupakan satu bagian dari iman” [HR Muttafaq’alaih). Tambahan: Lihat Ar-Rasul hal 197-199.

4. Menepati janji (QS. 5:1, 17:34). Tambahan: Lihat Ar-Rasul, hal. 56-60
5. Menutupi aib (QS. 24:19)



Contoh akhlak-akhlak tercela yang diperingatkan Rasulullah Saw:

1. Marah

QS. 3:133-134, Dari Abi Hurairah ra, bahwa seorang laki-laki berkata kepada Nabi SAW: “Wasiatilah aku.” Sabda Nabi: "Janganlah engkau mudah marah. Maka dikurangi beberapa kali. Sabdanya: Janganlah engkau mudah marah.” [HR. Bukhari-Muslim] Hadits Arbain ke-16

2. Ghibah dan Namimah (49:12)
3. Riya (2:264)
4. Sombong (17:37)
5. Zalim

“Hai hamba-hambaKu, sesungguhnya aku telah mengharamkan kezaliman (berbuat zalim) pada diriKu, dan Aku jadikan sebagai perbuatan haram bagi kalian , maka dari itu janganlah kalian berbuat zalim.” [HR. Muslim]

REFERENSI

* Abbas, S. Ziyad (ed.), Pilihan Hadits Politik, Ekonomi dan Sosial, Jakarta: Pustaka Panjimas
* Hasyimi, Dr.Muhammad Ali, Apakah Anda Berkepribadian Muslim?, Jakarta: GIP
* Hawwa, Sa'id, Ar-Rasul Muhammad SAW hal. 177-199, Solo: Pustaka Mantiq
* Yakan, Muna Haddad, Hati-hati terhadap Media yang Merusak Anak, Jakarta: GIP.
* Isnet, “Urgensi Akhlak I”.



ALOKASI WAKTU
Langkah Uraian Waktu
Pembukaan Mentor membuka pertemuan dan menyampaikan tujuan materi 5’
Ceramah Mentor menerangkan isi materi 40’
Diskusi Saat untuk diskusi dan tanya jawab 10’
Penutup Mentor menyimpulkan isi materi dan menutupnya dengan doa 5’


































19. BANGUNAN ISLAM

TUJUAN

* Peserta mengetahui gambaran menyeluruh tentang bangunan Islam
* Menumbuhkan kesadaran bahwa Islam adalah sistem hidup yang lengkap dan semrlima sehingga reserta termotivasi Untuk memasukinya secara keseluruhan .



METODE PENDEKATAN

* Ceramah dan Diskusi



RINCIAN BAHASAN
Pendahuluan

Konsepsi Islam bisa digambarkaan sebagai sebuah bangunan yang utuh dan kokoh. Dalam sebuah hadits dikatakan, “ Buniya l-Islami 'ala khamsin ...... ( Bangunan Islam itu ada lima perkara....”). Lihat juga di QS.61:4

* Islam adalah agama yang sempurna QS. Al-Maidah:3
* Kesempurnaan Islam ibarat bangunan yang kokoh.



Isi kandungan Al-Qur’an secara global ada 3 bagian:

1. Pokok dan pondasi (asas), yang terdiri dari:

1. Aqidah (keimanan): mencakup 2 kalimat syahadat & Rukun Iman yang enam (QS. 2:177, .47:19)

2. Ibadah (Rukun Islam yang lima)



2. Bangunan (Bina), berupa aturan yang mencakup seluruh aspek kehidupan manusia /sistem hidup, seperti:

1. Konsep sosial & kemasyarakatan (QS. 24: 27, QS. 49: 10-13)

2. Konsep politik (QS.8: 61, 42: 38)
3. Konsep rerekonomian (QS. 2:275, 282, 283)
4. Konsep militer/keprajuritan (QS.8:6O, 9:5-8)
5. Konser moral akhlak (QS. 2:237)
6. Konsep pendidikan (QS.3: 159, 2: 151)



3. Penyokong dan Penguat (Muayyidat)

1. Jihad (QS.22: 39-40)

2. Dakwah (QS.104)
3. Hukum-hukum (QS. 5:49)
4. Sanksi-sanksi (QS. 5:33, 5:38)





REFERENSI

Aqidah Seorang Muslim, Al-Ummah

ALOKASI WAKTU
Langkah Uraian Waktu
Pembukaan Mentor membuka pertemuan dan menyampaikan tujuan materi 5’
Ceramah Mentor menerangkan isi materi 40’
Diskusi Saat untuk diskusi dan tanya jawab 10’
Penutup Mentor menyimpulkan isi materi dan menutupnya dengan doa 5’































20. EKSISTENSI ALLAH

TUJUAN

* Menambah keimanan peserta kerada Allah
* Peserta meyakini bahwa Allah itu eksis/ada
* Peserta mengetahui buku utau dalil-dalil lentang eksistensi Allah
* Peserta memahami cara mengenal Allah



METODE PENDEKATAN

* Games
* Cemmah dan diskusi



RINCIAN BAHASAN
Bukti eksistensi A11ah

1. Dalil fitrah Q.S 10:22

Perasaan alami yang tajam dari manusia bahwa ada Zat yang maujud, yang tidak terbatas dan tidak berkesudahan, yang mengawasi segala sesuatu, mengurus dan mengatur segala, yang ada di alam semesta, yang diharapkan kasih sayang-Nya dan ditakuti kemurkaan-Nya.

2. Dalil akal QS 5:20-21

Dengan tafakkur dan renungan terhadap alam semesta yang menurunkan manifestasi dari eksistensi-Nya. Orang yang memikirkan dan merenungkan alam semesta akan menemukan, empat unsur ialah semesta:

* Ciptaan-Nya. QS 96:1-2; QS 36:36

Bahwa tiada yang dapat mencipta alam ini kecuali Allah, yang Maha Tinggi dan Maha Hidup.

* Kesempurnaan. QS 67:3; 32:7

Alam ini diciptakan dalam kondisi yang sangat sempurna tanpa cacat.

* Perbandingan ukuran yang tepat dan akurat. QS 25:2.

Alam ini diciptakan dengan perbandingan ukuran, susunan, timbangan, dan perhitungan yang tepat dan sangat akurat.

* Hidayah (tuntunan dan bimbingan). QS 20:49-50

Alam ini menunjukkan dan menuntun manusia bahwa Allah, Sang Pencipta Alam semesta, benar-benar ada. Allah memberikan hidayah (tuntunan dan petunjuk) kepada makhluk-Nyau untuk dapat menjalankan hidupnya dengan mudah, sesuai dengan karakteristik dirinya masing-masing. Kepada manusia sering disebut dengan ilham, kepada hewan sering disebut insting.

3. Dalil akhlaq

Secara fitrah manusia memiliki moral (akhlaq). Dengan adanya moral (akhlaq) inilah, ia secara naluriah mau tunduk dan menerima kebenaran agar hidupnya lurus dan urusannya berjalan teratur dan baik. Zat yang dapat menanamkan akhlaq dalam jiwa manusia adalah Allah, sumber dnri segala sumber kebaikan, cinta dan keindahan. Keberadaan 'moral' yang mendominasi jiwa manusia merupakan bukti eksistensi Allah. QS. 91:7-8

4. Dalil Wahyu

Para rasul diutus ke berbagai umat yang berbeda puda zaman yang berbeda. Semua rasul menjalankan misi dari langit dengan perantaraan wahyu. Dengan membawa bukti yang nyata (Kitab/wahyu & mukjizat) mengajak umatnya agar beriman kepada Allah, mengesakan-Nya dan menjalin hubungan baik dengan-Nya, serta mengingatkan akan akibat buruk syirik/berpaling dari-Nya (QS 6:91). Siapa yang mengutus mereka dengan tugas yang persis sama ? Siapa yang memberikan kekuatan, mendukung dan mempersenjatai mereka dengan mu'jizat? Tentu suatu Zat yang eksis (maujud), Yang Maha Kuat & Perkasa, yaitu Allah. Keberadaan para rasul ini merupakan bukti eksistensi Allah.

5. Daril sejarah

Semua umat manusia di berbagai budaya, suku, bangsa dan zaman, percaya akan adanya Tuhan yang patut disembah dan diagungkun. Semuanya telah mengenal iman kepada Allah, menurut cara masing-masing. Konsensus sejarah ini merupakan bukti yang memperkuat eksistensi Allah. (QS 47:10; perkataan ahli sejarah Yunani kuno bemama Plutarch)

Cara mengenal Ahah

Jalan yang ditempuh oleh ajaran selain Islam:

* Hanya mengandalkan panca Indra dan sedikit akal sehingga timbul prakira-prakira yang membentuk filsafat -filsafat atau pemikiran tentang ketuhanan.
* Filsafat dan pemikiran tersebut justru mendatangkan kegoncangan dan kebingungan dalam jiwa. Sehingga hanya menanamkan keraguan dan kesangsian terhadap keberadaa Allah. (QS 34:51-54 ; 2:147 ; 22:11 ;10:94).
* Jalan yang ditempuh oleh orang-orang kafir tersebut melanggar fitrah mereka. Sebab mencoba mengenal Allah dengan menggunakan panca indra saja. Padahal panca indra hanya bisa mendeteksi sesuatu yang dapat diraba, diukur, disentuh. Sebaiknya, untuk mengenal sesuatu selain Allah mereka menggunakan panca indera dan akal.
* Jalan yang ditempuh orang-orang kafir tersebut pada akhimya tidak pemah membawa mereka sampai mengenal siapa Sang Pencipta. Sebaiknya yang mereka dapatkan adalah ketidaktahuan akan Allah Yang Maha Mencipta.



Jalan yang ditempuh Islam:

* Orang-orang lslam mengenal Allah dengan menggunakan keimanan dan dilengkapi akal. Kedua rotensi tersebut dioptimalkan dengan dalam proses tafakkur dan tadabbur. Tafakkur berarti memikirkan ciptaan atau tanda-tanda kebesaran Allah (ayat Kauniyah). Tadabbur berarti merenungkan ayat ayat Allah yang tertulis dalam Al-Qur’an (ayat Qauliyah). Sehingga timbul keyakinan di dalam hati tentang kcberadaan dan kekuasaan Allah (QS 3:190-191; 12:105; 10:101).
* Jalan yang ditempuh oleh orang mu’min bersandarkan kepada fitrahnya sebagai manusia, yaitu mengoptimalkan akal, pemikiran, ilmu serta hatinya untuk mengenal Allah lewat tanda-tanda kebesaran-Nya (ayat-ayat-Nya) bukan zat-Nya. Baik tanda-tanda kebesaran Allah yang ada di alam, mu’jijat serta dalam Al-Qur’an. Lewat jalan ini, manusia akan mengenal Allah.



REFERENSI

* Materi Mentoring tanun 94/'95.
* DR. Yusuf Qordhowi; Wujudullah.
* Sa’id Hawwa; Allah Jalla Jalaluhu.



ALOKASI WAKTU
Langkah Uraian Waktu
Pembukaan Mentor menyampaikan pengantar dan tujuan materi 5’
Diskusi Pendahuluan Mentor mengajukan pertanyaan tentang logika keberadaan Allah 10’
Ceramah Mentor menguraikan materi eksistensi Allah 40’
Penutup Mentor merangkum/menyimpulkan isi materi sekaligus menutupnya dengan doa 5’


GAMES

Langkah- langkah

1. Mentor meminta tiga siswa menggambar sesuatu di papan tulis.
2. Mentor membuka diskusi dengan mengajukan pertanyaan sebab akibat keberadaan gambar di papan tulis. Misalkan:

* "Mengapa gambar tersebut ada di papan tulis?" (Karena ada yang menggambarr ! ) .

* "Jika tadi tak ada yang menggambar, apakah gambar tersebut akan ada? (Tidak !) .
* "Kalau begitu, ssegala sesuatu ada karena ada yang mengadakan. Gambar itu ada karena ada yang menggambar. Kita ada karena ada yang menciptakan. Alam semesta ini ada karena ada yang mengadakan. Siapa yang menciptakan kita?" (Allah !) .
* "Berarti Sang Pencipta itu memang ada!!"





































21. MAKNA ASYHADU

TUJUAN

* Peserta memahami makna syahadah baik secara bahasa maupun istilah
* peserta memahami pengaruh syahadah bagi kehidupan seorang mu’min



METODE PENDEKATAN

* Ceramah dan diskusi



RINCIAN BAHASAN

* Secara bahasa Asyhadu berarti saya bersyahadah. Dalam bahasa Arab kata ini bereentuk Fi'il Mudhori' atau setara dengan Present Continuous Tense dalam bahasa Inggris. Hal ini menunjukkan suatu aktifitas yang sedang berlangsung dan belum selesai.

Definisi Syahadah

* Secara bahasa:

1. Al-I'lanu (pernyataan) QS 3:64

Sebuah pernyataan, sekecil apapun memiliki konsekuensi yang harus dijalankan.

2. Al-Wa'du (anji) QS 7:172

Jika seseorang berjanji, selama janji itu belum direalisasikan maka seharusnya dia merasa berhutang. Karena janji adalah hutang dan hutang harus dibayar.

3. Al-Qosamu (sumpah)

Sumpah lebih berat dari sekedar pernyataan dan janji. Ia tidak diucapkan setiap saat. Hanya digunakan dalam situasi dan koNdisi yang diperlukan.

* Secara istilah: suatu pemyalaan, janji sek.nitas sumpah untuk beriman kepada Allah dan RasuI-Nya dengan:

1. Membenarka11dalam hati (At-Tasdiiqu bil Qolbi)

2. Dinyatakan dengan usan (Al-Qoulu bil Usan)
3. Dibuktikan dengan perbuatan (AL-"Amalu bil Arkan) lihat hadist 1

* Bersyahadah merupakan langkah awal untuk beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Keimanan seseorang yang bersyahadah harus diikuti dan disempurnakan dengan sikap istiqomah. Karena tak ada iman tanpa istiqomah dan tiada istiqomah tanpa iman. Iman tanpa istiqomah adalah lemah dan tidak sempurna. Sedang istiqomah tanpa iman adalah kebatilan. (QS 41: 30, hadist 2)


Manusia istiqomah memiliki ciri-ciri:

1. Syaja’ah (berani) QS 2:147
2. Ithmi’nan (Tenang ) QS 13:28
3. Tafa'ul (Optimis)

* Sikap tersebut merupakan anugerah dari Allah bagi orang-orang istiqomah yang akan membawa mereka ke kebahagiaan hidup (Assa’adah) baik di dunia maupun di akhirat.

Jenis-jenis Syahadah

1. Syahadah Rububiyah

Pengakuan identitas terhadap Allah sebagai pencipta, pcmilik, pemelihara dan penguasa alam semesta QS 7:172

2. Syahadah Uluhiyah

Pengakuan loyalitas terhadap Allah sebagai satu-satunya supremasi yang boleh disembah dan ditaati QS 76:30

3. Syahadah Risalah

Pengakuan terhadap diri Muhammad SAW sebagai hamba dan utusanNya. Beliau adalah tokoh idola dan pahlawan terbaik bagi manusia QS 33:21

Catatan

1. Hadist 1: “Iman ialah dikenali oleh hati, diucapkan dengan lisan dan diamalkan rukun-Rukunnya” (HR Ibnu Hibban)
2. Hadist 2: (Tentang istiqomah): “Katakanlah kau beriman kepada Allah. Kemudian beristiqomahlah (dalam keimanan)” (Al-Hadist)



REFERENSI

* Paket BP Nurul Fikri, Syahadahmu syahadahku
* Muh. Said Al-Qathtani, Muhammad bin Abd. Wahhab, Muh. Qutb, Memurnikan Laa Ilaaha Ilallah
* DR. Ibrahim Muhammad bin Al-Buraikan, Pengantar Studi Aqidah Islam



ALOKASI WAKTU
Langkah Uraian Waktu
Pembukaan Mentor menyampaikan pengantar dan sasaran materi Asyhadu 5’
Ceramah dan diskusi Mentor menguraikan materi makna Asyhadu dan membuka diskusi tentang materi yang telah disampaikan 50’
Penutup Mentor merangkum dan menyimpulkan isi materi sekaligus menutupnya dengan doa 5’


22. MAKNA SYAHADATAIN

TUJUAN

* Peserta memahami makna dan hakikat dua kalimat syahadah
* Peserta mengetahui pengaruh dua kalimat syahadah bagi kehidupan orang mu'min



METODE PENDEKATAN

Ceramah dan diskusi

RINCIAN BAHASAN

* Definisi Syahadatain

Syahadatain berarti dua kalimat syahadah. Dua syahadah yang dimaksud adalah syahadah syahadah dan syahadah risalah.

Syahadah Uluhiyah.

* Terdiri dari kalimat Laa Ilaaha Illallah. (QS 12:40; 47:19; 7:59; hadist 1; hadist 2)
* Laa berfungsi sebagai Kalimatun-Nafii (kata yang menolak)
* Ilaaha berfungsi sebagai Al-Munafii (yang ditolak) "
* Illa berfungsi sebagai Kalimatul-Itsbatu (kata yang ditolak)
* Allah berfungsi sebagai Al-Mutsbitu (yang dikukuhkan)
* Jadi, Syahadah Uluhiyah (Laa Ilaaha Illallah) merupakan penolakan terhadap seluruh bentuk Ilah yang diikuti dengan mengukuhkan Allah saja sebagai satu-satunya Ilah. (QS 14: 24-26; Lih. Fatwa Ibnu Taimiyah).
* Jika seseorang memulai dengan menegakkan Laa Ilaaha pada dirinya maka akan tumbuh Al-Baro’. Al-Baro' berarti memusuhi, membenci dan menghancurkan setiap Bentuk Ilah selain Allah.
* Ilah adalah sesuatu yang ditakuti, diharapkan, dicintai, ditaati dan disembah.
* Dengan membatalkan semua bentuk Ilah di luar Allah dan mengacuahkannya hanya untuk Allah, akan tumbuh Al-Wala’. Al-Wala' berarti loyalitas, siap memantau perintah Allah dengan penuh kecintaan dan ketaatan, mengabdi semata-mata kepada Allah dan tidak bersedia menjalankan perintah siapa pun, kapan pun, dimana pun juga, kecuali itu sesuai dengan perintah Allah.
* Jika seseorang telah memiliki prinsip bahwa tiada yang berhak untuk diabdi kecuali Allah (Laa ma'buda bihaqqin Illa Allah) barulah dapat dikatakan seorang mukhlisin (orang yang ikhlas) sejati. Orang-orang yang ikhlas inilah yang tidak akan pernah berhasil digoda oleh syaithan. (QS 38: 82-83)

Syahadah Risalah.

* Pengakuan 'persona garata' (orang yang dipercaya) terhadap Rasulullah sebagai duta Allah bagi alam semesta dan kesiapan untuk menjadikan beliau sebagai 'examplia gratia' (contoh/uswah) dalam setiap aspek kehidupan. (QS 21:1O7 ; 33:21 ; 68:4) .
* Jika seseorang muslim mengakui Nabi SAW sebagai persona garata dan siap menjadikannya sebagai exampliu gratia maka barulah dikatakan dia berwala' (loyal) kepada Rasulullah SAW.
* Berwala' kepada nabi berarti harus senantiasa ittiba' (mengikuti) kepada beliau dalam setiap aspek kehidupan. Karena Ittiba’ur Rasul merupakan bukti kecintaan dan ketaatan kepada nabi SAW.



Syahadah Uluhiyah dan risalah adalah suatu kesatuan (unity) yang tak dapat dipisahkan. Seorang muslim tidak dapat menerima hanya satu saja dari kedua syahadah itu. Jika seseorang hanya menerima syahadah uluhiyah saja berarti dia menjadi ingkar sunnah. Bila seseorang hanya menerima syahadah risalah saja berarti dia menjadi seorang Mohammedian. Keduanya tidak diperbolehkan dan bukan bagian dari ummat Islam.

Catatan:

1. Hadist 1: "Siapa yang mati dan dia tahu (meyakini) Laa Ilaaha Illallaah? niscaya dia akan masuk surga"
2. Hadist 2: "Siapa yang mengatakan bahwa tiada Ilah selain Allah niscaya akan masuk surga sesuatu dengau amalnya"
3. Fatwa Ibnu Taimiyah: "Tiada kesenangan dan kenikmatan yang sempurna bagi hati kecuali dalam kecintaan kepaada Allah dan bertaqarrub kepada-Nya dengan mengerjakan apa-apa yang dicintai-Nya. Kecintaan takkan terjadi kecuali dengan berpaling dari kecintaan kepada selain-Nya. Inilah hakikat Laa Ilaaha Illallah. Inilah jalan Ibrahim dan semua nabi serta rasul."



REFERENSI

* Paket BP Nurul Fikri, Syahadahmu Syahadahku
* Muhammad bin Said bin Salim Al-Qathany, Loyalitas Muslim terhadap Islam
* Said Al-Qathany, Muhammad bin Abd. Wahhab, Muh. Qutb, Memurnikan Laa Ilaaha Illallah









ALOKASI W AKTU
Langkah Uraian Waktu
Pembukaan Mentor menyampaikan pengantar dan sasaran materi syahadatain 5’
Ceramah dan diskusi Mentor menguraikan materi syahadatain dan membuka diskusi tentang materi yang telah disampaikan 50’
Penutup Mentor merangkum/menyimpulkan isi materi sekaligus menutupnya dengan doa 5’

































23. CINTA

TUJUAN

* Menjelaskan makna dan hakikat cinta
* Memahami tanda-tanda cinta



METODE PENDEKATAN

* Ceramah dan diskusi



RINCIAN BAHASAN

* Cinta berasal dari kata Al-Mahabbah yang berarti kasih sayang. Menurut Abdullah Nasih Ulwan cinta adalah perasaan jiwa dan gejolak hati yang mendorong seseorang mencintai kekasihnya dengan penuh gairah, lembut, dan kasih sayang.



Tanda-tanda cinta:

* Kagum/simpati.
* Berharap
* Takut
* Rela
* Selalu ingat



Semua tanda-tanda cinta tersebut selayaknya diberikan kepada Allah dalam rangka mencintai-Nya.

* Kagum terhadap kebesaran dan kekuasan Allah (QS 59:24)
* Mengharap kepada Allah (QS:39:53)
* Rela dan menerima ketentuan Allah sepenuhnya
* Selalu mengingat Allah (QS 13:28 ; 63:9; 59:19, 2:152)
* Takut kepada Allah



Cinta kepada Allah harus ditumbuhkan dan dibuktikan dalam ketaatan kepada-Nya. Sebab cinta akan tumbuh dari ketaatan dan kepatuhan kepada kehendak dan aturan-Nya. (QS 24:51 3:31)

Prioritas dalam Cinta (QS 9:24):

* Prioritas tertinggi, cinta kepada Allah, Rasulullah dan berjihad di jalan-Nya (QS 3:31-32; 58: 22; hadist 1 kisah Handzolah RA; kisah Asy-Syaikh Hasan Al-Banna)
* Prioritas menengah, cinta kepada orang tua, anak, saudara, istri suami dan kerabat (QS 31:14; hadist 2 dan hadist 3)
* Prioritas terendah, cinta yang lebih mengutamakan dan menomorsatukan cinta keluarga, kerabat, harta dan tempat tinggal dibandingkan terhadap Allah, Rasulullah dan berjihad fisabilillah.



Cdtatan:

Hadist 1: Tidaklah Sempurna seseorang dari kalian hingga ia mencintai saudaranya (sesama muslim) sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri (HR Bukhdri & Muslim)

Hadist 2: Semua makhluq adalah tanggung jawab Allah. Maka yang paling dicintai Allah adalah yang paling memperhatikan kehidupan keluarganya. (HR Thabrani & Baihaqi)

Hadist 3: Tidaklah sempurna iman selalu seorang dari kalian sehingga ia lebih mencintai aku daripada hartanya, anaknya dan mauusia seluruhnya (HR Bukhari & Muslim)

REFERENSI

* Abdullah Nashih Ulwan, Manajemen Cinta
* Al-Ummah, Panduan Aktifis Harokah

ALOKASI WAKTU

Langkah Uraian Waktu
Pembukaan Mentor menyampaikan prngantar dan sasaran materi cinta 10’
Ceramah Mentor menguraikan makan dan hakikat cinta, tanda-tanda dan prioritas cinta 40’
Penutup Mentor merangkum/menyimpulkan isi materi sekaligus menutupnya dengan doa 10’
















24. PROBLEMATIKA UMAT

TUJUAN

* Peserta mengetahui potensi-potensi yang dimiliki umat Islam
* Peserta mengetahui sebab-sebab kemunduran umat Islam
* Peserta mengetahui solusi dari problematika umat Islam



METODE PENDEKATAN

* Ceramah dan diskusi



RINCIAN BAHASAN

Potensi yang dimiliki umat Islam:

* Syariah/peraturan (Al-Qur’an). Peraturan yang dimiliki ummat Islam ini sudah lengkap dan menyeluruh.

QS. 15:9 ā tentang kemurnian Al-Qur’an

QS. 2:2a ā Al-Qur’an adalah petunjuk .

* Kekayaan alam

Kekayaan terbesar hampir sebagian besar (65 %) berada di negeri-negeri muslim. Cadangan minyak bumi 65 % berada di negeri muslim.

* Jumlah umat Islam. Sebagian besar penduduk dunia adalah muslim.
* Janji Allah untuk memenangkan umat Islam

QS. 61:9 ā Allah memenangkan umat lslam

QS. 2:214 ā Sesungguhnva pertolongan Allah amatlah dekat

* Sejarah Islam yang penuh dengan kejayaan.



Sebab-sebab kemunduran umat Islam:

* Faktor intemal (dari dalam lubuh umat Islam sendiri) :

1. Jauh dari Al-Qur’an dan sunah Rosul.

2. Mempelajari Islam hanya karena mengikuti. QS.12:1O8
3. Terpecah belah karena adanya perbedaan masa1ah furu.

QS. 8:63 āAllah yang mempersatukan hati

4. Rendah diri; tidak tsiqoh pada Islam

QS. 63:8 ākekuatan itu milik Allah, Rosul dan orang-orang mu'min

5. QS. 3:139 āorang akan tinggi derajatnya jika beriman
6. Gejala taqlid dengan semua yang datang dari Barat
7. Tertinggal dalam ilmu pengetahuan dan teknologi.



* Faktor ekstemal (dari luar umat Islam) :

Adanya Ghazwul Fikri (perang pemikiran dan harakatul Irtidad (gerakan pemurtadan) dari musuh-musuh Islam untuk menghancurkan Islam dan umatnya.)

SoIusi unt:uk meraih kemenangan:

1. Umat Islam harus menerapkan syariat Islam da1am seluruh aspek kehidupan.
2. Mendidik generasi Islam dengan manhaj pendidikan yang syamil (sempurna) dan mutakamil (menyeluruh).
3. Menyiapkan kekuatan semaksimal mungkin untuk menghadapi musuh.
4. Perjuangan dan pengorbanan.



REFERENSI

* Panduan Aktivis Harokah (hal79), Pustaka Al-Ummah
* Rencana Penghapusan Islam dan Pembantaian Kaum Muslimin di Abad Modern (hal.48), Nabil bin Abdurrahman



ALOKASI WAKTU
Langkah Uraian Waktu
Pembukaan Mentor membuka pertemuan dan menyampaikan tujuan materi 5’
Ceramah Mentor menguraikan isi materi 40’
Diskusi Mentor membuka kesempatan diskusi dan tanya jawab 10’
Penutup Mentor merangkum/menyimpulkan isi materi dan menutupnya dengan doa 5’



















25. GHOZWUL FIKRI

TUJUAN

* Peserta memahami makna dan hakikat Ghozwul fikri
* Peserta memahami sarana, metode dan hasil-hasil dari Ghozwul Fikri



METODE PENDEKATAN

* Games
* Ceramah dan diskusi



RINCIAN BAHASAN

Pengertian Ghozwul fikri

* Secara bahasa

Ghozwul Fikri terdiri dari dua kata; ghozwah dan Fikr. Ghozwah berarti serangan, serbuan atau invasi. Fikr berarti pemikiran. Serangan atau serbuan di sini berbeda dengan serangan dan serbuan dalam qital (perang).
Serangan / Serbuan
Qital Ghozwah

* Saling mengetahui, siapa lawannya



* Sepihak, yang lain tidak menyadari kalau diserang

* Banyak korban jiwa



* Relatif tidak ada

* Membutuhkan dana yang besar



* Relatif membutuhkan dan yang sedikit

* Hasilnya belum tentu berhasil



* Hasilnya nyata terlihat & berhasil

* Efeknya terbatas



* Efeknya dalam dan luas



* Secara Istilah

Penyerangan dengan berbagai cara terhadap pemikiran umat Islam guna merubah apa yang ada di dalanmya sehingga tidak lagi bisa mengeluarkan darinya hal-hal yang benar karena telah tercampur aduk dengan hal-hal tak islami.

Sasaran GF

1. Menjauhkan umat Islam dari Dien (agama)-nya. QS. 17:73 ; QS. 5:49
2. Berusaha memasukkan yang sudah kosong Islamnya ke dalam agama kafir. QS. 2;217, QS. 2;120
3. Memadamkan cahaya (agama) Allah. QS. 61;8, QS. 9;32



Metode GF

1. Membatasi supaya Islam tidak tersebar luas.

* Tasykik (pendangkalan/peragu-raguan)

Gerakan yang berupaya menciptakan keragu-raguan dan pendangkalan kaum muslimin terhadap agamanya.

* Tasywih (Pencemaran/pelecehan)

Upaya orang kafir untuk menghilangkan kebanggaan kaum muslimin terhadap Islam dengan menggambarkan Islam secara buruk.

* Tadhlil (penyesatan)

Upaya orana kafir menyesatkan umat mulai dari cara yang halus sampai cara yang kasar.

* Taghrib (pembaratan/westernisasi)

Gcrakan yang sasarannya untuk mengeliminasi Islam, mendorong kaum muslimin agar mau menerima seluruh pemikiran dan perilaku barat.

2. Menyerang Islam dari dalam

* Penyebaran faham sekuralisme

Berusaha memisahkan antara agama dengan kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

* Penyebaran faham nasionalisme

Nasionalisme mmbunuh ruh ukhuwah Islamiyah yang merupakan azas kekuatan umat Islam. (Hadits 1) .

* Pengrusakan akhlak umat lslam terutama para pemudanya.



Sarana GF

* Mass Media : cetak dan elektronika



Hasil GF

1. Umat Islam menyimpang dari Al-Qur’an dan As-Sunnah QS 25:30
2. Minder dan rendah diri QS 3:139
3. Ikut-ikutan QS 17:36
4. Terpecah-belah QS 30:32



Catatan

* Hadist 1: “Bukan dari golonganku orang yang mengajak pada ashobiyah dan bukan golonganku orang yang berperang atas dasar ashobiyah dan bukan dari golonganku orang yang mati karena ashobiyah”



REFERENSI

* Materi Mentoring tahun 94/95
* Daud Rasyid, M.A, AL-Ghazwu Al-Fikri dalam sorotan Islam.
* Prof. Abdul Rahman H. Habanakah, Metode merusak akhlaq dari Barat,
* Abu Ridha, Pengantar Memahami AL-Ghazwu Al-Fikri

ALOKASI WAKTU
Langkah Uraian Waktu
Pembukaan Mentor membuka pertemuan dan menyampaikan tujuan materi ghozwul fikri 5’
Games Mentor melakukan simulasi sebagai pengantar materi GF 10’
Ceramah Mentor membahas hikmah menguraikan materi GF 40’
Penutup Mentor menyimpulkan materi GF sekaligus menutup mentoring dengan doa 5’
Games 1

Membedakan dua benda yang amat berlainan (Misalnya kapur dan tissue)

* Langkah 1

Para mad'u harus menyebutkan dengan cepat setiap benda yang diangkat oleh Mentor (dilakukan beberapa kali).

* Langkah 2

Sekarang benda ditukar namanya. Jika kapur diangkat, peserta harus menyebutnya sebagai tissue, begitu pula sebaliknya. Pada awalnya peserta akan mengalami kesulitan karena belum terbiasa. Tapi lama kelamaan akan terbiasa.

* Hikmah

Itulah Gozwul fikri. Pada awalnya nilai-nilai keislaman itu sudah jelas dan pasti. Tetapi musuh Islam berusaha menghilangkan nilai keislaman dari umat Islam secara perlahan-lahan. Maka disodorkanlah pada muslimin nilai yang tidak Islami. Mulanya umat Islam tidak menerimanya (tidak terasa) tapi lama kelamaan karena usaha mereka yang terus-menerus ditambah umat Islam yang malas mengkaji Al-Qur’an dan Sunnah, maka umat Islam akan larut dan tenggelam dengan nilai-nilai non Islam tersebut, bahkan nilai-nilai yang menyimpang dengan Islam sudah danggap biasa. Dan sebaiknya ketika disodorkan nilai-nilai Islam mereka tidak mau menerima Islam dan menjauh, seperti yang terjadi sekarang ini.

Games 2

Al-Qur’an ditengah karpet.

* Langkah 1

Al-Qur’an diletakkan di tengah-tengah karpet yang lebar. Peserta diperintahkan untuk mengambil Al-Qur’an tadi tanpa menyentuh karpet (Sulit/tidak bisa).

* Langkah 2

Peserta diberitahu cara untuk mencapai Al-Qur'an tanpa harus menginjak karpet, yaitu dengan cara menggulung karpet sampai tengah dan dapat mengambil Al-Qur'an.

Hikmah

Usaha musuh-musuh Islam untuk menghancurkan Islam tidak lagi dengan 'menginjak-injak' kaum muslimin melainkan dengan mengambil jiwa Al-Qur’an dalam jiwa mereka dengan cara perlahan-lahan dan membuai serta tahap demi tahap tanpa disadari oleh umat Islam.
































26. PENTINGNYA PENDIDIKAN ISLAM

TUJUAN

* Peserta memahami makna dan hakikat pendidikan Islam
* Peserta memahami sebab-sebab pentingnya pendidikan Is1am
* Peserta termotivasi untuk mengikuti pendidikan Islam



METODE PENDEKATAN .

* Ceramah
* Diskusi Kelompok



RINCIAN BAHASAN

Makna dan Hakikat Pendidikan Islam

* Dalam bahasa Arab pendidikan Islam disebut At-Tarbiyah Al-Islamiyah
* Secara bahasa, tarbiyah memiliki beberapa arti:
* Roba - Yarbu = tumbuh berkembang
* Robiya - Yarba = tumbuh secara Alami
* Robba - Yarubbu = memperbaiki, meningkatkan

Berarti proses pendidikan Islam seharusnya menumbuhkembangkan secara alami, juga sebagai proses perbaikan peningkatan diri bagi orang yang terubat di dalamnya. Pendidikan Islam bukan hal yang mengada-ada, dia memang ada.

* Secara istilah makna tarbiyah adalah:

1. Menyampaikan sesuatu sampai pada tingkat sempurna sedikit demi sedikit (Al-Baydowi)

2. Menumbuhkan sesuatu sedikit demi sedikit sampai dengan tahap sempurna (Al-Asmahadi)



Mengapa Pendidikan Islam diperlukan?

* Melihat kondisi nyata umat Islam
* Umat Islam tidak memahami Islam itu sendiri
* Akibatnya: umat terjebak dalam kondisi kebodohan, kelemahan dan kehinaan
* Umat Islam berada dalam kerusakan
* Penyebabnya:

1. Kecintaan kepada dunia yang berlebihan dan takut mati
2. Saling berpecah-belah
3. Mengkotak-kotakkan ajaran Islam
4. Meninggalkan jihad



* Hakikat jiwa manusia
* Memiliki kecenderungan untuk berbuat fujur (dosa)
* Terbuka untuk menerima hidayah (petunjuk)



Solusi : melihat kondisi umat saaat ini serta memperhatikann hakikat jiwa manusia maka dibutuhkan sebuah pendidikan Islam bagi umat Islam.

Pendidikan Islam (Tarbiyah Islamiya) harus bersifat :

* Kontinu (Mustamiroh)
* Membentuk syahsiyah Islamiyah bukan sekedar transfer ilmu (Takwiniyah)
* Bertahap /terprogram (mutadarrijah)
* Menyeluruh tidak parsial (Kaafah)



REFERENSI

* Abu Ridho; Tarbiyah Islamiyah



ALOKASI WAKTU
Langkah Uraian Waktu
Pembukaan Mentor membuka pertemuan dan mengutarakan tujuan dan materi yang akan disampaikan materi 5’
Diskusi pendahuluan Mentor mngutarakan kondisi umat Islam pada saat ini dan mengajukan pertanyaan kepada saat ini dan mengajukan pertanyaan kepada peserta kira-kira apa yang menjadi penyebabnya 10’
Ceramah Mentor menguraikan isi materi 30’
Diskusi Mentor membuka kesempatan diskusi dan tanya jawab 10’
Penutup Mentor menyimpulkan isi materi dan menutup pertemuan dengan doa 5’












27. TARBIYAH RUHIYAH

TUJUAN

* Peserta memahami hakikat taqwa dan balasan bagi orang-orang yang bertaqwa
* Peserta mengetahui jalan mencapai sifat taqwa



METODE PENDEKATAN

* Ccramah dan diskusi



RINCIAN BAHASAN
Hakikat Taqwa

Ungkapan para sahabat dan ulama:

* Taqwa: merupakan konsekuensi logis dari keimanan yang kokoh yang dipupuk dengan muraqabatullah, merasa takut terhadap murka dan azab-Nya dan selalu berharap atas limpahan karunia dan maghfirohNya.
* Taqwa: Hendaklah Allah tidak melihat kamu berada dalam larangan larangnn-Nya dan tidak kehilangan kamu di dalam perintah-pcrintahNya.
* Taqwa: Mencegah diri dari azab Allah dengan berbuat amal sholeh dan takut kepada-Nya di kala sepi ataupun terang-terangan.
* Taqwa: Hendaklah kamu berbuat dengan taat kepada Allah, berada di atas cahaya dari Allah, mengharap pahala Allah, meninggalkan kedurhakaan kepada Allah berdasarkan cahaya-Nya dan lakut kepada siksa-Nya (Ibnu Mas'ud)

Balasan bagi orang-orang bertaqwa

* Diberikan furqon dan diampuni dosanya (QS 8:29)
* Diberikan rahmat dancahaya hidayah dari Allah (QS 57:28)
* Diberikan jalan keluar dan rizki dari arah yang tidak disangka-sangka (QS 65:2-3)
* Dimudahkan oleh Allah segala urusan (QS 65:4)
* Ditutupi kesalahan-kesalahan dan akan dilipatgandakan pahala baginya oleh Allah (QS 65:5)
* Mendapatkan berkah dari Allah (QS 7:96)

Jalan Menuju Taqwa

1. Mu’ahadah (mengingat perjanjian) QS 16:91

Caranya: Hendaklah seorang mu’min berkhalwat (menyendiri) untuk menginstropeksi diri. Hanya antara dia dengan Allah. Ingatlah bahwa setiap hari kita berjanji denga Allah minimal 17X dalam sholat. “Iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'iin”.

2. Muraqabatullah (merasakan kesertaan Allah) QS 26:218-219

Makna: merasakan keagungan Allah di setiap waktu dan keadaan serta merasakan kcbersamaan-Nya di kala sepi ataupun ramai.

Cara: sebelum memulai sesuatu pekerjaan dan di saat mengerjakannya, hendaklah seorang mu’min memeriksa dirinya. Apakah setiap gerak dalam melaksanakan amal dan ketaatannya dimaksudkan untuk kepentingan pribadi dan mencari populariitas atau karena dorongan ridho Allah dan menghendaki pahala-Nya?

Macam-macam Muraqabatullah:

* Muraqabatullah dalam melaksanakan ketaatan: ikhlas
* Muraqabatullah dalam kemaksiatan: taubat, penyesalan dan meninggalkannya
* Muraqabatullah dalam hal yang mubah: menjaga adab-adab terhadap Allah dan bersyukur atas nikmat-Nya
* Muraqabatullah dalam musibah: ridho kepada ketentuan Allah serta memohon pertolongan-Nya dengan penuh kesabaran



3. Muhasabah (Instrospeksi diri) QS 59:18

Cara: Hendaklah seorang mu'min menghisab dirinya ketika selesai melakukan amal perbuatan: Apakah tujuan amalnya untuk meudapatkan ridho Allah? Atau apakah amalnya dirembesi sifat riya' ? Apakah ia sudah memenuhi hak-hak Allah dan hak-hak-manusia ?

4. Mu’aqobah (Pemberian Sanksi) QS 2:179

Tujuan: Jika seorang mu'min berbuat kesalahan maka tak pantas bentuk membiarkannya, sebab akan mempermudah terlanggarnya kesalahan yang lain dan akan sulit meninggalkannya. Karena jika seseorang melakukan maksiat biasanya akan diikuti dengan maksiat yang lain (Lih. Perkataan Ibnu Qoyyim Al-Jauziyah)

Syarat: sanksi ini harus dengan sesuatu yang mubah, tidak boleh dengan yang haram atau mencelakakan (QS 2:195; 4:29)

5. Mujahadah ( optimalisasi) QS 29:69

Caranya: Apabila seorang mu’min terseret dalam kemalasan, santai, cinta dunia, dan tidak lagi melaksanakan amal-amal sunnah serta ketaatan yang lainnya tepat pada waktunya; maka ia harus memaksa dirinya melakukan amalan-amalan sunnah lebih banyak dari sebelumnya

Hal-hal yang harus diperhatikan:

* Hendaklah amal-amal yang sunnah tidak membuatnya lupa akan kewajiban yang lainnya



* Tidak memaksakan diri dengan amal-amal sunnah yang di luar kemampuannya



Catatan:

Perkataan Ibnul Qoyyim A: Pada dasamya manusia ynng sudah terperangkap dalam kemaksiatan akan merasa sulit untuk keluar dan melepaskan diri darinya sebagaiman diucapkan oleh ulama salaf :

“Diantara dampak negatif maksiat adalah menimbulkan maksiat yang lain. Sedangkan pengaruh kebaikan adalah mendatangkan kebaikan berikutnya. Maka jika seorang hamba melakukan suatu kebaikan, kebaikan yang lainnya akan meminta untuk dilakukan, begitu seterusnya hingga hamba tersebnt memperoleh keuntungan ynng berlipat ganda dan kebaikan yang tiada sedikit. Begitu pula hamya dengan kemaksiatan. Dengan demikian, ketaatan dan kemaksiatan merupakan sifat yang kokoh dan kuat serta menjadi kebiasaan yang teguh pada diri si pelaku”.

REFERENSI

* Dr. Abdullah Nasih Ulwan, Tarbiyah Ruhiyah: Petunjuk praktis Mencapai Derajat Taqwa
* AL-Hafidz Ibnul Qoyyim Al-Jauziyah, Akibat Berbuat Maksiat.



ALOKASI WAKTU
Langkah Uraian Waktu
Pembukaan Mentor menyampaikan pengantar dan sasaran materi Tarbiyah Ruhiyah 5’
Diskusi dan Diskusi Mentor menguraikan materi tarbiyah Ruhiyah dan membuka diskusi tentang materi yang telah disampaikan 50’
Penutup Mentor merangkum dan menyimpulkan isi materi dan menutupnya dengan doa 5’













28. BIRRUL WALIDAIN

TUJUAN

* Peserta memahami pentingnya berbakti kepada orang tua sebagai bagian dari ibadah
* Peserta mengetahui contoh-contoh praktis berbakti kepada orang tua dalam kehidupan sehari-hari.



METODE PENDEKATAN

* ceramah dan diskusi



RINCIAN BAHASAN

Pendahuluan

* Perhitungan Allah terhadap hak orang tua ( QS. 4:36; 17:23)
* Birrul Walidain adalah kewajiban anak



Bentuk-bentuk Birrul Walidain

* Mentaati selama bukan maksiat (QS. 31:15). Hadits Rusulullah: “Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam rangka maksiat kepada Allah”.

Contoh: Kisah Sa’ad bin Abi Waqosh.

* Bersikap rendah hati dan berbicara lemah lembut (17:23-24)
* Membantu dengan harta
* Perbuatan-perbuatan yang dapat dilakukan jika orang tua sudah wafat



Kesimpulan :

* Birrul Walidain merupakan kewajiban dan ibadah (lihat QS. 31:14 ; 46:15)



REFERENSI

* Asyur, Ahmad Isa. Berbakti kepada Ibu Bapak, GIP
* Materi Mentoring th. 94/95.



ALOKASI WAKTU
Langkah Uraian Waktu
Pembukaan Mentor membuka pertemuan dan menyampaikan tujuan materi 5’
Ceramah Mentor menyampaikan isi materi 40’
Diskusi Saat untuk diskusi dan tanya jawab 10’
Penutup Mentor menyimpulkan isi materi dan menutup pertemuan dengan doa 5’

29. ILMU ALLAH

TUJUAN

* Peserta memahami sifat dan kualitas Ilmu Allah.
* Peserta mengetahui jalan-jalan turunnya ilmu Allah
* Peserta mengetahui bukti-bukti ilmu Allah



METODE PENDEKATAN

* Ceramah dan diskusi



RINCIAN BAHASAN
Pendahuluan

* Sebagai konsekuensi logis dari Maha Penciptanya Allah yang meliputi ekosistem zahir/fisik, meliputi alam semesta, manusia, flora dan fauna dan ekosistem batin/metafisik, meliputi alam ruh, jin dsb, ialah Allah pulalah yang berhak disebut Al-Aliim (Maha Mengetahui) (QS. 59:22). Aksioma yang berlaku: Yang mencipta lebih tahu terhadap yang diciptakan..
* Ilmu Allah mencakup semua yang ada dan yang mungkin ada

Sifat Ilmu ALIah

1. Bersifat Pasti. Allah menciptakan segala sesuatu dan menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi rapinya (QS. 25:2, 15:21)
2. Bersifat Obyektif (QS. 41:53)
3. Perintah Allah berlaku pada ciptaanNya (yang merupakan hasil IlmuNya)

Kualitas Ilmu Allah

Ilmu Allah tak dapat dibandingkan dengan ilmu siapapun dan Allah Maha mengetahui yang ghaib dan yang tersembunyi (QS. 18:109, 31:27, 31:16, 40:19).
Hakikat Ilmu Allah

Allah menggunakan 2 jalur dalam mengajarkan ilmunya pada manusia:

1. Jalur formasi resmi

* Dalam Bentuk wahyu

Sistem penyampaiannya berstruktur, melalui malaikat, rasul, sahabat, tabi’in, tabi’it tabi’in hingga ulama akhir zaman. Tidak langsung disampaikan ke seluruh manusia.

2. Jalur informal

* Dalam Bentuk ilham/ inspirasi

Sistem penyampaiannya mandiri, diperuntukkan bagi siapa saja, baik beriman maupun kafir yang mau mengadakan mubasyarah (pengamatan) terhadap alam semesta. Barang siara yang berusaha, maka dia akan mendapatkan. [29:69]

Bukti Ilmu Allah

1. Ayatul Kauniyah, yaitu ayat-ayat Allah yang terhampar di alam, merupakan bukti yang meandukung kebenaran ayatul Qauliyah [3:109]. Ayat-ayat Kauniyah ini merupakan sarana bagi kehidupan manusia. Manusia harus melakukan eksperimen/percobaan dalam mengembangkan dan memanfaatkan untuk kemaslahatan hidupnya. Kebenaran yang diperoleh dari eksperimen tersebut, sifatnya relatif dan empiris
2. Ayatul Qauliyah, yaitu ayat-ayat Allah yang terkandung di dalam Al-Qur’an, merupakan petunjuk untuk menemukan fakta empiris Ayatul Kauliyah. Ayat Qauliyah ini harus dijadikan pedoman hidup bagi manusia sebab kebenarannya adalah mutlak [2:185]

* Mempelajari ayat-ayat Allah tidak hanya ayatul qouliyah, tetapi diikuti dengan mempelajari ayatul Kauniyah.

* Dengan mempelajari ayatul Qauliyah, pengenalan terhadap Allah menjadi tepat dan akurat. Dengan mempelajari ayatul Kauniyah, pengenalan terhadap Allah menjadi meluas dan mendalam.
* Hubungan ayat Qauliyah dan ayat Kauniyah: Ayat Qauliyah memberikan isyarat bagi manusia agar ayat Kauniyah (ayat) dimanfaatkan. Ayat Kauniyah memberikan bukti atas kebenaran informasi dari ayat Qauliyah.
* Melepaskan hubungan antara keduanya dapat me1emhkan manusia.
* Mempelajari ayattul Kauniyah dengan melepaskan ayatul Qauliyah akan mengakibatkan kehancuran manusia di akhirat. Sebaiknya mempelajari ayatul Qauliyah dengan melepaskan ayatul Kauniyah akan mengakibatkan kehancuran di dunia.



REFERENSI

Paket BP Nurul Fikri, Ilmu Allah

ALOKASI WAKTU
Langkah Uraian Waktu
Pembukaan Mentor membuka pertemuan dan menyampaikan tujuan materi 5’
Ceramah Mentor menyampaikan isi materi 40’
Diskusi Saat untuk diskusi dan tanya jawab 10’
Penutup Mentor menyimpulkan isi materi dan menutup pertemuan dengan doa 5’


30. SIMBOL SUKSES

TUJUAN

* Peserta mengetahui makna simbol dan sukses
* Peserta mengetahui hakikat sukses dalam Islam
* Peserta mengetahui langkah-langkah menuju sukses hidup dalam Islam



METODE PENDEKATAN

* Ceramah dan diskusi



RINCIAN BAHASAN
Pengertian simboI sukses

* Simbol berarti abstraksi alau representatif dari suatu hal yang konkrit.
* Sukses dapat berarti berhasil mencapai sesuatu yang dikehendaki atau diinginkan. Sukses bersifat relatif tergulung dari pengetahuan seseorang tentang hakekat sukses yang sebenarnya.

Langkah hidup

Langkah-langkah untuk mencapai sukses dalam kehidupan disebut langkah hidup.

1. Pikiran adalah langkah hidup

Pikiran manusia bukan saja sebagai tool (alat), tapi juga merupakan suatu control (kendali). Karena pikiran kita juga merupakan suatu control berarti dia ikut menentukan apa-apa yang akan kita lakukan. Itulah sebabnya kita harus berhati-hati dalam memberikan input (masukan) ke dalam pikiran kita. Kita harus selalu memeriksa isi pikiran kita dan mengisinya dengan pemikiran yang bersih.

2. Ucapan adalah langkah hidup

Yang membedakan ucapan adalah nilai dan isi yang terkandung di dalammya. Ucapan yang mempunyai nilai dan isi yang baiklah yang yang akan menyelamatkan kita. Dan yang sebaiknya akan membinasakan kita. (hadits 1; hadist 2)

3. Tindakan adalah langkah hidup

Seseorang membutuhkan tindakan untuk mencapai sukses. Jika tindakan (amal) yang dilakukan itu kebajikan, maka berlakulah “barang siapa menanam dia akan memetik hasilnya. Sebaliknya, jika tindakannya berupa kemaksiatan, maka berlakulah “barang siapa menggali lubang maka ia akan terperosok ke dalamnya”. Kedua prinsip tersebut berlaku di dunia atau akhirat, atau kedua-duanya. Bukakah manusia hanya berusahu sedangkan Allahlah yang menentukan? [13:11]

Simbol sukses dan simbol gagal Pikiran

Pikiran, ucapan dan tindakan adalah faktor intemal manusia. Ketiganya merupakan langkah hidup. Setiap langkah hidup yang semakin mendekatkan seseorang ke tujuan yang dikehendaki disebut sebagai simbol sukses. Sedangkan sebaiknya adalah simbol gagal. Faktor eksternal yang juga ikut menentukan langkah nidup diantaranya adalah lngkungan.(Hadits 3)
Peranan niat dalam mencapai sukses

Kita harus yakin bahwa sukses yang kita kejar di dunia ini semata-mata karena mengharapkan ridho-Nya. Bukan karena mengharap ridho manusia.
Sukses diatas sukses. QS 3;185, QS. 98;8

Tiga tipe manusia :

* Tipe manusia yang memiliki simbol gagal. Gagal di dunia dan di akhirat.
* Tipe manusia yang memiliki simbol sukses, tapi tidak memiliki niat ikhlas. Sukses di dunia dan gagal di aknirat
* Tipe manusia yang memiliki simbol sukses dan didasari oleh niat yang ikhlas. Sukses di dunia dan di akhirat



REFERENSI

Paket BP NF, Simbol Sukses

Catatan :

1. Hadist 1: “Burang siapa yang beriman kepada Allah dan hari kiamat, berkatalah yang baik atau diam.” (HR Bukhari Muslim)
2. Hadist 2: “Burung siapa yang menjamin untukku dengan apa yang ada diintara dua tulang rahangnya dan diantara dua kakinya, maka aku janji surga baginya” (HR Bukhori)
3. Hadist 3 : “Sesungguhnya perumpamaan bergaul dengan teman yang baik dan orang yang jahat adalah seperti bergaul dengan penjual minyak wangi dan pandai besi. Teman penjual minyak wangi itu boleh jadi akan memberi minyak wangi kepadamu atau kamu dapat membelinya atau paling tidak kamu akan mendapat bau harum daripadanya. Sedangkan teman pandai besi boleh jadi akan menbuat pakaianmu berlubang (terbakar) atau paling tidak kamu ikut hangus dengannya.” (HR Bukhori-Muslim)



ALOKASI WAKTU
Langkah Uraian Waktu
Pembukaan Mentor membuka pertemuan dan menyampaikan tujuan materi 5’
Ceramah Mentor menyampaikan isi materi 40’
Diskusi Saat untuk diskusi dan tanya jawab 10’
Penutup Mentor menyimpulkan isi materi dan menutup pertemuan dengan doa 5’

TADABBUR AYAT
QS. AL-HUJURAAT AYAT 10-13


TUJUAN

* Peserta memahami hak-hak muslim terhadap saudaranya yang muslim
* Peserta mengetahui hal-hal yang dapat merusak persaudaraan
* Peserta memahami makna su'uzhon, ghibah dan namimah dan termotivasi untuk menjauhinya
* Peserta memahami pentingnya persaudaraan dalam masyarakat Islam dan termotivasi merealisasikannya dalam aktivitas sehari-hari.



METODE PENDEKATAN

* Ceramah dan Diskusi



RINCIAN BAHASAN

10. “Sesungguhnya arang-arang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah anfara kedua saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu mendapat nikmat.”
11. “Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (uang mengolok-olokkan) dan jangan pula, wanita-wanita (mengolok-olokkan) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi waanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokkan) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil-memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman, dan barang siapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-arang yang zalim”.
12. “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan jangalah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagain yang lain. Sukakah salah seorang diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati ? maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Menerima taubat lagi Maha Penyayang”.
13. “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari scorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu ialah orang yang paling bertaqwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”

(QS. Al-Hujurat ayat 10-13)

A

llah WT menegaskan dalam ayat 10 bahwa sesungguhnya orang-orang mumin bersaudara seperti hubungan persaudaraan antara orang-orang seketurunan karena sama-sama menganut unsur keimanan yang sama dan kekal.

Setiap muslim memiliki hak atas saudaranya yang sesama muslim. Dalam hadits Riwayat Bukhari dari Anas bin Malik, Rasulullah saw. bersabda: "Orang muslim itu adalah saudara orang muslim, jangan berbuat aniaya kepadanya, jangan membuka aibnya, jangan menyerahkannya kepada musuh, dan jangan meninggikan bangunan rumah sehingga menutup udara tetangganya kecuali dengan izinnya, jangan mengganggu tetangganya dengan asap masakan dari periuknya kecuali jika ia memberi segayung dari kuahnya. Jangan membeIi buah-buahan untuk anak-anak, lalu dibawa keluar (diperlihatkan) kepada anak-anak tetangganya, kecuali jika mereka diberi buah-buahan itu”. Kemudian Nabi SAW. bersabda: “Peliharalah (norma-norma pergaulan) tetapi (sayang) hanya sedikit di antara kamu yang memeliharanya” Dalam hadits shahih yang lain dinyatakan: "Apabila seorang muslim mendoakan saudaranya yang ghaib, maka malaikat berkata Amin, dan semoga kamu pun mendapat seperti itu"

Dalam ayat 11 dan 12 Allah SWT menjelaskan bagaimana sebaiknya pergaulan di antara orang-orang beriman. Di dalamnya terdapat hal-hal yang diperingatkan Allah agar kaum beriman menjauhinya karena dapat merusak persaudaraan di antara mereka.

Diriwayatkan bahwa ayat 11 ini diturunkan berkenaan dengan tingkah laku kabilah Bani Tamim yang pemah berkunjung kepada Rasulullah saw. lalu mereka memperolok-olokkan beberapa sahabat yang fakir miskin, seperti Ammar, Suhaib, Bilal, Khabbab, Salman A1Farisi, dll. Karena pakaian mereka sangat sederhana.

Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah, sabda Rasulullah saw “Sesungguuhya Allah tidak memandang kepada rupa dan harta kekayaanmu, akan tetapi ia mengndang kepada hati dan perbuatanmu.”

Pada ayat ini pula Allah menyebutkan wanita secara khusus sebagai peringatan terhadap kebiasaan tercela kaum wanita dalam bergaul. Terdapat riwatat yang melatar belakangi turunnya ayat ini ialah berkenaan dengan kisah Siti Shafiyah binti Huyay bin Akhtab yang pernah datang menghadap RasuluIlah saw. dan melaporkan bahwa beberapa wanita di Madinah pemah menegur dia dengan kata-kata yang menyakitkan hati seperti: “Hal perempuan Yahudi, Keturunan Yahudi dan sebagainya”, sehingga Nabi SAW. bersabda kepadanya: ”Mengapa tidak engkau jawab saja, ayahku Nabi Harun, pamanku Nabi Musa, dan suamiku adalah Muhammad”.

Dalam ayat ke-10 QS. Al-Hujurat ini Allah SWT memperingatkan kaum mukmin supaya jangan saling mengolokkan karena boleh jadi kaum yang diperolok-olokkan pada sisi Allah jauh lebih mulia dan terhormat dari mereka yang mengolok-olokkan dan kaum wanita pun jangan saling mengolokkan karena boleh jadi wanita yang diperolok-olokkan di sisi Allah lebih baik dari wanita yang mengolok-olokkan. Kemudian Allah SWT melarang kaum mukmin mencela diri mereka sendiri karena mereka bagaikan satu tubuh yang diikat dengan persatuan

Dan dilarang pula pangailan-panggilan dengan gelar-gelar yang buruk seperti panggilan kepada seseorang sudah beriman dengan kata-kata: hai fasik, hai kafir, dsb. Panggilan yang buruk dilarang diucapkan karena gelar-gelar buruk itu dapat mengingatkan kepada kedurhakaan dan membangkitkan kefasikan setelah beriman. Barang siapa tidak bertaubat dari memanggil-manggi dengan gelar yang buruk itu, maka akandicap oleh Allah sebagai orang-orang yang zalim dan akan menerima konsekuensi dari Allah berupa azab pada Hari Kiamat.

Dalam ayat 12 Allah SWT memberi peringatan kepada orang-orang yang beruman, supaya memerka menjauhkan diri dari su'uzon/prasangka buruk terhadap orang-orang yang beriman, Dan jika mereka mendengar dari sebuah kalimat yang keluar dari saudaranya yang mukmin, maka kalimat itu hurus diberi tanggapan dan ditujukan kepada pengertian yang baik, jangan sampai timbul salah paham apalagi menyelewengkannya sehingga menimbulkan fitnah dan prasangka. Kemudian Allah SWT menerangkan penyebab wajibnya orang-orong mukmin menjauhkan diri dari prasangka, yaitu karena sebagian prasangka itu mengandung dosa.

Allah melarang pula ghibah, namimah dan mencari-cari aib orang lain. Mengenai definisi ghibah, Rasulullah saw. bersabda: “Ghibah ialah engkau menceritakan saudaramu tentang sesuatu yang ia benci.” Si penanya kembali bertanya, "Wahai Rasulullah, bagaimana pendapatmu bila apa yang diceritakannya itu benar ada padanya?" Rasulullah menjawab: "Kalau memang benar ada padanya, itu ghibah namanya. Jika tidak (benar) engkau berbuat buhtan (dusta).” (HR. Muslim, Tirmizi, Abu Dawud dan Ahmad). Sedangkan namimah dapat dibagi menjadi hamz (mencaci maki) dan lamz (mencela). [Al-Humazah:1]

Rasulullah mengecam orang yang suka berghibah dan mencari-cari kesalahan orang. Diriwayatkan oleh Abi Barzah Al-Aslami, sabda Rasulullah SAW. “Wahai orang-orang yaug beriman dengan lidahnya, tctapi iman itu belum masuk ke dalam hatinya, jangan sekali-kali kamu berghibah (menggunjing) terhadap kaum muslimin, dan jangan sekali-kali mencari noda atau auratnya. Karena barangsiapa mencari-cari noda mereka, maka Allah akan membalas pula dengan membuka noda-nodanya. Dan barangsiapa yang diketahui kesalahannya oleh Allah, niscaya dia akan menodai kehormatannya dalam lngkungan keluarganya sendiri”

Adapun beberapa pengecualian dibolehkannya ghibah adalah sebagai berikut :

1. Orang yang mazlum (dianiaya) menceritakan keburukan orang yang menzaliminya dalam rangka menuntut haknya.
2. Jika bertujuan memberi nasehat pada kaum muslimin tentang agama dan dunia mereka.
3. Dilakukan dengan niat baik dan mengharapkan ridho Allah semata.



Pada ayat 13, Allah menjelaskan bahwa manusia diciptakanNya berbagai-bagai bangsa dan suku supaya saling mengenal dan saling menolong dalam kehidupan bermasyarakat. Dan tidak ada kemuliaan seseorang di sisi Allah kecuali dengan ketakwaannya.

Dalam suatu hadits riwayat Abu Hatim yang bersumber dari Ibnu Mulaikah berkenaan turunnya ayat ini ialah bahwa ketika fathu Makkah Bilal naik ke atas Ka'bah untuk azan. Berkata beberapa orang: "Apakah pantas budak hilah azan di atas Ka'bah? Maka berkatalah yang lain: "Sekiranya Allah membenci orang ini, pasti Allah akan menggantinya." Maka datanglah malaikat Jibril memberitahukan kepada Rasulullah SAW apa yang mereka ucapkan. Maka turunlah ayat ini yang melarang manusia menyombongkan diri karena kedudukan, pangkat, kekayaan dan keturunan dan bahwa kemuliaan seseorang di sisi Allah dinilai dari derajat kelakwaannya

Ayat ini juga menyatakan bahwa persauduraan Islam berlaku untuk seluruh umat manusia tanpa dibatasi oleh bangsa, warna kulit, kekayaan dan wilayah melainkan didasari oleh ikatan akidah.

Persaudaraan merupakan pilar masyarakat Islam dan salah satu basis kekuatannya. “Seorang mukmin terhadap mukmin lainnya bagaikan bangunan yang saling mengikat dan menguatkan serta bagaikan jalinan antara jari jemari” (HR Muttafaq’alaih dari Abu Musa ra.)

Rasulullah menganggap persaudaraan antar umat Islam adalah basis yang sangat penting sehingga hal pertama yang dilakukan beliau ialah mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Anshar secara formal satu dengan yang lainnya ketika hijrah ke Madinah.

REFERENSI

* Al-Qur'an dan Tafsirnya, Universitas Islam Indonesia
* Ibnu Taimiyah, Imam Suyuthi, Imam Syaukani, Ghibah, Pustaka AlKautsar
* KH Q. Shaleh, dkk, Asbabun Nuzul, Latar Belakang Historis Turunnya Ayat-ayat Al-Qur’an, CV Diponegoro
* Ahmad Yani Wahid, Refleksi Ukhuwah, Telaah Persaudaraan Muslim, CV Tursina

TADABBUR AYAT
SURAT ALI IMRON AYAT 190-191


TUJUAN

* Peserta memahami hikmah dan pelajaran dari QS. 3:190-191
* Peserta mengetahui ciri-dri orang - yang berakal (Ulil Albab )
* Peserta termotivasi untuk selalu mengingat Allah dan memikirkan ciptaanNya agar tumbuh ketundukan kepada Allah



METODE PENDEKATAN ;

* Ceramah dan tan- va jawab



RINCIAN BAHASAN

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal” “(yaitu) Orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Robb kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka”

S

atu cara mengenal dan mendekatkan diri kepada Allah adalah dengan membaca dan merenungkan ayat-ayatNya yang terbentang di alam semesta. Dalam ayat ini Allah SWT menyuruh manusia untuk merenungkan alam, langit dan bumi. Langit yang melindungi dan bumi yang terhampar tempat manusia hidup. Juga memperhatikan pergantian antara siang dan malam. Semuanya itu dengan ayat-ayatl, tanda-tanda kebesaran Allah SWT.

Langit adalah yang di atas dan menaungi kita. Hanya Allah yang tahu berapa lapisnva, yang dikatakan kepada kita hanya tujuh. Menabjubkan pada siang hari dengan berbagai warna awan-gemawan, mengharukan malam harinya dengan berbagai bintang gemintang.

Bumi adalah tempat kita berdiam, penuh dengan aneka keganjilan. Makin diselidiki makin mengandung rahasia ilmu yang belum terurai. Langit dan bumi dijadikan oleh Al-Khalik tersusun dengan sangat tertib. Bukan hanya Sesaat diadikan, tetapi setiap saat nampak hidup. Semua bergerak menurut aturan. Silih bergantinya malam dengan siang, besar pengaruhnya atas hidup kita dan segala yang bernyawa. Kadang-kadang malam terasa pendek, siang terasa panjang dan sebaiknya. Musim pun silih berganti. Musim dingin, panas, gugur dan semi. Demikian juga hujan dan panas. Semua ini menjadi tanda-landa kebesaran dan keagungan Allah bagi orang-orang berpikir. Bahwa tidaklah semuanya terjadi dengan sendirinya. Pasti ada yang menciptakan, yaitu Allah SWT.

Orang yang malihat dan memikirkan hal itu, akan meninjau menurut bakat pikirannya masing-masing. Apakah dia seorang ahli ilmu Alam, ahli ilmu bintang, ahli ilmu tanaman, ahli ilmu pertambangan, seorang filosofis, ataupun penyair dan seniman. Semuanya akan terpesona oleh susunan tabir alam yang luar biasa. Terasa kecil diri di hadapan kebesaran a1am, terasa kecil alam di hadapan kebesaran penciptanya. Akhirnya tak ada arti diri, tak ada arti alam, yang ada hanyalah DIA, Yang Maha Pencipta. Di akhir ayat 190 manusia yang mampu melihat alam sebagai tanda-tanda kebesaran & keagunganNya, Allah sebut sebagai Ulil Albab (orang-orang yang berfikir).

Dalam ayat 191, diterangkan karakteristik Ulil Albab, yaitu selalu melakukan aktifitas dzikir dan fikir sebagai metode memahami a1am, baik yang ghoib maupun yang nyata.

Dzikir, secara bahasa, berasal dari kata dzakara, tadzakkara,. yang berarti menyebut, menjaga, mengingat-ingat. Secara istilah dzikir berarti tidak pemah melepaskan Allah dari ingatannya ketika beraktifitas. Baik di kala duduk, berdiri maupun berbaring, ketiga hal itu mewakiu aktifitas manusia dalam hidupnya. Jadi, dzikir merupakan aktivitas yang harus selalu dilakukan dalam kehidupan. Dzikir dapat dilakukan dengan hati, lisan, maupun perbuatan. Dzikir dengan hati artinya kalbu manusia harus selalu tertambat kepada Allah, disebabkan adanya cinta, takut dan harap kepadanya yang berhimpun di hati (Qolbudz Dzakir). Dari sini tumbuh keimanan yang kokoh, kuat dan mengakar di hati. Dzikir dengan lisan berarti menyebut nama Allah dengan lisan. Misamya, saat mendapatkan nikmat mengucapkan Hamdalah. Ketika memulai suatu pekerjaan mengucapkan Basmalah. Ketika takjub mengucapkan Tasbih. Dzikir dengan perbuatan berarti memfungsikan seluruh anggota badan dalam kegiatan .yang sesuai dengan aturan Allah.

Fikir, secara bahasa adalah fakara, fakkara, tafakkara yang artinya memikirkan, mengingatkan, teringat. Dalam hal ini berfikir berarti memikirkan proses kejadian alam semesta dan berbagai fenomena. yang ada di dalamnya sehingga mendapatkan manfaat daripadanya dan teringat atau mengingatkan kita kepada sang Pencipta alam, Allah SWT.

Dengan dzikir manusia akan memahami secara jelas petunjuk ilahiyah yang tersirat maupun yang tersurat dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai minhajul hayah (pedoman hidup). Dengan fikir manusia mampu menggali berbagai potensi yang terhampar dan terkandung pada alam semesta. Aktifitas dzikir dan fikir tersebut harus dilakukan seimbang dan sinergis (saling berkaitan dan mengisi). Sebab jika hanya melakukan aktifitas fikir hidup manusia akan tenggelam kepada kesesatan. Jika hanya melakukan aktifitas dzikir manusia akan terjerumus dalam hidup yang jumud (tidak berkembang, hidup yang statis). Sedangkan jika melakukan aktifitas dzikir dan fikir tetapi masing-masing terpisah, dikhawatirkan manusia akan menjadi sekuler.

Dzikir Fikir Keterangan
3 - Jumud
- 3 Sesat
3 Terpisah 3 Sekuler
3 + 3 Ulil Albab



Bagi Ulil Albab, kedua aktifitas itu akan berakhir pada beberapa kesimpulan:

* Allah dengan segala kebesaran dan keagunganNya adalah pentcipta alam semesta termasuk manusia.
* Tiada yang sia-sia dalam penciptaan alam. Semua mengandung nilai-nilai dan manfaat.
* Mensucikan Allah dengan bertasbih dan bertahmid memujiNya.
* Menumbuhkn ketundukan dan rasa takut kepada Allah dan hari akhir.



REFERENSI

* Al-Qur’an dan Tafsirnya, Universitas Islam Indonesia Yogyakarta
* Al-Qur'an dan Terjemahannya Departemen Agama, RI
* Prof. Dr. Hamka, Tafsir Al-Azhar Juz IV, Pustaka Panjimas
* Majalah Nurul Fikri, Ulil Albab, Sosok Cendekiawan Versi Al-Qur’an, No. 4/II/ Ramadhan 1411-Maret 1991.




















TADABBUR AYAT

SURATAL-MU'MINUN 1-11 (23:1-11)

TUJUAN

* Peserta memahami makna QS. 23:1-11
* Peserta mengetahui sifat-sifat orang yang beriman
* peserta mengetahui balasan bagi orang-orang yang beriman



METODE PENDEKATAN

* Ceramah dan diskusi



RINCIAN BAHASAN

1. Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman
2. (yaitu) orang-orang yang kusyu’ dalam shalatnya,
3. Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna.
4. Dan orang -orang yang menunaikan zakat
5. Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya
6. Kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela
7. Barang siapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-arang yang melampaui batas
8. Dan orang -orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya
9. Dan orang-orang yaug memelihara shalatnya
10. Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi
11. (yakni) akan mewarisi surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya

(QS. Al-Mu’minun, ayat 1-11)

A

yat-ayat di atas menerangkan tentang sifat-sifat yang diamiki orang beriman serta balasan yang akan diperolehnya. Yang dimaksud dengan beriman adalah beriman kepada Rukun Iman yang enam (lihat catatan hadits). Dalam ayat ini Allah menjelaskan bahwa sungguh beruntunglah orang-orang yang beriman. Sebaiknya amat rugilah orang-orang yang kafir yang tidak beriman. Karena walaupun mereka menurut perhitungan banyak mengerjakan amal kebajikan tetapi semua amaala akan sia-sia saja di akhirat nanti, karena tidak berlandaskan imankepadanya.

Adapun sifat-sifat orang yang beriman dalam ayat-ayat selanjutnya

1. Khusyu dalam shalat. Yang dimaksud khusyu di sini adalah:

* Mengerti bacaan-bacaan dalam shalat.

* Memusatkan perhatian pada waktu shalat hanya kepada Allah serta dengan mengikhlaskan ketaatan [7:29].
* Ihsan dalam shalat (lihat catatan hadits)
* Tenang dan konsentrasi

2. Menjauhkan diri dari perbuatan dan perkataan yang tak berguna.

* Menjauhkan diri dari perkataan yang tidak-berguna.

Dari Abu Hurairah ra. sesungguhnya Rasulullah saw. telah bersabda: "Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, hendaklah ia berkata yang baik atau diam...." (HR Bukhari dan Muslim).

* Menjauhkan diri dari perbuatan, yang tidak berguna, yaitu dengan demikian menjaga waktu dan umumya supaya jangan sia-sia.

Dari Abu Hurairah ra. telah berkata; Telah besabda Rasulullah ‘sebagian kebaikan keislaman seseorang ialah meniggalkan sesuatu yaug tidak berguna baginya’ (HR Tirmidzi). Yang harus selalu diingat manusia dalam hal ini ialah: Allah mencatat seluruh perbuatan manusia di dunia [45:29] dan setiap manusia akan bertanggung jawab terhadap apa yang telah diperbuatnya di dunia [17:36]. Dan bahwa kematian/ajal pasti akan menemuhi kita, waktunya tidak dapat dimajukan atau ditunda [10:49]

3. Menunaikan Zakat

Dengan berzakat seorang mukmin:

* Membersihkan diri dari sifat kikir dan cinta yang berlebihan pada dunia [9:103], karena dunia ini hanyalah suatu permainan dan senda gurau [29:64], yang seringkali melalaikan manusia dari kehidupan yang kekal di akhirat nanti [35:5]
* Mensucikan hati sehingga tumbuh sifat-sifat kebaikan dalam hati [9:103]

4. Menjaga kemaluan dari perbuatan keji (zina) kecuali kepada istri-istri mereka.

* Menahan pandangan dan memelihara kemaluan [24:3O-31.

Barang siapa yang berbuat di luar hal itu, Allah menyebutnya sebagai orang yang melampaui batas.

* Zina termasuk dosa besar dan merupakan jalan yang buruk [17:32]. Imam Ahmad berkata: “Saya tidak mengetahui setelan pembunuhan ada dosa besar dari perzinaan”

5. Memelihara amanat dan menepati janji

* Bila seseorang tidak memegang amanat dan tidak menepati janji, dikhawatirkan ia termasuk orang-orang munafik. “Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga, yaitu, apabila berbicara dusta, apabila berjanji ingkar dan apabila dipercaya khianat “(HR Syaihkani melalui Abu Hurairah ra.)
* Orang-orang yang memelihara amanat dan janjinya dijanjikan Allah dengan balasan syurga. [70:32-35]

6. Memelihara shalat

* Shalat adalah kewajiban yang ditentukan waktu-waktunya atas orang yang beriman [4:103]. Selain itu perintah untuk memelihara sekaligus menegakkan shalat banyak disebutkan dalam Al-Qur' an diantaranya: QS. 2:43, 238, QS. 22: 41
* Shalat adalah pembeda antara muslim dtm kafir. Telah bersabda Rasulullah saw. “Beda antara seorang muslim dan musyrik atau kafir adalah meninggalkan shalat” (HR Muslim)



Balasan bagi orang beriman yang memiliki sifat di atas adalah syurga Firdaus [23:1O-11].

Umar ra. meriwayatkan sebuah hadits yang RasuluIlah bersabda di antaranya: “Telah diturunkan kepadaku sepuluh ayat, barangsiapa uang menegakkannya akan masuk syurga”, lalu ia membaca sepuluh ayat ini dari permulaan surat Al-Mu'minun.
Cacatan Hadits

Dari Umar ra. juga teIah berkata: “Ketika kami duduk dekat Rasulullah SAW pada suatu hari maka dengan tiba-tiba terlihat oleh kami seorang laki-laki yang memakai pakaian yang sangat putih berambut sangat hitam, tidak tampak padanya tanda-tanda perjalnan dan tak ada seorang pun diantara kami yang mengenalnya, lalu ia duduk di hadapan Nabi dan meletakkan tangannya di atas paha Nabi, kemudian dia berkata: ‘Hai Muhammad, jelaskan padaku tentang Islam.' Maka jawab Rasulullah....... Lalu dia bertanya kembali: 'Tolong jeIaskan padaku tentang Iman. Jawab Nabi: 'Hendaklah engkau beriman kepada Allah, kepada malaikatNya, kepada kitab-kitabNya, kepada utusan-utusahNya, kepada hari kiamat dan hendaklah engkau beriman kepada qadar yang baik dan yang buruk. Orang itu berkata; 'Engkau benar', Jawab Nabi; Dia bertanya kembali: 'maka beritahukan padaku tentang ihsan 'Hendaklah engkau beribadah hanya kepada Allah seolah-olah engkau melihatNya, sekalipun engkau tak dapat melihatNya, maka sesungguhnya Ia melihat engkau....... Kemudian orang tadi pergi. Aku diam sejenak. Kemudian Nabi berkata: 'Wahai Umar tahukah engkau siapa yang bertanya tadi?', Jawabku; 'Allah dan rosulNya lebih mengetahui. Kata Nabi: 'Dialah Jibril as. datang kepadamu untuk mengajar tentang agamamu"

REFERENSI

* Al-Qur'an dan Tafsirya, Universitas Islam Indonesia
* Prof. Dr. Hamka, Tafsir Al-Azhar
* Syekh Musthofa Masyur, Berjumpa Allah Lewat Shalat, GIP
* Abu Hudzaifah, Menundukkan Pandangan



SABAR


TUJUAN

* Peserta mengetahui pengertian sabar
* Peserta mengetahui macam-macam sabar
* Peserta memahami hikmah cobaan bagi kaum mukmin



METODE PENDEKATAN

* Ceramah dan Diskusi



RINCIAN BAHASAN
Pengertian Sabar

Ditinjau dari segi bahasa sabar berarti menahan, mencegah diri atau mengekang. Dalam QS 18:28, sabar berarti "Tahanlah dirimu bersama mereka". Secara istilah Sabar berarti "menahan diri atas segala sesuatu yang tidak disukai karena ,nengharap ridho Allah SWT" [QS 13:22].

Istilah lain tentang sabar antara lain:

1. Bila berupa musibah disebut dengan shabar. Lawan katanya adalah keluhan (jaza'), kecemasan atau kegelisahan (lihat akhir QS 14:21).
2. Bila menahan amarah disebut halim atau bijaksana. Lawan katanya adalah menggerutu.
3. Sabar dengan rezeki sedikit disebut qona'ah atau rela dan puas.

Lawan katanya adalah rakus.

4. Sabar dalam menahan syahwat perut dan seksual disebut iffah atau kehormatan dan martabat diri.

Menurut Imam Al-Ghazali sabar adalah sabar terhadap musibah yang tidak dapat dihindarkan atau tidak mampu berupaya menyelamatkan diri. Tapi bila seseorang mampu menghindarkan diri, menolak atau melawannya, maka dalam hal itu sabar tidak diperbolehkan.

Sabar yang teruji ialah jika dilakukan rada saat yang tepat. Sedangkan bila terlambat tidak akan berharga atau bermanfaat [14:21, 52:14-16]. Sabar yang terruji juga motivasinya karena Allah SWT, bukan untuk memperoleh pujian atau tanda jasa dari manusia.
Macam-macam Sabar

1. Sabar, menurut sasarannya terbagi dua yaitu:

1. Fisik, yaitu menahan penderitaan bndan (misamya: sakit yan!j berat atau luka yang parah).

2. Mental atau nafsu, yaitu dalam menghadapi tuntutan adat kebiasaan atau darongan syahwat.



2. Dalam Al-Qur’an, terdapat banyak aspek kesabaran yang dirangkum menjadi dua, yaitu menahan diri terhadap yang disukai dan menanggung hal-hal yang tidak disukai. Rinciaannya adalah sbb.:

1. Sabar terhadap petaka dunia, sererti bencana alam dan tantangan jaman. Yang demikian akan dialami oleh semua manusia, orang baik atau jahat, beriman atau kafir [QS 2:155-157].

2. Sabar terhadap gejolak nafsu:

1. Menyangkut kesenangan hidup [21:35, S9:15.16, 64:15, 63:9, 3:14-15]
2. Menahan dorongan nafsu seksual [12: , 4:25]
3. Menahan marah dan dendam [16:126]

3. Sabar dalam ketaatan kepada Allah, yaitu:

1. Sabar sebelum ketaatan, yaitu dengan meluruskan niat dengan melawan riya dan penyimpangan lainnya [98:5]
2. Sabar pada saat bekerja yaitu dengan tidak melalaikan Allah dan tidak malas [29:58-59]
3. Sabar setelah selesai pekerjaan, yaitu dengan tidak merasa bangga karena riya dan mencari popularitas [47:33, 2:264]

4. Sabar dalam kesulitan berdakwah di jalan Allah, yaitu:

1. Sabar dari berpalingnya manusia dari dakwah [71:5-7 ; 16:127]
2. Sabar terhadap gangguan manusia, baik perbuatan atau pun ucapan [73:10]
3. Sabar terhadap panjangnya perjalanan dakwah [2:214]

5. Sabar di medan perang [8:45-47, 8:65-66]

6. Sabar dalam pergaulan antar manusia [4:19, 41:34-36]

Hikmah Cobaan bagi Orang beriman

Secara umum kesabaran ditujukan kepada segenap manusia, karena dialah satu-satunya makhluq Allah yang dianugerahi akal dan selalu dibebani ujian serta cobaan. Imam Al-Ghazaly berkata, "Sabar merupakan ciri khas manusia dan tidak dipunyai oleh hewan karena kekurangan-kekurangannya, dan tidak pula oleh malaikat karena kesempurnaannya.” Secara khusus, yaitu ditujukan kepada orang-orang beriman, karena mereka akan menghadapi tantangan, gangguan, ujian serta cobaan jiwa dan harta benda.

Adanya cobaan bagi ahli iman merupakan suatu kepastian yang mengandung tujuan dan hikmah, yaitu:

1. Untuk membersihkan barisan mu'minin dari kaum munafik [3:179, 29:1O-11, 22:11]. Ujian yang dihadapi para da'i merupakan penegasan dan penyaringan terhadap tingkatan kaum beriman dan menyisihkan yang buruk seperti menyisihkan karat dari besi.
2. Mendidik kaum beriman dan menjernihkan hati mereka [3:140-142, 3:154]
3. Meningkatkan kedudukan orang-orang beriman di sisi Allah. Allah SWT meninggikan derajat mereka, melipatgandakan pahala, paling tidak menghapus dosa-dosa mereka. "Tidaklah seorang muslim karena kesedihan, kesusahan, kepayahan, penyakit dan gangguan dari yang merasuk tubuhnya kecuali dengan itu Allah meengampuni dosa-dosanya" [HR Bukhari.]



REFERENSI

Dr. Yusuf Al-Qardhawi, Al-Qur’an Menyuruh kita Sabar, GIP

ISNET, Koleksi Bahan Tarbiyah, 1996.

Ibnul Qoyyim AL-Jauziyah, Hikmah Cobaan, Pustaka Al-Kautsar.
IKHLAS


TUJUAN

* Peserta memahami makna ikh1as dan urgensinya bagi aktivis dakwah
* Peserta mengetahui indikasi keikhlasan
* Peserta mengetahui hal-hal yang mendukung keikhlasan.
* Peserta mengetahui buah dari keikhlasan.



METODE PENDEKATAN

* Ceramah dan Diskusi



RINCIAN BAHASAN
Makna Ikhlas

Secara bahasa, ikhlas berasal dari kata Khalasha yang berarti bersih atau murni. Secara istilah, ikh1as berarti membersihkan hati dari maksud selain mengharapkan ridho Allah Azza wa Jalla.

Ikh1as merupakan salah satu amalan hati, bahkan ikhlas berada di barisan depan dari amal-amal hati, sebab amal tak bisa diterima sempurna kecuali dengannya.

Bagi aktifis dakwah, ikhlas sangat penting dalam menyertai amal-amalya. Sahl bin Abdullah at-Tustary berkata, “Dunia ini adalah kebodohan dan kematian kecuali ilmu. Semua ilmu merupakan hujjah atas pemiliknya kecuali yang diamalkannya. Semua amal akan sia-sia kecuali ikhlas. Ikhlas dalam bahaya besar sehingga tetap berakhir dengannya.” Allah berfirman tentang setiap amal yang dimaksudkan untuk selainNya sebagai amal yang sia-sia [24:23]. Dalam hadits riwayat Abu Hurairah, Nabi SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada jasad dan rupa kalian, tetapi Dia melihat kepada hati kalian (niat dan keikhlasan” (HR Muslim). Allah hanya menginginkan hakikat amal, bukan rupa dan bentuknya. Maka Dia menolak setiap amal yang pelakunya tertipu dengan amalya.

Indikasi Keikhlasan

1. Takut Ketenaran

Takut ketenaran dan penyebaranya kemasyhuran atas dirinya, terlebih jika ia memiliki karunia tertentu. Sebab bila seseorang sudah merasa dirinya niat yang tidak lillah, maka amalya akan sia-sia di sisi Allah.

2. Beramal secara diam-diam, jauh dari sorotan

Amal yang dilakukan secara diam-diam harus lebih disukai daripada amal yang disertai sorotan. Hadist riwayat Muadz: ”Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan, bertaqwa dan menyembunyikan amalnya, yaitu jika tidak hadir mereka tidak dianggap hilang dan jika hadir mereka tidak diketahui. Hati-hati mereka adalah pelita-pelita petunjuk. Mereka keluar dari setiap tempat yang gelap”.

3. Tidak menuntut pujian dan tidak terkecoh olehnya

Tidak meminta pujian orang-orang yang suka memuji dan berambisi mendapatkannya. Jika pun ada pujian, ia tidak terkecoh tentang hakikat dirinya di hadapan orang yang memujinya karena dialah yang lebih tahu tentang rahasia hati dan dirinya.

4. Menjadikan keridhoan dan kemarahan karena Allah bukan karena pertimbangan hawa nafsunya.
5. Rakus terhadap amal yang bermanfaat .

Diantara bukti ikhlas adalah rakus terhadap amal yang paling diridhoi Allah dan bukan paling diridhoi diri sendiri.

Hal-hal yang Mendukung Keikhlasan

1. Ilmu yang mantap Mempelajari ilmu yang dapat menanamkan keyakinan tentang pentingnya ikh1as dan hasil-hasil yang bisa dipetik di dunia dan akhirat [22:54].
2. Berteman dengan orang-orang yang ikh1as

Dengan berteman dengan orang-orang ikhlas dan hidup bersama mereka, seseorang bisa mengikuti langkah mereka, mengambil pelajaran dan mencontoh akh1aq mereka [18:28].

3. Membaca sejarah orang-orang mukhus
4. Bersungguh-sungguh melawan nafsu
5. Berdo' a dan memohon pertolongan kepada Allah.

Buah Ikhlas

1. Ketenangan jiwa
2. Kekuatan Ruhani
3. Amal yang berkesinambungan
4. Tetap memperoleh pahala amal sekali pun belum menyempurnakan amal itu, atau bahkan belum menunaikannya
5. Pertolongan dan perlindungan Allah



REFERENSI

Dr. Yusuf Al-Qardhawi, Niat dan Ikhlas, Pustaka Al-Kaustar.

ISNET, KoIeksi Bahan Tarbiyah, 1996.






ISLAM SEBAGAI SISTEM HIDUP


TUJUAN

Peserta memahami karakteristik Islam sebagai diiahl haq

Peserta mengetahui rentingnya memahami Islam secara menyeluruh

METODE PENDEKATAN

Ceramah dan Diskusi

RINCIAN BAHASAN
Karakter Ajaran Islam

Sebagai dien (sistem hidup ) memiliki ciri-ciri:

1. Robbaniyah

Ditinjau dari segi bahasa, Robbaniyah berasal dari kata rabbun, yang ditujukan kepada Allah SWT. Sedangkan rabbani ditujukan kepada manusia, yaitu manusia yang tau hubungannya dengan Allah sangat kuat, tahu dan mengamalkan ajaranNya [3:79]. Yang dimaksud dengan robbaniyyah mencakup 2 asfek, robbaniyyah ghoyah dan mashdar.

1. Rabbaniyah Ghoyah (tujuan dan sasaran)

Maksudnya Islam menjadikan tujuan pertama dan terakhir untnk menyembah Allah semata [51:56] dan untuk mencapai ridhoNya. Tujuan ini pun akhimya merupakan tujuan akhir, puncak cita-cita, usaha dan kerja keras manusia dalam kehidupan [53:42, 84:6].Dampak Rabbaniyah tujuan pada manusia.

1. Mengetahui tujuan dan keberadaan manusia
2. Mendapat petunjuk menuju fitrah
3. Keselamatan diri perpecah dan rergolakan
4. Membebaskan manusia dari penghambaan pada egoisme dan syahwat.

2. Robbaniyah Masdar (sumber hukum)

Maksudnya manhaj/metode yang telah ditekan oleh Islam untuk mencapai tujuan dan sasaran itu adalah manhaj Rabbani yang murni, yaitu yang bersumber pada wahyu Allah kepada Rasulullah SAW (Al-Qur' an). Manhaj ini tidak lahir sebagai sebuah hasil rekayasa dari ambisi individu, keluarga, golongan, partai atau bangsa tertentu. Tetapi manhaj ini datang dari Allah yang menginginkan agar menjadi petunjuk, penjelas, kabar gembira, obat dan rahmat bagi hamba-hambaNya [4:174, 1O:57].

Adapun Rasulullah Muhammad SAW adalah penyeru pada manhaj dan sebagai penjelas perintahNya yang masih samar bagi manusia [42:52-53].

Dampak Rabbaniyyah mashdar.

1. Terlepas dari pertentangan dan sikap ekstrim [4:82]
2. Terlepas dari keberpihakan dan hawa nafsu
3. Terhormat dan mudah diyakini
4. Terbebas dari penghambaan sesama manusia.



2. Insaniyah (kemanusiaan) Islam yang berdasarkan Al-Qur’an dan sunnah Rasulnya mencurahkan sebagian besar kepeduliannya pada sisi kemanusiaan. Islam mengakui manusia dengan pengakuan yang menyeluruh. Aspek-aspek manusia seperti jasad, akal dan ruhani diberikan peluang untuk melaksanakan peran, fungsi dan karakteristiknya tanpa harus cenderung rada aspek tertentu saja. Di samping itu ibadah-ibadah yang disyariatkan oleh Islam memiliki dimensi kemanusiaan, misalnya sholat, zakat, dan haji. Kesimplannya Islam adalah din yang sesuai dengan karakter manusia, ditujukan untuk kepentingan dan kesejahteraan manusia sendiri.

Buah insaniyah dalam Islam:

1. Persaudaraan manusia (ukhuwah)
2. Persamaan manusia (emansipasi).



3. Syumul (universal)

Artinya Islam meliputi semua jaman, kehidupan dan eksistensi manusia. Jangkalian keuniversalan dalam risalah Islam ini diungkapkan Hasan Al-Banna : Islam adalah risalah yang panjang terbentang sehjngga meliput semua abad sepanjang jaman, terhampar luas sehingga meliputi semua cakrawala umat dan begitu mendalam (mendetail) sehingga memuat urusan-urusan dunja dan akhirat. Dan di dalam Risalah Ta'limnya, yang dimaksud dengan Islam universal yaitu: "Islam adalah sebuah sistim yang universal (komprensip, total dan integral). Mencakup berbagai aspek hidup dan kehidupan. Islam adalah negara dan tanah air, pemerintahan dan umat, akhlak dan kekuatan, serta kasih sayang dan keadilan. Islam adalah kebudayaan dan perundang-undangan, ilmu dan hukum, materi dan harta benda, serta usaha dan kekayaan. Dan Islam juga adalah jihad dan dakwah, militer dan ideologi serta aqidah yang murni dan ibadah yang benar sekaligus."

1. Risalah semua jaman

Islam adalah risalah untuk semua jaman dan generasi, bukan risalah yang terbatas oleh masa atau generasi tertentu. Secara substansi (dasar-dasar akidah dan moralnya), Islam merupakan risalah setiap nabi yang diutus dan misi setiap kitab suci yang diturunkan. Maka semua nabi diutus dengan membawa risalah (misi) Islam, menyerukan tauhid dan menjauhi thaghut [21:25, 16:36, 10:72, 2:128 dan 132].,

2. Risalah bagi seluruh alam semesta Islam tidak terbatas pada bangsa maupun status sosial tertentu, yang merupakan petunjuk Robb manusia bagi segenap manusia, rahmat bagi sekalian hambaNya [21:107, 24:1, 38:87].



4. Al-Wastthiyyah /Tawazun (moderat atau rertengahan)

Islam berada dalam keseimbangan di antara dua jalan atau dua arah yang saling bertentangan. Islam memberikan haknya sacara adil terhadap aspek-aspek kehidupan seperti ruhiyyah (spiritulisme), maddiyyah (materialisme), fardiyah (individu), jama’iyyah (kolektif), tsabat (konsisten), dan taghayyur (perubahan), dan tidak berada dalam poros yang ekstrim [55:7-8].

5. Al-Waqi'iyyah (kontekstual)

Allah menjamin Islam sebagai ajaran yang sesuai dengan kondisi manusia di manapun, kapanpun dan bagi segala jenis manusia. Islam senantiasa menjaga dan memelihara realita (aktual) di setiap aspek yang didakwahkan pada manusia, mulai aspek aqidah, ibadah, akhlak dan syari'at.

6. AL-Wudhuh (jelas)

Yang dimak:iud adalah jelas dalam hal:

1. Dasar-dasar Islam (akidah, moral, syari'at lslam)
2. Sumber-sumber hukumnya
3. Sasaran dan tujuan

Pentingnya memahami lslam secara kaffah. [2:2O8]

1. Agar umat Islam tidak terjebak ke dalam propaganda, program serta langkah-langkah syathan. Sebab syaithan adalah musuh yang nyata bagi manusia.
2. Ajaran Islam sendiri bersifat universal dan menolak parsialisasi hukum dan ajarannya. Aspek dalam kehidupan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Kehidupan tidak akan harmonis apabila Islam dilaksanakan secara parsial.



REFERENSI

* Materi Mentoring Islamic Study 1994-1995.
* Panduan Aktivis Harokah, Pustaka Al-Ummah, Jakarta.
* Dr. Yusuf Al-Qaardhawi, Karakteristik Islam: Kajian Analitik, Risalah Gusti.

10 RISALAH PEMUDA ISLAM


TUJUAN

* Peserta memahami pentingnya masa muda
* Peserta mengetahui cara mengembangkan potensi pemilik Islam
* Peserta termotipasi memanfaatkan potensinya dalam aktifitas yang Islami



METODE PENDEKATAN

* Ceramah dan Diskusi



RINCIAN BAHASAN

Tak dapat disangkal lagi bahwa eksistensi pcmuda Islam dalam kehidupan amat renting, karena merekalah yang memiliki potensi untuk mewarnai perjalanan sejarah umat manusia pada umumnya. Semua ideologi yang barorientasi pada strategi revolusi, menganggap pemuda sebagai tenaga paling revolusioner. karena secara psikologis manusia mencapai puncak hamasah (gelora semangat) quwatul jasad (kekuatan fisik) pada usia muda. Hal tersebut menumbuhkan semangat pergerakan, perubahan, bukan stagnasi atau pun status quo. Dalam setiap kurun waktu, kemarin, kini dan esok, pembela senantiasa berdiri di garis terdepan. Baik sebagai pembela kebenaran yang gigih atau pun sebagai pembela kebatilan yang canggih.

Di dalam Alqur'an peran remuda diungkapkan dalam kisah Ashabul Kahfi [18:19-22], kisah remuda Ibrahim [21:60 dan 69, 2:258] dan pemuda yang dibunuh oleh Ashabul Uhdud [lihat tafsir Ibnu Katsir QS Al-Buruj], dan para Assabiqunal Awwalun pada umumnya berusia muda.

Pentingnya memanfaatkan masa muda digambarkan dalam hadist Rasulullah SAW sbb.: "Manfaatkanlah yang lima sebelum datang yang lima; masa mudamu sebelum datang masa tuaamu, masa sehatmu sebelum datang masa sakitmu, masa kayamu sebelum datang masa miskinmu, masa hidupmu sebelum datang masa matimu, masa luangmu sebelum datang masa sibukmu." [HR Al-Bahaqi] Bagaimana potensi pemuda itu dapat dikembangkan dalam bingkai Islam? Setidaknya mereka dituntut melaksanakan 10 risalahnya:

1. Memahami Islam

Mustahil pemuda dapat memuliakan lslam kalau mereka sendiri tidak memahami Islam [35:28, 58:11]

"Siapa yang dikehendaki Allah akan nlendapatkan kebaikan, maka dipandaikan dalam aganla." [HR Buknari-Muslim]

"Dunia ini terkutuk dan segala isinya terkutuk, kecuali dzikrullah dan yang serupa itu, dan orang alim dan penuntut ilmu." [HR At- Tirmidzi]

2. Mengimani segenap ajaran Islam

Iman kepada Allah dan Rasulnya pada hakikatnya merupakan sebuah sikap mental patuh dan tunduk [23:51]. Tunduk patuh berlandaskan cinta kepadanya [2:165] dan Ittiba' (mengikuti) Rasulnya [3:31,53:3-4].

3. Mengamalkan dan mendakwahkan Islam

Ciri orang yang tidak mengalami kerugian (k11usrin) dalam hidup adalah senantiasa mengamalkan dan mendakwahkan Islam [103:1-3, 41:33,3:110, 9:71,5:78-79]."Barang siapa nlenyeru kepada kebaikan, nlaka ia akan nlen!peroleh pahala sepadan dengan orang yang nlengerjakannya.” [HR Muslim]

4. Berjihad di jalan Islam

Jihad adalah salah satu hal ya:ng diwajibkan Allah kepada kaum muslimin. Said Hawwa membagi jihad menjadi 5 macam:

* Jihad lisaani, menyampaikan dakwah Islam kepada orang-orang kafir, munafik, dan fasik yang disertai dengan hujjah (argumentasi) yang dicontohkan oleh Nabi SAW [5:62].
* Jihad maali atau jihad dengan harta [49:15, 9:111]. Jihad dengan harta merupakan bagian vital bagi jihad yang lainnya, karena dakwah memerlukan sarana dan prasarana.
* Jihad bilyad wan nafs atau jihad dengan tangan/kekuasaan dan jiwa [22:39, 2:190, 8:39, 9:36]. Termasuk dalam jihad ini adalah menentang orang kafir, usaha mempertahankan diri terhadap serangan mereka, berusaha mengusir mereka dari bumi lslam, memerangi kaum murtad dalam negeri Islam, melawnn pemberontak atau pembangkang atas negara lslam.
* Jihad siyaasi atau jihad poIitik.
* Jihad tarbawi/ta'limi, yakni bersungguh-sungguh mengajarkan, menyampaikan ilmu dan mendidik orang-orang yang ingin memahami Islam [3:79].



5. Shabar dan istiqomah di atas jalan Islam [21:83-85, 38:41-44, 37:100-107,21:68-69,71:5-9].

Keimanan harus dilanjutkan dengan kesabaran dan istiqomah.

"Keyakinan dalam iman haruslah secara bulat dan kesabaran itu setengah dari iman." [HR Abu Nu'aim].

6. Mempersaudarakan manusia dalam ikatan Islam

Pemuda seharusnya berperan dalam menjalin ukhuwah Islamiyah sesama musIim [8:63, 59;9]. “Setiap mukmin yang satu bagi mukmin lainnya bagaikan suatu bangunan, antara satu dengan yang lain saling mengokohkan.” [Al-Hadist] .

7. Menggerakkan dan mengarahkan potensi umat Islam.

Potensi umat Islam perlu diarahkan ke dalam amal Jama'i secara efektif dan efisien [3:146].

8. Optimis terhadap masa depan Islam

Pemuda Islam tak boleh memiliki jiwa pesimis. Sebaiknya harus optimis akan hasil perjuangan dan pertolongan serta balasan dari Allah SWT. Hanya orang kafirlah yang memiliki sifat pesimis [12:87, 15:56].

9. Introspeksi diri (muhasabah) tcrhadap scgala aktifitas yang tclah dilakukan.

Introspeksi dan evaluasi dimaksudkan agar pemuda tidak mengulan kesalahan yang sama di hari mendatang, tldak terjebak dengan permasalahan yang sama, dan mampu memperbaiki diri ke arah yang lebih baik [13:11]. "Seorang yang sempurna akalnya ialah yang mengoreksi dirinya dan bersiap dengan amal sebagai bekal untuk mati." [HR At- Tirmidzi].

10. Ikhlas dalam segenap pengabdian di jalan Islam

Memurnikan niat karena Allah dalam ibadah dan jihad merupakan masalah fundamental, agar amal itu diterima sekaligus sukses. "Sesungguhnya Allah menolong ini hanya karena orang-orang yang lemah diantara mereka yaitu dengan dakwah, shalat ,dan ikhlas mereka " [HR An-Nasa'i dari Sa'ad bin Abi Waqqash]

REFERENSI

* Majalah Islam 'Sabili’, No.33/ 11 Januari 1991
* Husni Adham Jarror, Bercinta dan Bersaudara karena Allah, GIP
* Dr. Muh. Ibrahim An-Nashr, Dr Yusuf AL-Qardhawi dan Saisd Hawwa, Berjuang di Jalan Allah, GIP.

AMAL JAMA’I


TUJUAN

* Peserta mengetahui pengertian amal jama'i
* Peserta memahami pentingnya beramal jama'i
* Peserta mengetahui ciri-ciri amal jama'i



METODE PENDEKATAN

* Games "Korek Api"
* Ceramah dan Diskusi



RINCIAN BAHASAN
Pengertian Amal Jama'i

'Amal berarti bekerja, berbuat atau menghasilkan. Bagi seorang muslim, beramal berarti berbuat, mengerjakan dan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya, umat dan agama. Karenanya bekerja menjadi kewajiban bagi setiap muslim.

Jama'i berasal dari kata jama'ah. Jama'ah adalah suatu rerkumpulan orang-orang untuk mencapai hal-hal tertentu. Yang disebut dengan jama'ah sedikitnya terdiri dari dua orang. Sesuai dengan sabda Rosulullah SAW. "Barang siapa yang ingin mendapatkan pahala berjama'ah maka shalatlah bersamanya.” [Dikeluarkan oleh Ahmad, Daraimi, Tirmidzi, Hakim, Baihaqi, dan Ibnu Hazm dari hadist Abu Sa'id Al-Khudri] "Shalat berjama'ah itu lebih besar pahalanya 27 tingkat dari shoIat sendirian." [Muttafaq ‘alaih dari hadist Ibnu Umar]

Amal Jama'i atau kerja bersama adalah kegiatan yang merupakan produk suatu keputusan jama'ah yang selaras dengan manhaj (sistem) yang lelah ditentukun bersama, untuk mencapai tujuan tertentu.
Pentingnya Amal Jama'i

Manusia, seranjang zaman, secara fitrah tidak dapat hidup sendirian. Ia selalu membutuhkan manusia lain untuk mencapai tujuan hidupnya. Lihat kisah:

* Fir'aun [26:34-37]
* Ratu Balqis [27:32-33]
* Nabi Musa AS [20:29-32]
* Kaum kafir Makkah [8:30]

Bagi manusia muslim, Allah telah mengarahkan agar da1am melaksanakan aktifitasnya dengan beramal jama'i [61:4, 3:104]. Realitas yang ada juga mengharuskan bahwa kerja yang sukses harus dilakukan secaru kolektif. Sebab tangan sebelah tidak bisa bertepuk. Lidi, jika hanya sebatang, tidak dapat membersihkan daun-daun di halaman.

Untuk menegakkan Islam di hati kaum muslimin, menghadapi kemungkaran yang terjadi dan melawan tipu daya musuh, diperlukan kerja jama'ah. Dari sini amal jama'i menjadi wajib. Karena kaidah ushul fi'qih menyatakan: "Sesuai kewajiban yang tidak sempurna pelaksanaannya dengannya, maka ia adalah wajib". Selain itu, Islam bukan agama individu, melainkan agama satu umat, satu tanah air dan satu tubuh. Islam menyeru kepada kesatuan kaum muslimin. Allah berfirman: “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (angama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai” [3:103].
Ciri-ciri Amal Jama'i

1. Aktifitas yang akan dijalankan harus bersumher dari keputusan atau rerseluruhan jama'ah
2. Jama'ah yang dimaksud harus mempunyai visi dan misi, serta struktur organisasi yang tersusun rapi.
3. Setiap tindakan dan aktifitasnya harus sesuai dengan dasar dan strategi atau pendekatan yang telah digariskan oleh jama'ah.
4. Seluruh tindakannya harus bertujuan untuk mencapai cita-cita yang telah ditetapkan bersama.



REFERENSI

* Musthafa Masyhur, Amal Jama'i: Gerakan Bersama, Al-Islahi Press.
* Abdurrahman Bin Abdul Khaliq Al-Yusuf, Legitimasi Amal Jama'i:

Kupasan Gamblang Tentang Keharusan Beramal Jama'i, Pustaka Tadabbur.

* Musthafa Masyhur, AL-Qiyadah Wal Jundiyah, AL-lslahi Press.
* Dr. Yusuf Al-Qordhawi, Priorilas Gerakan Is!am JiIid I, Usamah Press.

KEORGANISASIAN ISLAM


TUJUAN

* Peserta mengetahui pengertian organisasi
* Peserta mengetahui alasan berorganisasi dan syarat tegaknya sebuah organisasi
* Peserta dapat membedakan antara organisasi Islam dan umum



METODE PENDEKATAN

* Ceramah dan Diskusi



RINCIAN BAHASAN

Definisi

Organisasi adalah wadah orang-orang atau sekelomrok orang untuk kerjasama dalam mencapai tujuan tertentu yang diinginkan.
Mengapa Berorganisasi?

* Fitrah. Kecenderungan untuk berkumrul [39:72-75]
* Ash-shulthon. Untuk menggalang kekuatan [55:33]
* An-Ni'mah. Merupakan nikmat dari Allah [3:103, 8:62-63]
* Dalam rangka menghadari musuh Islam [8:73, 61:4]

"Kebenaran yang tidak teroganisir akan dikalahkan oIeh kebatilan yang teroganisir.” [ALi bin Abi Thalib]

Syarat tegaknva organisasi secara umum organisasi akan tegak jika terdapat pengelolaan atau unsur-unsur manajemen:

* Planning, perencanaan yang matang .
* Oganizing, konsep yang baik .
* Actuating, pelaksanaan
* Controling, pengawasan dan pengendalian yang baik.

Organisasi lslam harus berdiri diatas prinsip: Islamisasi sebelum Organisasi (Islamiyah Qobla Jam'iyyah). Maksudnya, di dalam organisasi Islam perlu ditanamkan bahwa setiap muslim harus mempelajari dan memahami Islam dengan sebaik-baiknya. Kemudian memacu dirinya dengan amal-amal Islam semaksimal mungkin sebelum memasuki kehidupan berjamaah. Sebab kehidupan berjama'ah akan berfungsi baik dan Islami jika setiap muslim yang terdapat di dalamnya memiliki komitmen moral dan operasional kepada Islam secara baik dan benar. Karena itu di dalam sebuah organisasi Islam diperlukan situasi pembinaan yang berja!an di a tas metode (manhaj) Islam.
Perbedaan Organisasi Islam dan yang Bukan

No ISLAM UMUM
1. Ibarat satu tubuh Ibarat satu mobil
2. Berkumpul karena ibadah Berkumpul karena bekerja
3. Tuntutan Syar’i Kebutuhan
4. Orientasi menyeluruh Orientasi parsial
5. Kerjasama Sama-sama kerja
Sikap yang Dibutuhkan dalam Berorganisasi Islam

* Sikap Moral, yaitu iman. Keimanan merupakan landasan Allah bertindak dan berbuat.
* Sikap Operasional, yaitu Islam. Pekerjaan yang dilakukan selalu berada dalam kerangka tuntunan dan ajaran Islam.
* Sikar Hasil, yaitu Ihsan. Pekerjaan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh, teratur, berencana, berdasarkan ilmu, dan tidak asal-asalan, dilakukan berorientasi pada hasil yang baik

Tujuan dan Asas Organisasi Islam

Tujuan : Menggapai Ridho Allah (Mardhotillah) [2:207]

Asas : Taqwa [9:109].
Syarat-Syarat Organisasi lslam

1. Gerakan yang konstan (Harokatul Mustamiroh) [2:195]
2. Tujuan yang benar (Al-Ghoyatus Shohihah) [2:207]
3. Metode dan Sistem Yang Jelas (Al-Minhajul Wadhiah) [12:108]
4. Pemimpin yang lkhlas (Al-Qiyadatul Mukhlishoh) [48:5]
5. Pengikut yang taat setia (Al-Jundiyatul Muthii'ah) [3:79, 3:146-148]



Ciri-ciri Pengikut atau anggota yang taat dan setia:

* Iman yang dalam
* Ikhlas
* Keberanian dan semangat
* Percaya kepada pemimpin
* Tak banyak bertanya [5:101]
* Memiliki kesungguhan kerja.

Struktur Organisasi

Sebuah organisasi harus memiliki struktur, agar:

* Seseorang mempunyai wewenang atau kekuasaan yang jelas .
* Hubungan kerja antar anggota teratur.

Dasar Struktur Organisasi

* Pembagian Kekuasaan (authority)
* Tanggung jawab (responsibility).



REFERENSI

* Dari berbagai sumber.

Games "Korek Api”


Bahan/alat : Satu bungkus korek api per kelompok

Langkah-langkah :

1. Buat beberapa kelomrok, tiap kelompok terdiri dari 4 orang.
2. Tiap kelompok ditugaskan membuat bangunan dari batang batang korek api yang ada dalam satu bungkus tersebut.
3. Bangunan tersebut harus dibuat di atas kotak korek api .
4. Mentor memberi contoh awal cara membuat bangunan tersebut.
5. Setiap kelompok diberi waktu untuk membuat bangunan tersebut selama 60 detik.
6. Setelah 60 detik setiap kelompok harus menghentikan kegiatannya kemudian Mentor mendiskusikan bersama hikmah dari permainan tersebut.



Hikmah :

1. Dalam mengerjakan sesuatu diperlukan amal jama'i.
2. Diperlukan pembagian tugas yang jelas dalam mengerjakan suatu pekerjaan sehingga teratur dan terarah.
3. Pentingnya seorang pemimpin untuk mengkoordinir kerja.

WALA' DAN BARA'


TUJUAN

* Peserta memahami pengertian Wala' dan Bara'
* Peserta memahami rentingnya Wala' dan Bara dalam kehidupan seorang muslim
* Peserta mengetahui kepada siapa Wala' seorang muslim harus diberikan dan Bara' harus diarahkan



METODE PENDEKATAN

Ceramah dan Diskusi

RINCIAN BAHASAN
Pengertian Wala' dan Bara'

Secara bahasa, Wala' berasal dari kata al-Walayah yang artinya nasab, rertolongan, rembebasan budak, sedangkan orangnya disebut al-Muwalat yang artinya orang yang menolong. Baru berarti lepas atau bebas dan jauh dari.

Secara istilah Wala' berarti pertolongan, kecintaan, pemuliaan, renghormatan, kesamaan dengan orang-orang yang dicintai baik secara zahir maupun batin (loyalitas) [2:257].

Penjelasan lebih jauh definisi Wala' dan Bara', seperti yang dikatakan Syaikhul-Islam, Ibnu Taimiyyah: " Al-Walayah kebaikan dari al' Adawah. Asal pengertian dari al-Walayah adalah kecintaan dan kedekatan. Sedangkan pengertian al-' Adawah adalah kebencian dan kejauhan. Al-Wali artinya yang dekat.".
Pentingnya Wala’ dan Bara'

Wala' dan Bara' merupakan keharusan karena merupakan buku kecintaan seorang mukmin kerada Allah. Syekh Hafizh al-Hikamy berkata, "Tanda kecintaan hamba kepada Rabbnya ialah: mendahulukan apa yang dicintaiNya, meskipun hawa nafsunya menentang, membenci apa yang dibenciNya meskipun hawa nafsunya condong kepadanya, megangkat orang yang menjadikan Allah dan Rasulnya sebagai pemimpinnya memusuhi orang yang memusuhinya, mcngikuti Rasulullah, meniti Jejaknya dan menerima petunjuknya." At- Thabrani meriwayatkan dalam al-Kabir, dari Ibnu Abbas r.a., bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Tali iman yang paling kuat adalah loyalitas terhadap pemimpin karena Allah pula.” Syaikh Sulaiman bin Abdullah bin Muhammad bin Abdul Wahhab, menjelaskan perkataan Ibnu Abbas r.a : "Perkataan Ibnu Abbas ra; loyalitas pemimpin karena Allah", menjelaskan tentang keharusan kecintaan karena Allah yaitu loyalitas karena Allah pula. Hal ini merupakan isyarat bahwa sikap tersebut tidak hanya terbatas pada kecintaan semata, tetapi harus disertai loyalitas yang merupakan keharusan kecintaan. Loyalitas itu berupa tindakan memberi pertolongan, menghormati, memuliakan, selalu bersama orang-orang yang dicintai, zhahir dan bathin. Dan perkataannya: "Membenci karena Allah”, menjelaskan keharusan kebencian karena Allah, yaitu berupa permusuhan. Maksudnya' ialah memperlihatkan permusuhan, langsung berupa tindakan, seperti jihad menghadapi musuh-musuh Allah, melepaskan diri dari mereka, menjauhi mereka zhahir dan bathin. Sikap ini tidak hanya sekedar kebencian hati tetapi harus disertai pula dengan sikap-sikap yang harus dilakukan [61:4]".

Wala' dan Bara' juga merupakan pengejawantahan dari kalimat Laa Ilaaha Illallah. Kalimat ini merupakan penolakan terhadap segala bentuk ilah yang diikuti dengan mengukuhkan Allah saja sebagai satu-satunya IIah. Jika seseorang memulai dengan menegakkan Laa Ilaha dalam dirinya maka akan tumbuh AL-Bara’. Al-Bara' ditujukan kepada:

1. Arbaba, sesuatu yang dijadikan Tuhan [9:31]
2. Aaliha, tuhan-tuhan yang disembah selain Allah [25:3, 11:54]
3. Andaada, tandingan-tandingan Allah [2:165]
4. Thogut, sesuatu yang melampaui batas [2:256].



Dengan membatalkan semua bentuk Ilah dan mengucapkannya untuk Allah maka akan tumbuh AL-Wala’. AL-Wala' diberikan kepada:

1. Allah [2:257, 22:78,66:4]
2. Islam [3:85, 5:3]
3. Rasul [3:31-33]
4. Orang-orang mukmin atau sholeh [3:28, 3:3, 4:89, 5:51, 60:1, 9:71].



REFERENSI

* Muhammad bin Sa'id bin Saum AL-Qahthany, Loyalitas Muslim Terhadap Islam, Ramadhani.
* Muhammad bin Sa'id bin Saum AL-Qahthany, Muh. Bin Abdul Wahhab dan Muhammad Qutb, Memurnikan Laa Illaaha Illallah, GIP.

SYARAT DITERIMANYA SYAHADAT


TUJUAN

* Peserta mengetahui syarat-syarat diterimanya syahadah seorang muslim



METODE PENDEKATAN

* Ceramah dan Diskusi



RINCIAN BAHASAN
Pendahuluan

Kalimat laa ilaha Illallah merupakan pintu gerbang seseorang masuk ke dalam Islam. Memahaminya akan mengantarkan manusia kepada syurga. Sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah SAW. "Barangsiapa yang mati sedang ia mengetahui bahwa tiada ilah selain Allah, maka ia masuk syurga." (HR Muslim). Tetapi kalimat ini tidak akan memberikan kebaikan kepada manusia hanya dengan mengulang-ulang pengucapannya atau menghafal lafaz-lafaznya. Wahab bin Munabbih pernah ditanya: "Bukankah laa ilaaha Illallah merupakan pintu syurga?” Kemudian Wahab menjawab, "Benar", tetapi tidak ada kunci kecuali ia mempunyai gigi-gigi. Apabila engkau datang sambil membawa gigi-giginya, maka syurga akan dibukakan untukmu. Kalau tidak, maka syurga tidak akan dibukakan untukmu.” Yang dimaksud gigi-gigi di sini adalah syarat-syarat diterimanya laa ilaaha Illallah.
Syarat-syarat diterimanya Laa ilaaha Illallah

Ada tujuh buah persyaratan yang harus dimiliki, yaitu: 'ilmu, alyaqin, al-qabuul, al-inqiyaad, as-shidqu, al-ikhlas, mahabbah.

1.'Ilmu

'Ilmu di sini adalah mengetahui makna yang dimaksudkan, baik yang dinafikan (ilaah) maupun yang ditetapkan (Allah). Dengan 'ilmu (mengetahui) bisa menangkal kebodohan. Firman Allah, "Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tiada ilaah kecuali Allah" [47:19]. Liha juga [43:86, 3:18].

2. AL-Yaqin

Maksudnya orang yang mengucapkan kalimat tauhid harus yakin terhadap pengertian di dalamnya dengan keyakinan yang sepenuhnya. Sebab keimanan tidak dapat dilandasi oleh praduga dan prasangka [49:15]. Adanya keyakinan dapat menangka1 keraguan. Rasulullah SAW bersabda: “Saya bersaaksi bahwa tidak ada ilah selain Allah dan sesungguhnya aku adalah Rasul Allah. Dengan dua kesaksian ini dan tidak ragu-ragu tentang keduanya, seorang hamba tidak akan bertemu Allah kecuali ia masuk surga” (HR Muslim dari Abu Hurairah ra.)

3. Al-Qabuul

Maksudnya, menerima apa yang dituntut oleh kalimat ini dari hati dan usannya secara bulat. Allah mengisahkan kabar masa lampau tentang keselamatan bagi orang yang menerima Laa ilaha Illallah dan siksaan bagi orang yang menolak [43:23-25, 10:103, 37:35-36]. Penerimaan dapat menangkal pembangkangan.

4. Al-Inqiyaad

Maksudnya tunduk patuh dan berserah diri kepada apa yang ditunjukkan serta apa yang dinafikan atau terus mengikuti dan terikat rada kalimat ini [39:54, 4:125, 31:22]. Ketundukkan dapat menangkal penolakan. "Tidak beriman di antara kamu sehingga menjadikan kecenderungannya mengikuti apa yang kubawa." (Hadits hasan shahih al-arbain an-Nawawiyah, hadits no.41)

5.Ash-Shidqu

Maksudnya ia harus mengucapkan kalimat tauhid itu dari sanubarinya dengan jujur dan benar. Adanya kejujuran dapat menafikan kedustaan dan kemunafikan. Apa yang diucapkan sudah harus dibenarkan dengan hatinya [2:8-10, 29:1-3]. "Tidaklah seseorang bersaksi bahwa tidak ada ilah selain Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba dan rasulnya dengan sebenarnya dari hati, melainkan Allah mengharamkan neraka baginya." [HR Bukhari dari Muadz bin Jabal]

6. Al-Ikhlas

Memurnikan amalan dengan niat yang baik dan benar. Keikhlasan dapat melepaskan atau menangkal dari berbagai bentuk syirik [39:3, 98:5]. "Orang yang paling berbahagia dengan syafaatku adalah orang yang mengucapkan laa ilaaha illallah secara mumi dari hatinya." [HR Bukhari] "Sesungguhnya Allah mengharamkan api neraka bagi orang yang mengucapkan laa ilaaha Illallah, yang dengan ucapannya itu ia hendak mengharapkan wajah Allah Azza wa Jalla." [HR Muslim]

7. Al-Mahabbah

Ucaran laa ilaha Illallah tidak akan berarti bila tak disertai dengan segenap rasa cinta (mahabbah) dalam mengamalkannya. AL-Mahabbah merupakan unsur yang sangat penting, karena untuk menegakkan kalimat tauhid ini diperlukan pengorbanan lahir dan batin. Cinta dan pengorbanan merupakan dua ikatan yang tidak dapat dipisahkan [2:165, 5:54]. Kecintaan dapat menafikan kebencian.

"Tiga perkara barang siapa yang berada di dalamnya, maka akan mendapatkan kenikmatan dan manisnya iman, atau menjadikan Allah dan Rasulnya lebih dicintai daripada semua cintanya selain kepada keduanya, seseorang mencintai yang lain, ia tidak mencintainya melainkan karena, Allah; dan menolak kembali kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkan dirinya dari kekufuran itu sebagaimana ia menolak untuk dilemparkan ke dalam api neraka.” [HR Bukhari]

REFERENSI

* Muhammad bin Sa'id bin Saum AL-Qahthany, Loyalitas Muslim Terhadap Islam, Ramadhani.
* Muhammad bin Sa'id bin Saum AL-Qahthany, Muh. Bin Abdul Wahhab dan Muhammad Qutb, Memeurnikan La Ilaha Illallah, GIP
* Dr. Ibrahim Muhammad Abdullah al-Buraikan, Pengantar Studi Aqidah Islam, Litbang Pusat Studi Islam al-Manar

SYUKUR NIKMAT


TUJUAN

* Peserta mengetahui makna syukur rukmat secara bahasu maupun istilah Peserta memahami pentingnya syukur nikmat
* Peserta mengetahui cara bersyukur
* Peserta mengetahui hal-hal yang dapat mengubah nikmat menjadi naqmah (siksaan)



METODE PENDEKATAN

* Ceramah dan Diskusi



RINCIAN BAHASAN
Makna Syukur Nikmat

Syukur secara bahasa adalah berterima kasih. Menurut istilah syukur adalah memberikan pujian kepada yang memberi kenikmatan dengan sesuatu yang telah diberikan kepada kita berupa perbuatan ma'ruf, dalam pengertian tunduk dan berserah diri kepadaNya.
Pentingnya Syukur Nikmat

* Syukur adalah wasiat perlamu yang disampaikan Allah SWT kepada manusia. Setelah manusia mampu berpikir, Allah memerintahkannya untuk bersyukur kepadanya dan kepada kedua orang tuanya [31:14 ; 2:172 ; 17:3 ; 27:19].
* Allah memberiknn pujian kepada hambaNya yang tidak pernah lalai dalam mensyukuri nikmatNya [6:53 ; 3:145].
* Akan menambah kuatnya iman dan kenikmatan [14:7].
* Allah tidak nkan menyiksa orang-orang mukmin yang senantiasa bersyukur [4:147].
* Allah tidak menyukai orang yang mensyukuri nikmat dan mencla orang-orang yang tidak mensyukuri nikmat [2:152; 100:6 ; 76:3,4]. “Hendaklah tiap orang dari kalian berhati yang bersyukur dan lisan yang mengingat (HR Turmudzi dan Ibnu Majah). Sesungguhnya Allah ridho kepada seorang hamba yang setiap makan dan minumnya memuji Allah ( atas karunia yang diberikan Allah kepdanya).

Cara Bersyukur

1. Syukur yang dilakukan dengan hati (Syukur Qolby)

Yaitu mengakui nikmat-nikmat Allah dan mencintaiNya. “Mengingat kenikmatan akan berpengaruh (membekas) pada kecintaannya kepada Allah Azza wa jalla”. (HR Abu Sulaimun Al-Wasithiy).

2. Syukur yang dilakukan oleh lisan (Syukru Lisan),

Yaitu memuji kepadaNya dan atas anugerah yang dilimpahkanNya [93:11]. Selain itu mempunyai kesadaran untuk menyatakan bahwa nikmat itu datang hanya dari sisi Allah [16:53].

3. Syukur yang dilakukan oleh anggota badan (Syukru Jawarih),

Yaitu dengan menggunakan anggota tubuh/melakukan aktivitas dalam rangka tunduk kepadanya dan ditujukan hanya untuk memperoleh keridhoanNya. Juga dengan meniahalkan segala bentak kemaksiatan serta mempersembahkan dan menundukkan kenikmatan yang dilimpahkan Allah untuk menaatiNya dan memperoleh keridhoanNya. Bersyukur kepada Allah harus tercermin dalan hati, urusan dan anggota tubuh, karena dengan hati itulah kita merasakan, mengetahui, menyambut, dan membicarakan nikmat-nikmat Allah.

Nikmat bisa berubah menjadi Naqmah (siksaan)

Nikmat bisa menjadi naqmah karena berbagai perkara, antara lain;

1. Jika kita melakukan kemaksiatan dan berbuat dosa, yaitu membalas nikmt Allah dengan hal-hal yang dimurkaiNya [30:41 ; 4:79J.
2. "Seorang hamba pada hari kiamat tiada melangkahkan kedua kakinya, sehingga ditanyakan kepadanya empat perkara, yaitu tentang umurnya, dihabiskannya untuk apa, tentang ilmunya, diamalkan untuk apa, tentang hartanya, dari mana diperolehnya dan untuk kepentiugan apa dihabiskan, serta masa muda dihabiskan untuk apa" (HR.Turmudzi)
3. Meyakini bahwa yang dimilikinya bukan dari Allah tapi atas usahanya sendiri atau dari selain Allah [28:78; 16:53-54, 84]
4. Sikap sombong, merasa diri lebih mampu dari orung lain sehingga ia mencela orang lain dan membangga-banggakan apa yang dimilikinya, baik harta, sawah ladang, ilmu, atau kedudukan [104:1-3].
5. Tidak menunaikan hak-hak Allah.
6. Bila kita memiliki ilmu walaupun sedikit, hendaklah tetap kita ajarkan kepada orang lain. Bila kita mempunyai harta walaupun sedikit, hendaknya kita infakkan, karena dalam harta itu ada hak-hak orang lain [70:24-25J ,



REFERENSI

Ruyyal Al-Haqil, Mensyukuri Nikmat Allah, GIP




MA'IYYATULLAH


TUJUAN

* Peserta memahami pengertian ma’iyyatullah
* Peserta mengetahui pembagian ma’iyyatullah beserta bukti-buktinya
* Peserta termotivasi untuk menimbulkan kebersamaannya dengan Allah.



METODE

* Ceramah dan Diskusi



RINCIAN BAHASAN
Pengertian

Ma’iyyatullah berarti kebersamaan Allah. Allah selalu bersama dan mengawasi makhlukNya. Ma’iyyatullah terbagi atas 2 macam :

1. Ma’iyyatullah Umum

Yaitu kebersamaan Allah yang meliputi seluruh makhlukNya, baik manusia, binatang, maupun tumbuh-tumbuhan, muslim maupun kafir. Kebersamaan Allah serta umum itu dapat dibuktikan dengan adanya:

1. Fenomena Petunjuk

Seluruh makh1uk ciptaan Allah, dari atom yang terkecil sampai benda yana paling besar, manusia, hewan, tumbuh-tumbuhnn, semua mendapat petunjuk dari Allah dalam menjalani hidupnya. Allah selalu bersama makhlukNya, ketika memberi pelunjuk poda bayi untuk menyusu padu ibunya, kepada anak ayam untuk mematuk ketika akan keluar dari telurnya, ketika ayam betina membolak-balikkan telur yang sedang dieraminya, juga ketika Allah memberi petunjuk akar tumbuhan untuk menyerap sari makanan dari dalam tanah.

2. Fenomena Pengabulan Do'a

Seluruh manusia, baik beriman muupun kafir, pernah mengalami langsung fenomena ini. Ketika seseorang mengalami kondisi kritis daldam fase kehidupannya, yaitu ketika ia menerima musibah yang membuat hatinya hancur, putus harapan, dengan serta merta ia memohon kepada Allah dengan penuh harap dan cemas mengharapkan pertolonganNya, ketika itu pula Allah mengabulkan doanya dan tiba-tiba musibah itu hilang [10:12; 17:67; 6:47]. Fenomena ini merupakan bukti kebersamaan Allah dengan manusia pada umumnya. Mrupakan sunnatullah bahwa Dia harus mengabulkan do’a orang yang terjepit, jika Dia berkehendak, walaupun orang tersebut orang kafir selama ia selalu berdoa kepadaNya [27:62 ; 6:63-64].

2. Mu'iyyatullah Khusus

Artinya kebersamaan Allah yang ditujukan khusus untuk orang-orang yang beriman. Kebersamaan Allah dengan orang-orang yang beriman adalah berupa :

1. Penjagaan dan pemeliharaan Allah

Berkata Abu Abbas Abdullah bin Abbas ra bahwa Rasulullah SAW bersabda: Jagalah Allah, niscaya Ia akan menjagamu. “Jagalah Allah, niscaya engkau mendapatkanNya di hadapanmu. Bila engkau meminta, mintalah kepada Allah. Dan bila engkau meminta pertolongan, mintalah pertolongan kepada Allah” (HR. Turmudzi).

2. Pertolongan dan kemenangan dari Allah

Salah satu bentuk kebersamaan Allah terhadap kaum mukmin ialah berupa dukunganNya dalam bentuk pertolongan [47:7] dan pemecahan janjiNya [2:40].

Hakikat pertolongan dan kemenagan itu sendiri ialah:

1. Hanya datang dari sisi Allah

Orang yang dimenangkan Allah tidak mungkin bisa dikalahkan oleh siapapun dan kapanpun, meskipun seluruh isi bumi bersatu padu untuk mengalahkannya. Begitu pula sebaliknya [3:160 ; 8:9-10]

2. Allah hanya menolong orang yang menolongNya

Siapa yang menolong diinNya maka barulah Allah akan menolongNya [47:7 ; 22:40].

3. Pertolongan Allah dapat berupa kehancuran bagi orang-orang kafir, sebagaimana kehancuran kaum pendusta para nabi dan rasul.
4. Kekalahan merupakan pertolongan yang sebenarnya

Yang kita anggap sebagai kekalahan pada hakikatnya merupakan pertolongan yang sebenarnya. Kekalahan tersebut dapat berupa terbunuh, dipenjara, dipenjara atau dianiaya. Bukankah dengan terbunuhnya seorang mukmin dapat dikatakan bahwa ia teluh memperoleh syahadah di jalan Allah, seperti yang dicita-citakannya [3:169 ; 36:26-27, 9:52].

5. Kemenangan kaum mukmin tidak dibatasi oleh waktu dan tempat. Waktunya terbentang sejak dunua sampai akhirat, dan tempatnyapun terbentang di seluruh bumi Allah. Jika seorang mendeita di suatu tempat, di tempat lain dia akan memperoleh kemenangan seperti yang dialami oleh Rosulullah SAW beserta para sahabatnya (memperoleh kemenangan ketika hijrah ke madinah).

Karakterisitik orang-orang beriman yang akan mendapatkan pertolongan Allah adalah :

1. Menjaga perintah, batasan dan hak-hak Allah (HR Turmudzi).
2. Kembali Islam yang murni seperti ketika Rosulullah SAW memelihara kemurnian Islam.
3. Selalu bcrdakwah dan berjihad [29:69 ; 49:15].
4. Berbuat ihsan [16:28].
5. Tabah dan sabar dalam menghadapi cobaan dan meyakini datangnya pertolongan Allah [2:153].



REFERENSI

* Aqidah Seorang Muslim, AL-Ummah
* Al-Umr, Hakikat Pertolongan dan Kemenangan, GIP
* Dr. Yusuf Qordhowi, Generasi Mendatang Generasi Yang Menang, GIP
* Sa'id Hawwa, Allah, Pustaka Mantiq
* Majalah Ishlah, No. 56/Th IV 1996, hal. 32

KARAKTERISTIK IMAN DAN JALANNY A



TUJUAN

* Peserta mengetahui dan memahami pengertian dan karakteristik iman
* Peserta mengetahui jalan yang ditempuh dalam menegakkan keimanan
* Peserta mengetahui konsekuensi iman



METODE

* Ceramah dan Diskusi



RINCIAN BAHASAN
Pengertian Iman

Berdasarkan HR Ibnu Majah, iman mengandung pengertian “Dibenarkan dalam hati, dinyatakan dengan lisan, dan diamalkan dengan anggota badan.” Jadi iman tidak cukup sebatas pembenaran dan pengucapan tanpu berwujud amal shaleh dari anggota badan [49:14].
Karakteristik Iman

1. Kualitas keislaman seseorang berbeda-beda, memiliki tingkatan-tingkatan sebagaimana pula kekafiran. Puncak tertinggi keimanan adalah ketakwaan yang dilandasi oleh mahabbah (kecintaan) yang tinggi pada Allah. Para ulama mendefinisikan takwa dengan “Hendaklah Allah tidak mekamu berada dalam larangan-laranganNya dan tidak kehilangan kamu dalam perintah-perintahNya. Sebagian ulama mendefinisikan takwa dengan mencegah diri dari azzab Allah dengan membuat amal sholeh dan takut kepada-Nya di kala sepi atau terang-terangan. Sayyid Qutb berkata dalam "Fi Zhilalil Qur'an” bahwa adalah kepekaan batin, kelembuatan perasaan, rasa takut terus-menerus selalu waspada dan selalui hati-hati jangan sampai kena duri jalanan… Jalan kehidupan yang selalu ditaburi duri-duri godaan dan syahwat, kerakusan dan angan-angan, kekawatiran dan keraguan, harapan semua atas segala sesuatu yang tidak bisa diharapkan, ketakutan palsu dari sesuatu yang tidak pantas untuk ditakuti… dan masih banyak duri-duri lainnya.

Takwa tebentuk dari peoses pengabdian (ibadah) yang intens [2:21 ; 2:183]. Takwa merupakan suatu fase kemenangan yang sempurna, sebagai interaksi antara iman, Islam dan ihsan. Takwa adalah ilmu dan amal, naluri hati dan etika. Dengan takwa hati menjadi terkondisi untuk selalu berdzikir pada Allah dan anggota-anggota badan berinteraksi secara seimbang dan harmonis. Ketakwaan hanya Allah kepada orang-orang yang berserah, beramal dan berbuat baik [47:17] dalam bentuk petunjuk. Sedangkdan petunjuk berpangkal dari keimanan kepada Allah SWT. [64:11].

2. Kondisi keimanan seseorang tidak selalu stabil, sebagaimana sabda Rasulullah : “Iman itu kadang-kadang naik kadang-kadang turun, Maka perbaharuilah iman kamu dengan Laa ilaha Illallah”. (HR Ibnu Islam)

Jalan Menuju Keimanan

Jalan menuju keimanan tidaklah mudah, senantiasa selalu bertentangan dengan hawa nafsu manusia, mendaki lagi sukar [90:10-11]. Rasulullah menggambarkan “Surga itu dikelilingi oleh berbagai hal yang tidak disukai, sedangkn neraka dikelilingi berbagai hal yang tidak menyenangkan” (HR MusIim)

Untuk mempertahankan kondisi keimanan dalam rangka mencapai kelakwaan diperlukan istiqomah dan kesungguhan hati (mujahadah) [29:69 ; 9:20].

Dengun tabiat jalan keimanan yang demikian, banyak orang tidak sanggup beristiqomah dalam mempertahankan keimanannya karena mementingkan hawa nafsunya sehingga terjerumus dalam kemusyrikan atau hal-hal yang dapat merusak keimanan.

Karena itu, bukan hal yang mustahil jika seseorang yang beriman pada waktu kemarin, hari ini dapat tergelincir dalam kekafiran. Keimanan seseorang tidak dapat dijamin keabadiannya, kecuali jika selalu dipelihara [5:54].
Konsekuensi Keimanan

Orong yang beriman akan diuji, karena hal ini merupakan sunatullah untuk membuktikan benar tidaknya keimanan seseorang [29:2-3]. Bentuk ujian dapat berupa kesenangun atau kesusahan (2:155-156; 21:35; 39:49; 89:15-19].

Bagi orang beriman, setiap kesenangun hidup hanya akan meringkatkan rasa syukurnya ke hadirat Allah SWT dan setiap musibah dan cobaan hanya akan meningkatkan kesabaran dan keimanannya terhadap Allah SWT seperti sabda Rasulullah SAW. “Sungguh menabjubkan perkara orang yang beriman, Jika ia diberi karunia, ia bersyukur, dan itu kebaikan baginya. Dan jka ia tertimpa musIbnu, ia sabar dun tawakkal, dan itu(pun) kebaikan baginya”. Cara mensikapi bentuk-bentuk ujian, lihat QS. 2:156-167, 3:15-17.

REFERENSI

* Dr. Ali Gharisah, Beriman yang benar, GIP
* Abdul Majid Aziz Azzindani, Jalan Menuju Iman

ISLAM: KEMARIN, KINI, DAN ESOK



TUJUAN

* Peserta mengetahui keberadaan/posisi dirinya dalam peta perkembangan Islam
* Peserta mempunyai sikap optimis bahwa masa depan pasti di tangan Islam
* Peserta mengetahui faktor-faktor yang mendukung kebangkitan Islam



METODE

* Ceramah dan Diskusi



RINCIAN BAHASAN

Islam adalah ajaran/risa1ah yang Allah turunkan melalui RasulNya sebagai diin yang paling sempurna bagi semesta alam [5:3]. Allah telah memenangkan Islam atas ajaran-ajaran yang lain, kemenangun itu semuanya miIik Islam sebagaimana telah Allah janjikan [37:173].

Sebagai umat Islam kita harus tetap optimis, bahwa janji Allah itu akan datang, membangkitkan dan memenangkan Islam walau mungkin membutuhkan waktu yang panjang. Optimisme yang dibutuhkan tentunya tidak lantas melahirkan kepastian, akan tetapi hurus diiringi dengun upaya dan usaha yang dilandasi oleh iman. Dengan kata lain iman dan amal sholeh adalah dua kata kunci untuk meraih dan mempertahankan kemenangan Islam
Kondisi Kemarin

Islam telah mengalami puncak kegemilangan dari masa Rosulullah SAW hingga masa-masa kekhalifahan, yang sampai kini belum lagi terulang. Sebaik-baik umatku adalah pada abadku ini kemudian yang sesudahnya dan yang sesudahnya. Kemudian sesudah mereka muncul suatu kaum yang memberi kesaksian tetapi tidak bisa dipercaya kesaksiannya. Mereka khianat dan tidak bisa diamanati Mereka bernazar (berjanji) tetapi tidak dapat menepatinya dan mereka tampak gemuk-gemuk.” (HR At-Tirmidzi). Islam adalah pusat peradaban dunia, dalam Ilmu dan pendidikan, pemerintihan dan keadilan, akhlak dan keagungun. Semua Ini terjadi ketika umat berjalan bersama Islam. Tetapi ketika Islam sudah mulai ditinggalkan oleh manusia, yang terjadi adalah potret kehidupan manusia di masa kini.
Kondisi Kini

Bunyak hal yang dapat digambarkan tentang umat Islam di masa sekrang, yang selalu didirikan salam keadaan yang tidak berdaya. Dalam sebuah hadist dikatakan : ”Akan daang suatu masa, dimana kalian seperti makanan yang diperebutkan. Sahabat bertanya : “Apakah jumlah kita pada masa itu sedikit, ya Rasulullah ? Rasulullah menjawab : Tidak, melainkan jumlah kalian banyak, tetapi kalian laksana buih di lautan” (banyak tapi tidak berdaya). Misalnya saja dengan potret umat di belahan dunia ketiga yang diwarnai kemiskinan dan kebodohan sementara itu penindasan dan penganiayaan terus dialami oleh sebagian yang lain (misalnya Bosnia, Palestina, Chechnya, Sudan, Kasmir, dll.).
Esok

Masalah kebangkitan Islam kini menjadi tema menarik, yang kerap dibicarakan. karena kebangkitan itu sesuatu yang sudah dinyatakan oleh Rasu1uuah SAW. “Kenabian ini akan berjalan di tengah-tengah kamu sampai masa yang dikehendaki oleh Allah, kemudian diangkatNya kapan Ia kehendaki. Kemudian akan menyusul masa khilafah yang akan berdiri di atas manhaj nubuwah (sistim pemerintahan yang masih seperti di jaman Rasulullah), pemerintahan yang masih resmi tersebut berpegang teguh kepada Islam, yang demikian itu sampai masa yang dikehendaki Allah, kemudian diangkatNya jika Ia kehendaki. Kemudian setelah masa tersebut ada raja yang zaum (diktator) sampai masa yang dikehendaki Allah, kemudian diangkatNya sampai masa yang dikehendaki. Kemudian muncul khilafah yang berdiri di atas manhaj nubwah.” Kemudian Rasulullah SAW diam. Disebutkan oleh Huzifah, marfu' dan diriwayatkan oleh Al-Iraqi dari jalan Ahmad, ia berkata: Ini hadits shahih.

Optimisme tersebut semakin besar ketika tanda-tanda kebangkitan itu sendiri mulai tampak tampak, misalnya:

* Adanya kesaaran kaum muslimin untuk kembali kepada Islam
* Tersebar dan semakin banyak buku-buku dan kaset Islam
* Islamic Centre dan organisasi Islam mulai bermunculan
* Maraknya mesjid dengan aktivitas keislamannya
* Semangat jihad sudah mulai berkobar di berbagai negeri

Faktor-faktor Kebangkitan Islam

* Janji Allah SWT dalam Al-Qur'an dan Hadist [5:54; 9:32-33; 58:21; 10:37 ; 15:9]. “Agama ini akan sampai sejauh sampainya malam dan siang dan tidak ada rumah di penjuru bumi ini kecuali Allah masukkan agama ini ke dalamnya dengan memuliakan yang mulia dan menghinakan yang hina, suatu kemuliaan dimana Allah memuliakan Islam dan menghinakan (merendahkan) kekafiran selai Islam dengan.” (HR Ahmad)
* Islam sebagai din yang sesuai dengan fitrah manusia (mempunyai konsep tauhid yang lurus dan benar [17:44 ; 20:124 ; 30:30 ; 40:51]. Islam memperhatikan keseimbangan antara jazad, akal dan ruh. Mengabaikan satu unsur dari ketiga unsur tersebut berarti mengabaikan masalah itu sendiri yang berakibat pada kehancuran perabadan manusia, seperti yang terjadi pada peradaban Barat dari zaman dulu sampai sekarang.
* Kcungguhan yang dimiliki ajaran Islam yang syamil (meliputi seluruh konsep dan nilai kehidupan ) dan shahih.
* Memiliki SDM yang banyak (1/5 penduduk dunia adalah muslim)
* Sumber daya alam potensial kebanyakan terdapat di negara-negara Islam
* Ideologi lain yang sudah mulai runtuh.



REFERENSI

* Hasan Al-Banna, Dakwah Islam, Kemarin Kini dan Esok
* Dr. Abdullah 'Azzam, Islam dan Masa Depan Ummat Manusia, Bayan Press

KEWAJIBAN BERDAKWAH


TUJUAN

* Peserta memahami makna dakwah baik secara bahasa muupun istilah
* Peserta mengetahui keutamaan dan pentingnya dakwah
* Peserta mengetahui faktor pendukung keberhasilan dakwah



METODE

Ceramah dan Diskusi.

RINCIAN BAHASAN
Pengertian Dakwah

Secara bahasa dakwah artinya adalah undangan atau ajakan. Secara istilah artinya adalah mengajak manusia kepada Allah dengan hikmah dan bantahan (argumentasi) dengan cara yang baik sampai manusia itu keluar dari kegelapan jahiliyyah kepada cahaya Islam (kehidupan Islami), mengkafirkan thoghut dan beriman kepada Allah semuta [16:125; 2:256]

* Tujuan dakwah

Tujuan akhir dari dakwah adalah mengembalikan manusia agar menyembah Allah semata.

* Objek dakwah

Objek dukwah adalah seluruh umat manusia.

* Metode dakwah

Metode yang diajarkan dan dilakukan oleh Rasulullah SAW adalah dengan menggunakan hikmah dan pelajarann yang baik. Hikmah adalah perkataan yang tepat, ttgas, dan benar, yang dapat membedakan antara yang haq dan yang bathil. Aspek tepat dalam hal ini berkaitan dengan penggunaan kabar gembira (basyiron) dan kubar peringatan (nadziroh). Yang dimaksud dengan pelajaran yang baik dulam dakwah adalah berdakwah dengan seluruh kepribaian juru dakwah. Dalam hal ini seorang da’i harus memiliki akhlak yang kokoh dan harus menjadi suri tauladan bagi masyarakatnya.

* Target dakwah:
* Agar manusia mengingkari thogut (ilah selain Allah) dan beriman kepda Allah
* Agar manusia keluar dari kegelapan jahiliyyah kebodohan terhadap Allah dan Islam) menuju cahaya Islam.

Keutamaan Dakwah

* Merupakan perbuatan/perkataan yang terabik [41:33 ; 33:45-46]
* Merpakan salah satu jalan menuju kebaikan. Dari Abu Hurairah ra, Rusulullah SAW bersabda,”Barang siapa menyurah kepada petunjuk, maka ia mendapatkan pahala orang yang mengikutinya tanpa berkurang seikitpun dari pahala mereka.” (HR Muslim)

Rasulullah SAW pernah bersabda kepada Ali ra : "Demi Allah jika Allah memberi petunjuk kepada satu orang melalui kamu itu lebih baik daripada unta merah." (HR Muttafaqun 'alaih)
Pentingnya Dakwah

* Merupakan kebutuhan yang mendesak, karena tanpa dakwah manusia akan rusak dan tanpa aturan. Di lain pihak banyak penyeru/pengajak ke arah kebatilan jang tidak henti-hentinya jugu berdakwah untuk kebatilan.
* Merupakan kebutuhan sosial, yaitu dengan alasan:
* Karena manusia membutuhkan orang yang menjelaska kepada mereka apa-apa yang diperintahkan oleh Allah [36:6; 17:15].
* Karena kondisi kehidupan umat saat ini diwarnai oleh kerusakan-kerusakan moral, dan para pelakunya ingin agar kerusakan-keruakan tersebut tersebar di masyarakat [4:89; 9:67].
* Kewajiban yang dituntut syar'i.
* Da'wah adalah wajib atas setiap muslim [3:104,110 ; 9:71]. Dari Amad Nu’man nin Basyir r.a., ia berucap bahwa Nabi SAW bersabda: "Perumpamaan orang yaug senantiasa melaksanakan hukum Allah dan orang yang terperosok di dalamnya adaldah laksana orang-orang membagi tempat daldam suatu bahtera, dimana ada bagian yang duduk di atasnya, ada pula yang duduk di bawahnya. Ketika orang-rang yang ada di bagian memerlukan air, tentu mereka harus melintasi orang-rang yang ada di bagian atas. Kemudian mereka berkata,“Kami akan lubangi saja bagian bawah itu.” Jika mereka (orang-orang yang ada di bagian atas) membiarkan apa yang diinginkan oleh orang-orang yang ada di bawah niscaya akan binasalah semua. Namun bila mereka menegah perbuatan mereka, maka akan selamat dan selamatlah semua " (HR Imam Bukhari da Tirmidzi)
* Dari Abu Sa'id al Khudri ra, ia berucap, Kudengar Rosulullah SAW bersabda, “Barang siapa diantara kalian melihat kemungkaran ubahlah dengan tangannya. Jika tidak mampu ubahlah dengan lisannya. Jika tidak mampu juga, maka ubahlah dengan hatinya. Dan yang demikian itu selemah-lemahnya iman.” (HR Imam Muslim, Tirmidzi dan Ibnu Majah).



* Adanya ancaman bagi yang tidak berdakwah, lihat QS 2:174; 3:187; 14:44



* Merupakan tugas kita untuk meneruskan misi perjuangan para nabi dan rasul [42:13]



Dakwah merupakan aktivitas yang mulia dan luhur, tetapi juga merupakan kewajiban yang berat. Agar dakwah ini berhasil ia membutuhkan pribadi yang tangguh untuk memikulnya. Untuk itu dibutuhkan faktor-faktor pendukung keberhasilan dakwah yaitu sebagai berikut :

1. Al- Fahmu Ad-Daqiq (Pemahaman yang rinci)
2. Al- Imam Al-'Amiiq (Keimanan yang dalam)
3. Al- Hubb Al-Watsiiq (Kecintaan yang kokoh)
4. Al- Wahyu Al-Kaamil (Kesadaran yang sempurna)
5. Al-'Amal Al-Mutawashil (Kerja yang kontinyu)



REFERENSI

Dr. Fadhl Ilahy, Menggugah Semangat Berdakwah, Khazanah Ilmu

Jum'ah Amin Abdul Aziz, Fiqh Da'wah, Citra Islami Press

Panduan Aktivis Harokah, Pustaka Al-Ummah






















ILMU DAN URGENSINYA


TUJUAN

* Peserta memahami perhatian Islum terhadap ilmu
* Peserta mengetahui aspek-aspek ilmu dalam pandangan rslam
* Peserta memahami keutamaan ilmu dan orang-orang yang.berilmu
* Peserta mengetahui pengaruh ilmu terhadap iman dan tingkah laku
* Peserta memahami perintah mencuri ilmu dalam Islam dan hak-hak ilmu utas pemiliknya



METODE PENDEKATAN

* Ceramah dan Diskusi



RINCIAN BAHASAN
Perhatian Islam Terhadap Ilmu

Manusia tidak pernah menemukan agama yang sangat memperhatikan keilmuan dengun sempurna selain Islam. Islam selalu menyeru dan memotivasi penekunan ilmu pengetahuan, mengajak umatnya untuk menuntut, mempelajari, mengamalkan, dan sekaligus mengajarkan ilmu. Islam menjelaskan keutamaan menuntut ilmu dun etikanya serta menegur orang yang tidak memperdulikannya. Islam juga sangat menghormati dan menghargai ahlul ‘lmi dan menganjurkan umatnya untuk dekat dengan mereka.

Dalam kamus yang memuat kosa kata Al-Qur’an, dinyatakan bahwa kata ‘ilm (ilmu) disebutkan sebanyak 80 kali, dan kata-kata yang terbentuk dari kata-kata tersebut ( seperti a’lamu, ya’lamuna dst ) disebutkan beratus-ratus kali. Selain itu jika kita teliti buku-buku hadist An-Nabawi akan kita temukan di dalamnya judul-judul dan masalah-masalah tentang ilmu.
Aspek-aspek ilmu dalam pandangan Islam

Ilmu dalam pandangan Islam mencakup beberapa aspek kehidupan termasuk aspek-aspek ilmu dalam pengertian barat sekarang.

1. Aspek wahyu Ilahi

Ilmu yang datangnya melalui wahyu Allah SWT. Ilmu ini mencakup hakikat alamiah manusia dan menjawab setiap pertanyaan abadi yang tak pernah hilang pada diri manusia, yaitu : dari mana. Ke mana dan mengapa? Dengan adanya jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut manusia akan mengetahui asalnya, arah perjalanan yang harus ditempuh dan tujuan hidupnya. Ia akan mengetahui dirinya dan Tuhannya serta akan tenang menuju tujuan hidupnya. Aspek inilah yang pertama kali disebut’ilmu’ bahkan disebut ilmu yang paling tinggi oleh Imam Ibnu Abdil Barr.

2. Aspek Humaniora (Manusia) dan kajian-kajian yang berkaitan dengannya

Ilmu yang membahas tentang segi-segi kehidupan manusia yang berhubungan dengan tempat tinggal dan waktu. Ilmu ini mengkaji manusia sebagai individu ataupun anggota masyarakat dalam bidang ekonomi, politik, dan sebagainya.

3. Aspek material

Yaitu ilmu-ilmu yang mengkaji berbagai materi yang bertebaran di seluruh jagat raya ini, baik di udara, darat, maupun di dalam bumi seperti fisika, kima, biologi, astronomi, dsb.

Pengertian Islam tentang ilmu tidak terbatas pada aspek terakhir yang menganggap materi sebagai obyek seperti yang dipahami oleh dunia barat pada ummnya sekarang. Selain itu Islam menganggap aspek material akan melahirkan keimanan bagi yang mendalaminya [3:190-191]
Keutamaan Ilmu dan Orang-orang yang Berilmu

AL- Quran adalah kitab yang terbesar yang mengangkat derajat ulul 'ilmi dan orang-orang yang berilmu, memuji kedudukan orang-orang yang diberi ilmu. Sebagaimana Alloh menjelaskan bahwa Ia menurunkan kitabNya dan merinci ayat-ayatNya bagi orang-orang yang mengetahui.

Dalam QS 3:18 Allah memulai pernyataan dari diriNya, memuji para MalaikatNya dan orang yang diberi ilmu. Allah meminta kesaksian mereka atas permasalahan kehidupan yang paling besar, yaitu masalah keesaan.

Allah Swt dalam Al-Qur'an menjelaskan tentang keutamaan orang-orang yang berilmu:

* 39:9 Peniadaan persamaan antara orang-orang yang mengetahui dan orang-orang yang tidak mengetahui.
* 35:19-22 Kebodohan sejajar dengan buta, ilmu sejajar dengan melihat, hingga bodoh adalah kematian dan ilmu adalah kahidupan.
* 35:28 Ulama (orang yang mengetahui tentang kebesaran dan kekuasaa Allah) kian berilmu kian takut kepada Allah.

Pengaruh ilmu terhadap Iman dan Tingkah Laku

1. Ilmu memberi petunjuk kepada iman

Ilmu dan iman berjalan beriringan dalam Islam [30-36; 58:11], bahkan Al-qur’an menyertakan iman kepada ilmu seseorang mengetahui lalu beriman. Dengan kata lain tidak ada iman sebelum ada ilmu (22:54; 34:6)

2. Ilmu adalah penuntun amal



Ilmulah yang menuntun, menunjuki, dan membimbing seseorang kepada amal [47:19]. Ayat ini dimulai ilmu tentang tauhid lalu disusul dengan permohonan ampun yang merupakan amal. Ilmu juga merupakan timbangan/penentu daldam penerimaan atau penolakan amal. Amal yang sesuai dengan ilmu adalah amal yang diterima, sedangkan amal yang bertentangan dengan ilmu adalah amal yang tertolak [5:27). Maksud ayat ini adalah Allah hanya menerima amal seseorang yang bertakwa kepadaNya. Jadi amal tersebut harus dilakukan karena keridhoanNya dan sesuai dengan perintaNya. Hal ini hanya bisa dicapai dengan ilmu.

Untuk dapat berakhlak baikpun salah satunya harus dicapai dengan ilmu. Imam Ghazali berkata: "Muqadimah agama dan berahlak dengan akhlak para nabi tercapai jika diramu dengan 3 dimensi yang tersusun rapi, yaitu: ilmu, perilaku dan amal" (ilmu mewariskan perilaku, perilaku mendorong amal).

3. Kelebihan ilmu dari ibadah

Dalam hadits Huzaifah dan Sa'ad, Rosulullah SAW bersabda : “kelebihan ilmu lebih kusukai dari pada kelebihan ibadah, dan sebaik-baik agama kalian adalah al-wara’. Ilmu dilebihkan atas ibadah sebab manfaat ilmu tidak terbatas pada pemiliknya melainkan juga untuk orang lain. Ibnu Qoyyim al-Jauziyah dalam al-Miftah menyebutkan diantara “Ilmu menunjukkan kepada pemiliknya amal-amal yang utama di sisi Allah”

Perintah Mencari Ilmu

Allah menciptakan manusia dalam keadaan vukum duri ilmu. Lalu Ia memberinya perongkat ilmu guna menggali ilmu dan belajar [16:781. Banyak hadits-hadits yang menerangkan keutamaan menuntut ilmu:

“Siapa yang berjalan di jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan jalannya ke surga” (HR Muslim). Termasuk ui dalamnya menghapal, menelaah, mengkaji, berjalan menuju majlis ilmu dan mendatangi ahli ilmu. Dalam hadits lain: “Sesungguhnya para malaikat meruhdukkan sayap-sayapnya kepada orang yang mecari ilmu kareaa ridha terhadap apa yang diperbuatnya.

Beberapa adab penting dalam mencari ilmu (hikmah kisah nabi Musa as dalam menuntut ilmu kepada Nabi Khidir dalam surat Al- Kahfi)

1. Semangat dalam mencari ilmu walaupun harus menghadapi kesulitan dan tantangan.
2. Bersikap baik terhadapr guru, memuliakan dan menghoramtinya [18:66].
3. Sabar terhadap guru [18:67-70].
4. Tidak pernah kenyang mencari ilmu [20:114].
5. Diniatkan karena Allah. Artinya harus dianggap sebagai ibadah dan jihad fisabulillah. “Janganlah kalian mempelajari ilmu agar kalian bisa saling membanggakan di kalangan orang berilmu sedang kalian tidak memperdulikan orang-orang yang bodoh dan tidak membagus-baguskan majelis ilmu itu. Barang siapa berbuat demikian, maka nerakalah baginya.”



Hak-hak ilmu atas Pemiliknya

1. Mengerti dan memahami
2. Beramal berdasarknn ilmu yang dimiliki
3. Mengajarkan ilmu dan menyebarkannya kepada orang lain
4. Wajib menjelaskan dan haram untuk menutup-nutupinya
5. Berhenti sebatas kadar ilmu yang dimiliki



REFERENSI

* Abullaits As-Samarqandi, Tanbihul Ghofilin
* Al-Ghazali, et.al, Pembersih Jiwa, Penerbit Pustaka.
* Al-Ghazali, Kepada Murid-muridku, HI Press.
* Syaikh Az-Zarnuzy, Ta'limul Muta'alim.
* Dr. Yusuf Qardhawi, Menghidupkan Nuansa Rabbaniah dan Ilmiah Pustaka Al-Kautsar.
* Dr. Yusuf Qardhawi, Rosulullah dan Ilmu Eksperimen', Penerbit Firdaus.
* Waqfah, Edisi 7 / Vol I, 1996, hal 6-10





TADABBUR AYAT QS. 48:29

TUJUAN

* Peserta mengetahui sifat-sifat Rasulullah dan para sahabatnya
* Peserta memahami landasan akhlak seorang mukmin



METODE

* Ceramah dan Diskusi



RINCIAN BAHASAN

“Muhammad adalah utusan Allah, dan orang-orang yang bersamanya bersikap keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih, sayang antara sesama mereka; kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaanNya; tanda-tanda mereka tampak pada bekas sujud di muka mereka. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat. Sedangkan sifat-slfat mereka dalam InjiI ialah seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya, maka tunas jtu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati-hati orang kafir (dengan kakuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh di antara mereka ampunan dan pahalanya yang besar.” [48:29]

A. Sifat-sifat para sahabat Rasul yang digambarkan dalam Taurat adalah:

1. Keras dan tegas terhadap orang kafir dan lemah lembut lerhadap sesama mereka

Ayat ini senada dengan QS. 5:54-56.

A'izzah 'alal kafirin maknanya penuh gengsi dan prestisi terhadap orang kafir. Merasa bangga dengan keimanan di dalam dada dan tidak merasa hina atau rendah di hadapan kekufuran, tidak tunduk kepada kebodohan dan hawa nafsu. Sifat A’izzah dan Asyidda membuat seorang mu'min memandang kecil kesenangan duniawi yang dimiliki orang-orang kafir (seperti kisah prajurit Islam, Rib'i bin 'Amir yang mendatangi panglima Persia, Rustum untuk berunding di Qaddisiya). Saling berkasih sayang sesama mereka. Kaum mu’min menyadari bahwa mereka bersaudara, karena itu ia menintai sesama mu’min seperti mencintai dirinya sendiri (HR Muslim). Setiap muslim hendaknya menghias dirinya dengan sifat-sifat tersebut dalam kehidupan bermasyarakat. Setiap muslim hendaknya memahami bahwa lemah lembut merupakan sifat Yang Maha Tinggi dan Allah mencintai itu bagi hamba-hambanya dalam segala urusan. Rosulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah itu maha Lemah Lembut, mencintai kelemahlembutan dalam segala urusan ( Hadist Muttafaq’alaih). Daldam hadist lain Rosulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah Maha Lemah Lembut, dan memberi karena kelemahlembutan dan sekali-kali tidak memeberikannya karena kekasaran apapun atau sejenisnya.” (HR Muslim).

2. Di wajah mereka lergambar bekas ketakwaan, kekhusyu'an, dan keikhlasan mereka. Hal ini dikarenakan orang-orang beriman itu mengerjakan shalat dengan khusyu', tunduk dan ikhlas mencari pahala dan keridhoan Allah SWT. Yang dimaksud dengan bekas sujud ialah air muka yang cemerlang, tidak ada gambaran kedengkian dan niat buruk kepada orang lain, ppenuh ketundukkan dan kepatuhan kepada Allah, bersikap dan berbudi pekerti yang halus sebagai gambaran keimanan mereka.



3. Sifat-sifat shahabat Rasulullah di dalam Injil

Sifat-sifat mereka di dalam Injil ia!ah seperti sebuah biji yang tumbuh dan berkembang menjadi pohon yang rindang dan kokoh dalam waktu yang sangat singkat. Jumlah mereka mula-mula sedikit, kemudian bertambah dan berkembang dalam waktu yang singkat seperti biji-bijian yang tumbuh, mengeluarkan batangnya, lalu mereka bercabang dan beranting. Kemudian pohon itu menjadi besar dan berbuah sehingga menakjubkan orang yang menanamnya karena kuat dan indahnya dan menambah jengkel hati orang-orang kafir. Demikianlah agama Islam, Rasulullah dan para pengikutnya pada permulan tumbuh dan berkembangnya.

4. Janji Allah untuk orang-orang beriman

Allah menyediakan pahala dan syurga bagi orang-orang yang beriman dan beramal sholeh dari pengikut Rosulullah SAW baik yang dahulu maupun yang sekarang serta menjanjikan pengampunan dosa-dosa mereka.

REFERENSI

* Al-Qur’an dan Tafsirya, Jilid lX, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta
* Abduh Rabbani, Aktivitas Harokah Dambaan Umat, Pustaka Al-Bayyinah
MUSH' AB BIN UMAIR



TUJUAN

* Peserta mengetahui salah satu sahabat Rasulullah SAW yaitu Mush'ab bin Umair
* Peserta mengetahui karakteristik akh1ak dan dakwah Mush'ab bin Umnir
* Peserta dapat mengambil hikmah dun mencontoh kelebihan akh1ak Mush'ab bin Umair



METODE

* Ceramah dan Diskusi



RINCIAN BAHASAN
Sebelum Masuk Islam

Mush'ab bin Umair lahir dan dibesarkan dalam kesenangan dan kekayaa. Beliau adalah pemuda Quraisy yang terkemuka dan paling tampan, biasa hidup manja dan mewah dan menjadi buah bibir gadis-gadis Mekkah. Mush'ab juga pemuda yang cerdas sehingga memiliki daya pikat tinggi. Kedua orang tuanya sangat cinta kepadanya. Ibunya tergolong kaya dan selalu memberinya pakaian yang terbagus. Ia orang yang paling harum di kota Mekkah, karena memakai minyak wangi yang paling mahal.
Ketika Masuk Islam

Ketika mendengar berita kenabian Muhammad, Mush'ab segera mendatangi Rasulullah SAW dan menyatakan diri masuk Islam. Ia menyembunyikan keislamannya dari ibunya dan kaumnya, karena tahu karena mendapat tantangan dari mereka. Tantangan yang paling keras adalah dari ibundanya sendiri, yaitu Khunas binti Malik. Ibunya berusaha keras mengembalikan Mush'ab kepada ugamanya yang lama dengan berbagai cara, dari mulai mengurungnya hingga mengusir Mush'ab dari rumahnya dan tidak mengakuinya lagi sebagai anaknya. Namun, Mush'ab tetap tegar dengan keimanannya, walaupun harus dipertaruhkan dengan cinta dan baktinya terhadap ibunda, yang puling dicintainya. Baginya tidak ada yang harus didahulukan untuk ditaati, kecuali Allah SWT, Rosul SAW, dan jihad di jalanNya. Jika ada cinta dan ketaatan lain yang manghalangi/mengalahkan cinta dan ketaatan pada ketiganya, maka ia harus dikesampingkan.
Setelah Masuk Islam

Setelah hidup dalam Islam, Mush'ab meninggalkan semua kemewahannya, berganti dengan pola hidup sederhana. Kini Mush'ab hanya memakai pakaian yang usang lagi penh tambalan, padahal dulu bagaikan bunga indah lagi harum yang selalu menjadi pusat perhatian. Terhadap hal ini Rosulullah berkata, ”Dahulu saya melihat Mush’ab ini tak ada yang mengimbangi dalam memperoleh kesenangan dari orang tuanya, kemudidan ditinggalkannya semua itu demi cintanya kepada Allah dan Rosulnya”.

Suatu saat Mush'ab dipilih Rasulullah untuk melakukan suatu tugas maha penting pada saat itu. Ia manjadi duta atau utusan rasul ke Madinah untuk mengajarkan seluk beluk agama Islam kepada orang-orang Anshar yang telah beriman dan berbaiat kepada Rasulullah SAW di bukit 'Aqobah. Di samping itu mengajak orang-orang lain untuk menganut agama Allah serta mempersiapkan kota Mndinah untuk menyambut hijrahnya Rasulullah SAW sebagai peristiwa besar. Sebenamya di kalangan sahabat saat itu masih banyak yang lebih tua, lebih berpengaruh dan lebih dekat hubungan kekeluargaannya dengan Rasulullah daripada Mush'ab. Tetapi ternyata Rasulullah SAW menjatuhkan pilihannya kepada Mush'ab yang masih muda dengan segala kelebihan-kelebihannya sebagai duta yang pertama.

Ketika perang Uhud Mush'ab terpilih menjadi pembawa bendera dalam peperangan. Peristiwa Mush'ab dalam perang Uhud ini dikisahkan dalam Ibnu Sa'ad. Berkata Ibnu Sa'ad: "Diceritakan kepuda kami oleh Ibrahim bin Muhammad bin Syurahbil al-' Abdari dari bapaknya, ia berkata: "Mush'ab bin Umair adalah pembawa bendera dalam perang Uhud. Tatkala barisan kaum muslimin pecah, Mush'ab bertahan pada kedudukannya. Datanglah seorang berkuda, Ibnu Qomaiah namanya, lalu menebus tangannya hingga putus, sementara Mush’ab mengucapkan: “Muhammud itu tiada lain seorang rasul, yang sebelumnya tidah didahului oleh beberupa rasul." Maka dipegangnya bendera dengun tangan kirinya sambil membungkuk melindunginya. Musuh pun meneebus tangan kirinya hingga putus pula. Mush'ab membungkuk ke arah bendera, lalu dengan kedua pangkal lengan meraihnya ke dada sambil mengucapkan: "Muhamhad itu tiada lain hanyalah seorang rasul dan sebelumnya tidak didahului oleh beberapa rosul”. Maka orang berkuda itu menyerangnya ketiga kali dengan tombak, dan memasukkannya hingga tombak itu pun patah. Mush'ab pun gugur, dan bendera jatuh."

Setalah perang Uhud berakhir, Rasulullah SAW beserta para sahabat datang meninjau medan pertempuran untuk menyampaikan perpisahan kepada para syuhada. Ketika sampai ke tempat terbunuhnya jazad Mush'ab, becucuranlah dengan deras air matanya. Berkata Khubbah Ibnu 'Urrat: "Kami hijrah di jalan Allah bersama Rasulullah SAW dengan mengharap, keridhaannya disisi Allah. Diantara kami ada yang telah berlalu sebelum menikmati pahalanya di dunia ini sedikitpun juga. Diantaranya Mush'ab bin Umair yang tewas di perang Uhud. Tak sehelaipun kain untuk menutupinya selain sehelai burdah. Andaikan ditaruh di kepalanya terbukalah kedua kakinya. Sebaliknya bila ditutupkan di kakinya terbuakalah kepalanya. Maka sabda Rosulullah SAW, “Tutuplah ke bagian kepalanya, dan kakinya tutupilah dengan rumpur idzkhir”

Hikmah

* Kecintaan kepada Allah, Rasul dan jihad harus ditempatkan sebagai prioritas utama di atas selainnya [9: 24].
* Mush'ab adalah contoh nyata pemuda yang aktif berdakwah dan menggunakan seluruh potensinya untuk kepentingan Islam.
* Kita harus mengambil pelajaran dari sikap Mush'ab bahwa: "Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam rangka maksiat pada Allah."



REFERENSI

* Khalid Muhammad Khalid, Karakteristik Perihidup Enampuluh Sahabat Rosulullah, CV Dipenogoro.

PERANAN PEMUDA MENGEMBAN RISALAH



TUJUAN

* Peserta mengetahui pentingnya keberadaan pemuda dalam kehiduan
* Peserta mengetahui potensi-potensi yang dimiliki pemuda
* Peserta mcngetahui peranan pemuda dalam masyarakat
* Peserta mengetahui bekal-bekal yang dibutuhkan pemuda dalam menjalani perannya



METODE

* Ccramah dun Diskusi



RINCIAN BAHASAN
Pentingnyaa Keberadaan Pemuda dalam Kehidupan


K

eberadaan pemuda dalam kehidupan sangat penting, karena mereka potensi untuk mewarnai perjalanan sejarah umat manusia. Pemuda adalah calon pemimpin masa datang. Merekalah yang akan merubah umat, menjadi baik dan jaya otau menjadi sebaliknya. Bila diarahkan secara baik, jiwanya tidak akan ternoda oleh lumpur kemaksiatan, sebaliknya akan terjaga kebersihannya, suci dalam fitrahnya, jauh dari unsur kehidupan yang merusak. Kondisi generasi muda merupakan parameter masa depan suatu bangsa. Apabila kondisi pemudanya baik akan baik pula kondisi bangsa di masa depan. Begitu pulu sebaliknya.
Potensi-potensi yang dimiliki Pemuda

Pemuda memiliki idealisme yang tinggi, tidak takut menanggung resiko akan keyakinan yang dibawanya, gesit dan yang terpenting adalah memiliki fitrah yang masih bersih [18:13]. Sebagai produk generasi yangj serba ingin tahu, pemuda selalu ingin menunjukkan kebolehannya dan kemampuannya dalam meraih cita-cita, meraih izzah, (kemuliaan) dunia dan akhirat, memiliki semangat dan kemampuan untuk belajar sekaligus mudah menyerap nilai-nilai kebaikan atau bahkan mudah terpengaruh kejahatan (kemaksiatann).

Karena itulah Allah menganugerahi para pemuda dengan kekuatan fisik (jasmani) dan ketajaman daya pikir yang jauh lebih unggul dibanding dengan generasi tua, sebagai generasi yang telah memiliki pengalaman bertugas mendidik dan membina para pemuda dengan baik. Dari tangan mereka diharapkan terbina generasi pemuda masa datang yang sholeh. Sebab pemuda sholeh adalah generasi harapan yang dibutuhkan umat islam, generasi yang senantiasa menyebarkan syiar Islam dengan da’wah dan jihad fi sabilillah. Generasi masa depan yang memahami dan meyakini perannya dalam membangun umat di masa datang.
Peranan Pemuda dalam Masyarakat

Peranan pemuda dalam masyarakat dan bangsa atau dalam perubahan ummat setidaknya ada empat, yaitu:

* Generasi Pembaharu moral masyarakat
* Generasi Penerus
* Generasi Pengganti
* Genersi Pengubah



1. Pembaharu Moral Ummat (Tajdiidu ma'nawiyatul Ummah)

Di pundak pemuda terbeban harapan pembaharuan moral ummat. Mereka akan mampu mengembalikan ummat kepada pemahaman Islam yang benar. Yaitu Islam yang bersih dari campur tangan manusia dan dari segala kecacatan. Islam yang universal, menyeluruh, tidak parsial, tidak bercampur bid'ah, takhyul dan khurafat. Islam yang mereka bawa adalah Islam yang sesuai dengan hati nurani setiap insan, sesuai dengan akal pikiran, sempurna dalam seluruh aspek kehidupan. Karenanya, pemuda yang menjadi pembaharu moral ummat memiliki kriteria sebagaimana yang digambarkan Allah dalam QS 2:249. Dalam ayat itu dikisahkan bahwa pemuda Thalut dipilih Allah sebagai pemimpin karena ia memiliki ilmu yang luas dan bijaksana serta tubuh yang perkasa. Harta, keturunan dan kebangsawanan dalam hal ini bukan termasuk kriteria.

2. Generasi Penerus (Ittihaamul Ijyaal)

Pemuda dapat dikatakan sebagai generasi penerus apabila ia meneruskan apa yang telah dilakukan pendahulunya. Pada setiap jaman, generasi penerus selalu terbagi menjadi dua:

1. Generasi penerus para nabi [2:132-133]

Yaitu pemuda yang hidup dalam Islam dan berjuang demi Islam hingga syahid di ja1an Islam. Hal inilah yang diwasiatkan kepada Nabi Ibrahim, Yaqub, Ismail, Ishaq dan semua nabi Allah.

2. Generasi penerus tradisi/adat nenek moyang [2:170]

Pcmuda yang tidak mau mengikuti wahyu Allah karena mereka berpegang teguh pada ajaran nenek moyang meski mereka tahu nenek moyang mereka tidak mendapat petunjuk. Mereka mengikuti tradisi nenek moyang dalam beberapa cara, baik ritual dalam aspek lain dalam kchidupan. Mereka enggan mengikuti sunah Rasul karena tata cara atau tradisi nenek moyang yang telah mendarah daging pada diri mereka.


3. Generasi Pengganti (Istibdalul Ijyaal)

Setiap pemuda yang soleh akan dapat merealisasikan kemaslahatan bagi umat sebab peran dan tujuan mereka diharapkan mampu membawa ke arah kemuliaan, kedamaian dan keadilan. [12:14]. Pemuda dikatakan sebagai pengganti apabila ia menggantikan cara-cara, adat atau tingkah laku para pendahulunya.

Adapun generasi pengganti ada dua macam:

1. Generasi pengganti yang baik [5:54]

Mereka menggantikan para pendahulunya yung murtad. Pemuda demikian adalah pemuda yang mencintai dan dicintai Allah, berkasih sayang sesama mu'min. keras terhadap' orang kafir, bersungguh-sungguh (jihad) fisabilillah dan tidak takut pada celaan orang yang suka mencela atas semua amalannya (sesuai sunnah Rasulullah-saw).

2. Generasi pengganti yang buruk [19:59]

Mereka menggantikan para pendahulunya yang telah diberi nikmat Allah yakni para nabi, sholihin dan shiddiqin dengan keburukan dan kesesatan. Pemuda yang demikian adalah pemuda yang menyia-nyiakan sholat dan memperturutkan hawa nafsunya. Mereka kelak menemui kesesatan.

4. Generasi / Komponen Pengubah (Anaasshirul Ijyaal)

1. Komponen perubah yang baik [9:71] Pemuda yang beriman yang saling menolong, amar ma'ruf nahi munkar, mendirikan sholat menunaikan zakat, taat pada Allah dan Rasul-Nya. Kisah pemuda Ibrahim as [6:78-79]. Iman yang telah tertanam kuat menumbuhkan keberanian bagi Nabi Ibrahim untuk mendatangi kaumnya yang sesat (penyembah berhala). Ia punn berjihad dalam medan da'wah tanpa kenal lelah untuk mengajak kepada ugama Allah. Ia juga melakukan dia1og terbuka tentang brrbagai fenomena keseharian dengan uraian yang logis dan rasional. Pada puncaknya nabi Ibrahim menghancurkan berhala sesembahan kaumnya walau harus mempertaruhkan jiwa raganya. Hal tersebut ia lakukan demi keridhoan Allah SWT, sebab ia yakin dengan dalil (hujjah) yang jelas bahwa berhala sesembahan kaumnya adalah sekutu-sekutu Allah dan merupakan kesesatan yang besar.

2. Komponen Perubah yang buruk [8:73]

Pemuda yang kafir, saling melindungi dalam hal membuat kekacauan dan kerusakan di bumi [45:19].

Setelah memahami betapa pentingnya pernan pemuda ddalam menentukan warna dunia maka bagi pemuda-pemuda yang beriman yang merasa harus memikul amanah Allah sebagai khalifah di bumi-Nya harus mempersiapkan bekal. Bekal itu untuk mengarungi sumudra kehidupan, meniti kesuksesan dan kebahagian baik di dunia dan di akhirat.
Bekal-bekal yang dibutuhkan pemuda dalam menjalani perannya

Adapun bekal-bekal yang diperlukan pemuda yang beriman dalam menjalani perannya adalah sbb:

1. Pendidikan yang suci (At-Tarbiyatul fithriyah)

Tarbiyah yang didasarkan titah Allah tanpa memandang yang lainnya. Tarbiyah yang sesuai dengan sunnah Nabi SAW [2:129, 3:32-33].

Tarbiyah Islamiyah merupakan bekal pertama yang harus dimiliki o1eh setiap pemuda Islam untuk komitmen kepada Din Islam. Karenanya dia harus melibatkan diri dalam aktifitas tarbiyah Islamiyah yang suci secara sungguh dan berkesinambungan. Ghayah/tujuan akhirnya hany kepada Allah semata [98:5]

Banyak pemuda Islam yang awam terhadap dienul Islam, sebab mereka tak mempelajari Islam dengan sungguh-sungguh dan benar. Sehingga pemahaman Islamnya sangat dangkal. Bahkan pemahaman yang dangkal itu pun sering kali menyimpang dikarenakan bersumber dari referensi yang tidak tepat, seperti buku-buku karya orientalis atau karya penulis yang kurang memahami Islam sehirgga justru merancukan pengertian tentang Islam. Bukan dari A1-Qur' an dan As-Sunnah.

2. Hikmah dan Ilmu Pengetahuan (Al-Hikmah wal Ma'rifah)

Hikmah berarti mengetahui yang benar. Pengetahuan tentang rahasia atau faedah sesuatu yang mana pengetahuan itu memberi manfaat. Hikmah hanya diberikan kepada orang-orang yang berbuat baik. [12:22]

Hikmah

* Berilmu
* Adil
* Bijaksana
* Lemah lembut
* Figur Nabi saw (AQ & AS)

Barang siapa yang bekerja tanpa dilandasi suatu ilmu nwka dia akan banyak berbuat kerusakan daripada perbaikan" [Umar bin Abdul Aziz]

Ma’rifah

* Mengenal Allah dan memenuhi hak-hak-Nya
* Mengenal yang haq dan yang bathil



3. Pribadi Pemimpin (Asy-Syakhshiyatul Qiyaadah)

Seorang pemuda mu'min harus berkepribadian pemimpin sebagaimana yang diungkapkan Rasulullah SAW, “Setiap kamu adalah pemimpi, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban ...”. Minimal ia menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri. Seorang pemimpin haruslah memiliki karakter:

* Menjadi figur yang baik
* Ilmu
* Akhlak yang lurus dan terpuji
* Bijaksana
* Adil
* Berani menanggung resiko kala menegakkan kebenaran
* Bertanggung jawab
* Terpercaya/jujur
* Berpandangan baik dalam segala hal/optimis
* Cepat tanggap dalam menghadapi berbagai situasi
* Timbang rasa / tepo seliro
* Mengenal kemampuan diri dan anggotanya
* Sehat dan kuat jasmaninya



Sikap mereka terhadap aturan Allah dan Rasu1Nya seperti sikap seorang perwira kepada panglimanya dan kondisinya seperti kondisi prajurit di barak-barak militer selalu siap dan waspada [32:24]

4. Pribadi prajurit (Asy-Syakhsiyatul Jundiyah)

Seorang pemuda hendaknya berkepribadian prajurit, yang mengatakan “Sami'na wa atha'na” ketika mendengar seruan atau perintah Allah dan Rasul-Nya. Ia tidak memikirkannya dahulu kalau ia yakin bahwa apa-apa yang datangnya dari Allah ada1ah haq (kebenaran yang pasti) [33:36, 2:285]. Mereka hanya bertawakkal menyerahkan hasil usahanya kepada Allah saja & berusaha sepenuh tenaga melakukan sebab kemudian memasrahkan hasil hanya kepada Allah saja.

REFERENSI

* Dr. Sholih Al-Fauzan, Dr. Shakir. Ali Salim, Pemuda Islam, Di Seputar Persoalan yang Meughadangnya, Risalah Gusti
* Dr. Yusuf Qordhowi, Generasi Mendatang Generasi yang Menang, GIP
* Al-Qur'an dan Tafsimya, Universitas Islam Indonesia, Jilid 5, Yogyakarta

DAFTAR ISI



1. TAWAZUN

Makna dan Hakikat

Contoh-contoh Manusia yang tidak Tawazun

2. IHLASUNNIYAH

Makna Ikhlasunniyah

Pentingnya Ikhlasunniyah

Cara-cara untuk menumbuhkan niat yang Ikhlas

3. AQIDAH ISLAMIYAH

Makna Aqidah

Hubungan Aqidah Islam dengan Keimanan kepada Allah

Jenis Tauhid

4. MAKANA BISMILLAHIRROHMANIRROHIM

Makna Bismillah

Makna Ar-Rahman

Makna Ar-Rahiim

5. MAKNA ALHAMDULILLAHIRROBBIL’ALAMIN

Makna Alhamdulillah

Makna Robbul’alamin

6. AL-IMAN

Hakikat Iman

Rukun Iman

Games “Rumah kita”

7. RUKUN ISLAM

Makna dan Hakikat Rukun Islam

Games “Garis Lima”

8. IHSAN

Pengertian

Landasan Ihsan

Alasan berbuat Ihsan

kesimpulan

9. MA’RIFATULLAH

Makna Ma’rifatullah

Pentingnya Mengenal Allah

Jalan-jalan untuk mengenal Allah

Hal-hal yang menghalangi Ma’rifatullah

10. MA’RIFATUL RASUL

Makna Risalah dan Rasul

Pentingnya Iman kepada Rasul

Tugas para Rasul

Sifat-sifat para Rasul

Games “Ilmu”

11. MA’RIFATUL ISLAM

Ad-dien menurut Al-qur’an

Ciri-ciri Dienullah/Dienussamawi

Ciri-ciri Dienul Ardh

Pengertian Islam cecara Ethimologis/Bahasa

Pengertian Islam secara Terminologis/Istilah

12. AL-QUR’AN

Definisi Alqur’an

Nama-nama Alqur’an

Karakteristik Alqur’an

Fungsi Alqur’an

Akhlak Terpuji terhadap Alqur’an

Keunggullan Alqur’an

13. UKHUWAH ISLAMIYAH

Makna ukhuwah Islamiyah

Perbedaan Ukhuwah Islamiyah dengan Ukhuwah Jahiliyah

Hal-hal yang menguatkan Ukhuwah Islamiyah

Buah Ukhuwah Islamiyah

14. NIKMAT IMAN

Iman sebagai Fitrah manusia

Beberapa nikmat dari Allah

Cara Mensyukuri Nikmat

15. HAL-HAL YANG MELEMAHKAN IMAN

Fluktuasi Iman

Fenomena Lemahnya Iman

Sebab-sebab lemahnya Iman

16. HAL-HAL YANG MENGUATKAN IMAN

Hal-hal yang menguatkan Iman

17. PENTINGNYA AKHLAK ISLAMI

Definisi Akhlak

Faktor-faktor pembentuk Akhlak

Pentingnya Akhlak Islami

18. AKHLAK ROSULULLAH

Akhlak Rasulullah secara Umum

Contoh akhlak-akhlak mulia yang diperintahakan nabi SAW

Contoh Akhlak-akhlak Tercela yang diperingatkan Rasullah SAW

19. BANGUNAN ISLAM

Pendahuluan

Isi kandungan secara global ada 3 macam

20. EKSISTENSI ALLAH

Bukti eksistensi Allah

Cara mengenal Allah

21. MAKNA ASYHADU

Definsi syahadah

Jenis-jenis Syahadah

22. MAKNA SYAHADATAIN

Syahadah Uluhiyah

Syahadah Risalah

23. CINTA

Pengertian

Tanda-tanda cinta

Prioritas dalam cinta

24. PROBLEMATIKA UMAT

Potensi yang dimilki dalam Cinta

Sebab-sebab kemunduran umat Islam

Solusi untuk meraih kemenangan

25. GHAZWUL FIKRI

Pengertian

Sasaran

Metode

Games I

Games II

26. PENTINGNYA PENDIDIKAN ISLAM

Makna dan Hakikat

Mengapa Pendidikan Islam Diperlukan ?

Sifat Pendidikan Islam

27. TARBIYAH RUHIYAH

Hakikat Taqwa

Balasan bagi orang-orang yang bertaqwa

Jalanm Menuju Taqwa

28. BIRRUL WALIDAIN

Pendahuluan

Bentuk-bentuk Birrul Walidain

Kesimpulan

29. ILMU ALLAH

Pendahuluan

Sifat-sifat Ilmun Allah

Kualitas Ilmu Allah

Hakikat Ilmu Allah

Bukti Ilmu Allah

30. SIMBOL SUKSES

Pengertian

Langkah Hidup

Simbol Sukses dan Simbol gagal

Peran Niat dalam Mencapai Sukses

Sukses di atas Sukses
read more “Konsep Sufi”